6. HARIMU HARIKU

31 6 0
                                    

Masih dihari yang sama, Jeno dan Winter sudah berada dikampus. Jeno yang tadi membawa sepedanya, berniat membonceng Winter dengan sepeda itu juga pun tidak berhasil.

Flashback~

"AYO!" tekan Winter, dimana Jeno masih baru mau minum air putih. Nasi dimangkok Jeno di suapan terakhir pun baru masuk. Tapi karena Winter menekan Jeno untuk cepat menyelesaikan makannya, sehingga pada suapan terakhir nasi itupun Jeno dorong dengan air putih agar cepat tertelan. 

"Rasanya kayak ikut wamil" batin Jeno.

Jeno pun bergegas berdiri dan meraih ranselnya yang ia letakkan di sofa. Namun Jeno malah salah fokus saat melihat barang bawaan Winter yang tampak memenuhi tangany gadis mungil itu.

"Banyak banget yang dibawa" kata Jeno, sambil memperhatikan detail barang yang dibawa Winter.

Winter memakai ransel dipunggungnya, tapi ditangan kanannya ada tas laptop, lalu ditangan kirinya ada dua buku tebal dan disela jari Winter ada payung.

"Nanti aku presentasi" jelas Winter.

Jeno pun mengangguk tapi juga memanyunkan bibirnya, "kalau bawa semua ini, apa bisa kita naik sepedaku. Padahal aku mau bonceng kamu pakai sepedaku" katanya, sambil menunjuk ke semua barang yang Winter bawa.

Tetapi Jeno tidak mau membuat lama, laki-laki itupun langsung merebut laptop dan satu buk paket Winter, "aku bantuin bawa, titip sepedaku disini" ujarnya dengan lembut.

Jeno memang pintar hari ini.

Ia pergi pagi ke rumah Winter dan bisa sarapan disini, dimana ia bisa melihat Winter di pagi hari untuk mengawali harinya. Lalu ia bisa berangkat ke kampus bersama Winter, dimana perjalanan dari rumah Winter ke kampus mereka cukup memakan waktu dimana mereka bisa berbincang atau hanya memandangi paras cantik nan segar milik Winter. Kemudian Jeno membantu Winter membawakan barang milik gadis itu dan meninggalkan sepeda miliknya, supaya Jeno masih punya alasan untuk kembali ke rumah ini yang dimana itu berarti Jeno bisa pulang bersama Winter.

Sehingga seharian ini Jeno bisa menghabiskan waktu yang panjang bersama gadis yang ia cintai. 

"Hari ini rupanya cukup untuk menebus hari tanpa Winter hehe" batinnya dengan muka tersenyum.

KEMBALI KE MASA SEKARANG...

Jeno dan Winter duduk berdampingan, keduanya tampak tenang menunggu pak Kun datang dan memulai kuis hari ini.

"Winter, dirumah kamu ada berapa kamar?" tanya Jeno yang begitu asal.

Winter tidak menjawab dan tetap membaca bukunya.

"Aku tebak ya, pasti ada 5" sambung Jeno, bertanya sendiri dijawab sendiri.

Tapi hal itu rupanya dapat memancing Winter bereaksi, "salah" timpal Winter.

"Terus berapa yang bener?" balas Jeno cepat. Winter tanpa bersuara hanya menggerakkan jarinya, dimana ia menjawab dengan itu yang menunjukkan angka 4.

Jeno pun tersenyum, setidaknya Winter masih meresponnya.

"Oh empat. Yang satu buat apa? kalian kan cuma bertiga dirumah" tanya Jeno lagi.

Namun kali ini Winter mendengus kesal, "bukan urusanmu" balas Winter dengan ketus.

Jeno malah terkekeh dan menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. Jeno terdiam sambil memandang ke kursi dosen yang masih kosong, ia tampak berpikir untuk mencari topik pembicaraan yang lain selagi menunggu pak Kun yang belum datang karena memang Jeno dan Winter datang lebih awal.

"Kalau mama kamu masak, kamu ikut bantuin nggak?" Jeno datang lagi dengan pertanyaannya.

Winter langsung menggelengkan kepala. Jeno menanggapinya dengan anggukan kuat dimana ia mengerti, "jadi kamu nggak pernah masak? nggak bisa masak? tapi tidak apa-apa aku tidak masalah kalau harus beli makan" balas Jeno yang tidak di balas sepatah katapun oleh Winter, yang nampaknya memang tidak peduli.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang