Tangan Mea bergetar, ia benar-benar kelelahan karena menghadapi banyak wanita-wanita aneh sedari tadi. Ia kira setidaknya akan berhadapan dengan orang-orang bersenjata lengkap, tapi dari tadi ia berlari di lorong remang-remang ini. Apapun yang muncul selalu wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam, entah ini sejenis rumah bordil atau apa tapi membuat Mea benar2 tak habis pikir.
Ditaklukan 1 muncul 2, ditaklukan lagi malah berlipat ganda. Gigi Mea gemeletuk, ia lelah jika harus terus dihadang.
Jadi saat melihat ada sebuah bangku kayu di dekat jendela. Mea menyisipkan pisau yang ada di tangannya ke ikat pinggangnya, kemudian langsung mengambil bangku kayu itu.
Berat memang, membuat bahunya kembali ngilu. Tapi untuk melibas musuh dalam jumlah besar, dibutuhkan senjata yang lebih besar.
"MAJU KALIAN SEMUA!! HEAAA!!" Sorak Mea yang langsung berlari kearah kerumunan wanita didepannya.
Para wanita itu kaget, karena tidak menyangka bahwa target mereka seberani itu.
Apalagi membawa sebuah bangku, yang kemudian diayunkan dengan sangat keras hingga membuat beberapa teman mereka tersungkur dan terlibas.
Mea sudah seperti sapi mengamuk yang lepas dari kandang. Sembari menyerangn ia terus melangkah maju, tak peduli ada beberapa yang berhasil mencakarnya, yang penting mencari jalan keluar.
Tersisa satu wanita yang berhasil bertahan dan menghindar sedari tadi.
Wanita itu bergetar, dan jelas ada raut ketakutan di wajahnya. Saat melihat kini Mea yang senyum dengan puas dan senang, padahal mereka sudah mendapat kekuatan dari tuan mereka. Tapi kenapa, wanita yang merupakan target mereka ini malah kuat dan terus melawan. Tidak menjerit seperti mangsa mereka selama ini.
"Kau maju atau aku yang maju?" Tunjuk Mea menggunakan kursi di tangannya yang masih separuh utuh.
Wanita itu mundur dengan gemetar, namun punggungnya menabrak jendela kaca.
Ia terjebak!
"Heh... Sudah kuduga..." Ujar Mea pelan.
PRANG!!
"KYAAKKK!!"
Jendela itu pecah dan jebol, si wanita terlempar keluar bersamaan dengan bangku tadi.
Mea melangkah mendekati jendela yang sudah hancur itu, udara malam membelai lehernya yang basah oleh keringat dan darah. Dingin mencekam yang seharusnya menggigit tulang malah terasa sejuk, mungkin karena panas dari tubuhnya yang terus ia pacu sedari tadi.
Aroma mawar yang begitu semerbak, tercium bersamaan dengan hembusan angin.
Pandangan Mea turun ke bawah, tubuh wanita tadi sudah mendarat dengan mengenaskan dibawah sana. Bahkan tertimpa kursi yang ia lempar, ternyata ia berada di lantai yang tinggi. Mungkin lantai 3, artinya ada 2 lantai yang harus ia lewati.
Tapi ia tak melihat tangga sedari tadi...
Klek...
Krieeet...
Entah sihir apa atau semacam kejadian paranormal. Salah satu pintu di lorong itu terbuka, menunjukan sebuah tangga.
Mea diam sembari menatap pintu yang terbuka di sampingnya.
Ia langsung berbalik dan memanjat jendela itu keluar.
Tidak ia inginkan untuk bertemu wanita-wanita gila yang hanya akan membuatnya lelah. Jadi ia memegang erat tepian dinding dengan jemarinya, pelan-pelan mulai memanjat turun.
Di sisi lain Offenderman sedikit kecewa, diberikan jalan mudah malah melewati jalan susah. Meski jalan mudah yang ia maksud adalah lantai dua yang penuh dengan budak-budaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shotgun and Roses ( Offenderman X Oc)
FanfictionDia adalah seorang gadis yang dipecat dari tim tentara angkatan darat. Setelah keluar dari barak militer, ia pindah ke kota tempat asalnya, dan melamar pekerjaan menjadi seorang polisi. Siapa sangka, bahwa ia akan bertemu seorang mahluk yang akan me...