3. TINGKAH ORANG SAKIT

44 7 0
                                    

Jeno mengetik.

Winter, kamu baik-baik saja?

.
.
Sepulang dari tempat teokbokki itu, jelas Winter langsung demam dan harus beristirahat. Namun pesan yang dikirim Jeno barusan belum bisa Winter baca, sebab sekarang gadis itu hanya tidur dengan kompres yang menempel di dahinya.

Raut wajah mama tampak hawatir, karena bukannya semakin reda panas anak pertamanya ini justru malah naik. Mama terus bolak balik mengambil air hangat baru untuk mengompres anaknya, tentu obat sudah diminum tapi belum juga turun panasnya.

TING...TONG...

bunyi bel rumah mereka berbunyi dan mama langsung bergegas keluar sebab ia memang memanggil temannya yang dokter, karena hawatir dengan Winter yang seperti tidak mempan diberi obat panas biasanya.

Karena hanya mama yang berada dirumah, Haerin sedang bersekolah maka hanya mama yang dapat membukakan pintu dan terpaksa meninggalkan Winter sebentar.

"Iya, sebentar" teriak mama dari dalam rumah, sembari berlari kecil ke dekat pintu.

Hingga akhirnya ia membuka pintu dan langsung memasang wajah terkejut. Melihat ada seorang anak laki-laki tampan yang tengah tersenyum padanya, tampak rapi dengan baju kemeja warna biru muda Jeno membawa bunga mawar putih dan buah-buahan.

"Pagi tante, saya Jeno c⁴l0n 5u⁴m¹ Winter" sapanya, masih dengan wajah tersenyum. Bagian kata-kata alay itu tetap mampu ia katakan dalam hati.

Mama Winter pun mengangguk dan mempersilahkan Jeno masuk.

"Mau minum apa?" Tanya mama Winter, sambil menyuruh Jeno duduk di kursi ruang tamu.

Jeno pun duduk dengan manis, badannya tegap, kedua tangan ia taruh di atas pahanya, dan wajahnya masih tersenyum lebar. Jeno sengaja agar mama Winter tahu betapa indah senyum miliknya. Jeno juga sengaja datang pagi seperti ini supaya mukanya masih segar, sehingga semoga dapat mempesona calon mertua.

"Apa aja tante, saya suka semua. T³rm4suqQ3 Winter ehe" kata Jeno.

Mama Winter mengangguk dan langsung mengambil jus alpukat dari kulkas, yang baru ia buat tadi untuk sarapan Haerin.

"Silahkan, ini jus alpukat. Khas Indonesia" jelas mama Winter, dengan ramah tidak dingin seperti seseorang yang disukai Jeno.

Jeno yang tidak merasa hal ini baru ia jumpai, melihat sebuah alpukat menjadi minuman ia pun tampak ngeri. Ia penasaran bagaimana rasanya, akankah menjadi aneh?. Tapi karena calon mertua melihatinya, ia pun kembali tersenyum meski barusan agak terbelalak sebentar.

Sejenak Jeno menelan ludah karena agak ragu, tapi perlahan ia mengangkat gelas yang berisi penuh dengan jus alpukat--gelasnya juga cukup besar dan tinggi.

"Kamu pasti bisa Jeno" batinnya dan Jeno mulai meneguk minuman baru yang aneh di telinganya itu.

Begitu minuman itu masuk ke mulut dan meluncur ke tenggerokannya, mata Jeno langsung membulat sempurna.

"Kok enak?" Batinnya, heran.

Jeno masih mengangkat gelas itu, ia masih mau menyeruput lagi dan lagi karena ternyata rasanya sangat enak. Jus ini terasa lembut, gurih, creamy, manis, dan gitu deh pokoknya.

Minum jus alpukat ini sama rasanya sepertu melihat Winter, ingin semua berlangsung lama, ingin juga dapat menghetikan waktu agar momen ini tidak berlalu begitu saja.

Hingga tak terasa Jeno telah meneguk semuanya, membuat gelas itu bening kembali dan terpaksa ia berhenti menempelkan gelas tersebut di bibirnya dan lalu meletakkannya.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang