1. RANGKAIAN PERASAAN

279 14 7
                                    

Banyak orang mengatakan bahwa waktu berjalan begitu cepat. Rasa-rasanya baru kemarin Winter menjadi mahasiswa baru sekaligus penghuni baru di negara gingseng ini, tapi sekarang tepatnya hari ini gadis itu sudah berada di tahun ketiganya berkuliah, itu artinya bersamaan dengan hal tersebut berarti semakin banyak tugas dan sedikit waktu senggang lebih dari semester awal.

Makan sembari belajar merupakan pemandangan biasa sejak ia masuk ke tahun ketiga, bahkan pemandangan semacam ini sudah Winter perlihatkan saat pertengahan tahun kedua. Tak jarang pula adik Winter yakni Haerin mengeluh karena kakak satu-satunya sudah tidak dapat diajak bermain, mengobrol ketika makan saja sangat singkat sebab Winter masih menyempatkan membaca buku. Pemandangan seperti merupakan hal yang cukup asing bagi Haerin, sebab di masa lalu ketika bersekolah di Indonesia kakaknya tak pernah belajar sekeras ini hingga kemanapun berada selalu memegang buku atau tablet--melihatnya saja terkadang membuat Haerin muak dan kesal sendiri, tapi Haerin harus segera sadar bahwa negara tempat tinggal mereka dulu berbeda dengan negara maju tempat mereka tinggal sekarang, dimana disini persaingan sangat tegang dan timpah tindih sangat terasa, piramida kehidupan juga tampak jelas terpampang, yang bisa dibilang kasarnya jika kamu malas berarti kamu harus bersedia untuk kalah.

Tak hanya bagi Haerin, sebenarnya Winter sendiri juga muak dengan kegiatan belajar. Kalau Haerin muak melihatnya belajar dimanapun dan kapanpun, maka Winter merasa mual dan ingin memuntahkan semua tulisan dan ilmu yang ia paksa masuk ke dalam kepalanya.

Tapi untungnya ada mama yang selalu memberi semangat dan menjadi booster bagi Winter, dimana mama tidak pernah mengeluh kesepian. Mungkin mama hanya menyuruh Winter untuk rehat sejenak, karena kesehatan tetap nomor satu. Percuma belajar sekeras apapun jika tiba hari ujian manusianya sedang sakit, maka sulit untuk mengerjakan dengan maksimal.

Hari ini pagi buta Winter sudah berada dikampus, bahkan dia menjadi mahasiswi pertama yang mengunjungi perpustakaan. Perpustakaan memang menjadi rumah kedua bagi Winter sejak menempuh pendidikan di universitasnya sekarang, karena tanpa alasan perpustakaan disini sangat lengkap dan menyediakan apa yang Winter butuhkan terkait sesuatu yang belum ia paham atau bahkan ketahui.

"Kamu rajin banget, gak capek?" Bisik Jeno gang tiba-tiba duduk disamping kanannya.

Winter lalu mengelengkan kepalanya, tanpa mengalihkan pandangannya ke layar tabletnya dan bergantian melirik ke sebuah buku karena ia tengah mencatat pengetahuan, "tambah capek kalau harus ngulang mata kuliah" balasnya, seperti biasa singkat dan padat.

Mendengar itu Jeno reflek mengangguk sambil menyinggungkan senyumnya dengan cukup lebar, meskipun matanya masih bengkak akibat sembab setelah bangun tidur, biasa sekarang kan masih pagi.

"Wah iya juga, pinter banget sih ç4ĺ0ñ 1s3ku" timpal Jeno sembari menyandarkan kepalanya ke punggung kursi, namun bagian alay itu hanya terucap dalam hati kok. Iya, Jeno masih belum punya nyali untuk mengatakan hal semacam itu.

"Udah sarapan? Aku bawa bekal loh, kamu mau kimbap gak?" Jeno mendekat untuk membisikkan pesan tersebut diikuti senyumnya yang merekah, lelaki itu berbisik tepat di telinga kanan Winter yang bahkan tidak meliriknya sedikitpun.

"Mana?" tapi anehnya Winter menyahutinya meskipun sangat amat singkat, namun jangan berharap Winter memutar kepalanya ke arah kanan meski untuk sekedar melihat kimbap yang Jeno bawa.

Jeno yang memang sudah hafal dengan gelagat dingin seorang gadis bernama Winter itupun langsung sigap mengeluarkan sekotak wadah bekal warna hijau bergambar dinosaurus dari dalam tas punggungnya, tetap tak ketinggalan senyum manisnya yang merekah pada paras tampannya yang akhir-akhir ini digilai mahasiswi di kampus.

Jenopun menaruh wadah bekal itu tepat di depan Winter, ia menaruh wadah tersebut diantara badan dan tablet Winter.

"Aku bikin sendiri loh" bisik Jeno sekali lagi, kali ini lelaki itu sambil menaik-turunkan sepasang alisnya yang cukup tebal.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang