Chapter 11 : Zeref

33 8 26
                                    

Sinar sang bulan menyinari langit malam bumi.

Seorang pria paruh baya dengan raut wajah kesalnya menatap pantulan wajah dirinya di cermin. Pria itu memiliki surai berwarna coklat dengan manik Biru Royal yang memancarkan cahaya kelam di gelapnya suatu ruangan. Lengannya dipenuhi bekas goresan dan luka besar yang ada, pria itu memandang lengannya dan menarik lengan baju tuk menutup bekas lukanya.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar. Tanpa melihat kearah asal suara, pria itu memberi izin untuk memasuki ruangannya. Seorang wanita paruh baya bersurai lavender pudar dengan manik yang serasi memasuki ruangan dan berjalan mendekat kearah pria yang masih memandang pantulan wajah dari cermin.

Lenora de Alger Letizia, atau nama aslinya adalah Lenora Louis. Lenora mengalungkan kedua tangannya di tengkuk leher pria itu dan menyenderkan kepalanya dibahu pria itu. "Zeref, apa kau sudah memperkembangkan rencanamu lagi?"

Zeref berdiam diri mematung. Matanya bergulir melirik istrinya yang berpindah melingkari pinggangnya. "Untuk saat ini tidak ada" jawab singkat Zeref yang lalu berbalik dan membalas pelukan hangat sang istri. Lenora didalam pelukan Zeref mendecih "Kenapa tidak bunuh saja 'mereka' itu? Dengan begitu hidup kita akan jauh lebih bebas dan peluang untuk Elevora maju ke kursi penobatan semakin besar"

Zeref terkekeh mendengar sang istri yang suka sekali membuatnya terhibur. Diciumnya kening sang istri dan mengelus perlahan rambut sang istri, "Tenanglah, jangan gegabah dulu sayang~. Sebentar lagi tujuan kita akan tercapai kok"

Zeref melepas pelukannya dari sang istri dan mengangkat dagu lembut miliknya, "Jangan khawatir. Tanpa kita bunuh pun, kesempatan yang kita miliki akan tetap sangat besar 80% keatas, dibandingkan kita harus menuruti orang 'itu' " Lenora tersenyum simpul mendengar perkataan dari suaminya. Segera dia mengusap kedua pipi milik sang suami dan mulai mendekatkan wajahnya hendak menyatukan benda kenyal yang berada tepat dibawah hidung mereka.

Dan....

Pintu kembali terketuk. Tanpa diberi izin, seorang gadis berurai lavender muda membuka pintu dan menyembulkan kepalanya masuk melihat keadaan dalam ruangan, "Ah, Ayah... Ibu... Ano... Maaf kalau Elevora mengganggu, tapi... Elevora ingin menyampaikan bahwa ada surat dari Duke Ludwig datang untuk Ayah"

Ekhem! Jadi singkat cerita... Lenora dan Zeref tidak jadi lakuin 'itu' dikarnakan ada nyamuk tiba tiba dateng. Sontak mereka berdua melepas pegangan mereka satu sama lain dan berdehem mengembalikan ekspresi malu, terkejut, dan salting mereka kembali datar.

Zeref bilek : "Ya ampun Elevora anak kuh!!! Jadi gak terlaksana-kan aku mo tambah anggota baru😭😭"

Lenora bilek : "Syukur gk kelepasan njir"

Menerima surat yang diberikan oleh anaknya. Dengan sesekali berdehem, dia memandangi surat yang dia pegang dan melirik sang anak secara bergantian. Walau tidak mengerti, tapi Elevora tau kalau kedua orang tuanya sepertinya masih butuh banyak waktu lagi yang lalu pamit kembali ke kamarnya, menutup perlahan pintu dan berdiam mematung memandangi pintu yang baru dia tutup.

"Ah hampir aja liat adegan 'itu' nya. Kan jadi panas, kan!" batin Elevora berteriak.

Kukira polos ternyata begitu ya Elevora:)

Gak gak! Anggap aja Elevora polos dan tidak membatin seperti itu.

Kembali lagi pada Zeref.

Zeref membuka amplop berstempel khas milik keluarga Ludwig. Dibacanya perlahan dengan teliti. Lenora hanya menatap suaminya yang tengah membaca surat dengan duduk dikursi balkon dan ditemani dengan secangkir teh yang menghangatkan.

THE OTHERS DIMENSIONS : WHO ARE YOU? (BBBXREADER) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang