9. KECIL HATI

17 3 0
                                    

Jeno sudah sepuluh menit terdiam disana. Anak itu melamun sambil memandangi lukisan karya Donghyuck yang bertumpuk di ruang keluarga, Donghyuck menumpuk semua lukisannya di dekat sofa.

Malam ini papa pulang lebih awal dan membawa ayam goreng dua rasa, Jeno dan keluarga memakan ayam goreng dengan lahap dan kini tinggal bersih-bersih untuk bersiap melihat film bersama.

Papa mengajak dua putra kembarnya melihat film dari cd yang ia punya, sebuah film zaman dahulu yang suka diputar papa saat awal pernikahan.

"Semua lukisan itu buat apa?" Tanya Jeno, dengan keadaannya yang masih diperban dibeberapa luka. Karena belum kering tapi syukurnya Jeno sudah bisa berjalan dan kembali beraktivitas, terutama yang membuatnya senang adalah pergi ke kampus.

Donghyuck yang tadinya masih berjalan pun duduk disamping kiri saudaranya, "buat apa~~ susah, buat apa~~  susah, lebih baik kita bergembira" jawabnya, malah menyayi

Namun karena tangan Jeno masih sakit sehingga ia tidak bisa menonjok kembarannya, walaupun ia sangat ingin.

Donghyuck yang melirik tangan Jeno sambil sedikit mengernyit pun kemudian terkekeh, anak itu malah berdiri dan menjulurkan lidahnya bermaksud meledek Jeno yang tak bisa melakukan kekerasan padanya. Donghyuck dengan sengaja bertingkah menyebalkan.

Tapi...
PLAK!!

Papa datang seperti seorang pahlawan. Tangan papa begitu ringan ketika menghempaskan handuk basahnya ke pundak Donghyuck, seperti sedang memecut kuda--papa sangat tepat sasaran hingga membuat Donghyuck berlari terbirit sambil menggosok-gosok pundaknya yang agak panas.

"Sakit papa!!" Teriaknya yang belum berhenti berlari karena papa juga mengejarnya.

"Makanya jangan nyebelin. Kamu ini sebenarnya turunan siapa sih? Papa kan anak baik dan manis" ucap papa tanpa memperlambat langkahnya.

Sedangkan Donghyuck berlari lebih cepat, mengelilingi seluruh rumahnya yang tanpa tangga itu.

"Ampun pa ampun!!" Teriak Donghyuck sekali lagi dan papa malah terbahak melihat anaknya mulai menyerah.

Jeno yang duduk sedari tadi pun tertawa cukup keras, hingga suaranya pun memudar saking lucunya. Jeno hanya mengikuti arah mereka berlari dan hanya tertawa.

5 jam kemudian.

"Ikut maraton aja yuk pa!" Seru Donghyuck, dengan napas masih terengah-engah.

Papa pun mengusap keringatnya, Kakinya bergetar karena kelelahan berlari tapi tangannya memaksa untuk memasukkan cd film agar mereka segera dapat melihat filmnya.

Selesai menyalakan dvd, papa berjalan dengan langkah yang lambat dan menggeplak dua putranya.

"Minggir!" Seru papa dan kedua anak kembar itu pun bergeser, mempersilahkan orang tua tunggal mereka untuk duduk ditengah.

Setengah film berjalan, tiba-tiba papa kembali bersuara setelah hening sedari tadi.

"Kira-kira mama ngapain ya sekarang?" Gumam papa dengan wajah tersenyum, tapi mata membendung.

Jeno menoleh, "lagi bikin kimchi pa" jawab anak itu. Yang langsung disambut oleh Donghyuck, "lagi nonton penthouse pa"

Dan papa hanya bisa menghela napas.

"Udah pa jangan bahas mama, lagi nggak pengen sedih nih. Besok kan hari bahagiaku" jelas Donghyuck sambil meringis.

Jeno yang mendengar itupun penasaran, "emang besok ngapain? Mau nikah?".

Donghyuck melirik tajam Jeno, "jomblo bos! Lagian, emang hari bahagia itu nikah aja. " Protesnya.

"Ahahha jomblo" ledek papa sambil terbahak.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang