15. SETELAH ITU (end)

102 5 0
                                    

"How can i say?"

"aku juga menyukaimu?"

"hhhhhhhh....." suara napas Winter terdengar berantakan ketika dadanya masih berdebar setelah bangun tidur. 

Gadis itu bahkan berkeringat dan mulai meraih botol minum di atas nakasnya. Winter mendongakkan kepalanya, meneguk setetes demi setetes air di dalamnya hingga dahaganya hilang. Gadis itu lalu menundukkan kepalanya sambil mengucek mata kanannya sebab silau matahari mulai masuk ke jendela, Winter lalu menguap sembari menyeka keringatnya. 

Gadis itu lalu terdiam, tiba-tiba ia melamun, tiba-tiba ia teringat kejadian dirumah Jeno dimana mereka berciuman dan Winter memimpikan juga barusan.

Winter yang kesal pun memukul kepalanya sendiri, cukup keras hingga membuatnya kesakitan.

"Semoga yang kemarin mimpi!!!" teriaknya sambil menutupi mukanya dengan selimut warna biru langit miliknya.

Winter kemudian berjalan ke kamar mandi, gadis itu langsung meraih pasta gigi dan sikat giginya, ia menghela napas terlebih dahulu dan mulai menyikat gigi. Sembari melihat wajah dirinya di dalam kaca, Winter kembali teringat momen itu. Kaca dihadapannya seolah berubah menjadi layar bioskop yang menampilkan adegan tidak terduga itu.

"Ah pergi dari pikiranku!!" teriak Winter yang mulai frustasi, ia bahkan menyiram kaca tersebut dengan air saking kesalnya. 

Hari ini adalah hari festival di adakan, dimana hari yang Winter nantikan setelah berlatih gitar dan bernyanyi. Namun masalahnya ia begitu malu jika pergi ke kampus sekarang, mengingat kejadian kemarin membuatnya tak berani bertemu Jeno.

Winter juga merasa aneh pada dirinya. Ketika kala itu Jaemin menyatakan perasaannya tapi saat bertemu dengan laki-laki itu ia tidak merasakan apapun, entah malu atau risih tidak sama sekali, bahkan saat praktek sebuah mata kuliah Winter tak peduli saat duduk di depan Jaemin dan makan bersamanya.

"Kamu kenapa sih Winter?" tanya Winter pada dirinya sendiri, yang sudah dua puluh menit di depan lemari, bahkan telah mengeluarkan dua puluh baju tapi belum ada yang membuatnya tertarik untuk dipakainya hari ini.

Semua itu karena pikiran Winter dipenuhi tentang Jeno. Suara napas Jeno masih terdengar, wajah Jeno yang mendekatinya perlahan masih terbayang jelas, bahkan rasanya--ia masih bisa merasakan kembali setiap sentuhan itu yang, "AAAWWW!!" Winter berteriak frustasi.

Winter duduk dilantai, dikelilingi kamarnya yang sangat berantakan sekarang. ada beberapa baju di atas tempat tidurnya, ada beberapa celana dan rok panjang yang tergeletak begitu saja di lantai. Winter benar-benar merasa kacau hari ini. Winter kembali termenung dan merenung dalam diamnya, ia tampak mematung saat ini sambil memandangi foto yang ada digrup praktikum di pantai kemarin.

Renjun baru saja mengirim foto kebersamaan mereka saat makan bersama dan tentu Winter dapat melihat potret Jeno di dalam sana.

 "Aku menyukai Jeno?" gumam Winter dengan suaranya yang rendah, karena ia lelah banyak berteriak pagi ini.

Winter tidak mau mengakui itu apalagi mengiyakan pertanyaannya barusan, tapi mengapa momen bersama Jeno kemarin begitu melekat dan sulit ia lupakan.

"Apa karena itu ciuman pertamaku?" tanya Winter lagi pada dirinya sendiri, iapun langsung menghela napas dan mengacak-acak rambutnya. Gadis itu benar-benar frustasi dan rasanya semakin menyesakkan dadanya.

TING...

TONG...

"siapa? jangan bilang JENO!" bisik Winter penuh penekanan. Sambil memutar kepalanya ke arah jendela dengan matanya yang bulat.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang