14. MALAM MENUJU FESTIVAL

57 2 0
                                    

Jeno terbangun dengan napas tersengal-sengal. Laki-laki itu tampak kebingungan serta menengok ke kanan dan ke kiri.

"Kenapa? Aku tiba-tiba dirumah" batin Jeno, dengan wajah bingungnya setelah bangun.

Tak berhenti disitu, laki-laki itu langsung membulatkan mata begitu merasa terkejut saat melihat seseorang yang duduk disamping tempat tidurnya.

"Wintah? Kenapa kamu disini? Eh kenapa aku disini? Bukannya tadi kita dibandara? Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Jeno bertubi-tubi, ia sangat bingung sekarang. Anak itu rupanya benar-benar kehilangan ingatannya, ia bahkan tidak ingat bahwa dirinya usai pingsan.

Winter yang duduk sambil membaca buku yang tadinya tergeletak di atas nakas samping kasur, gadis itu menghela napas dan memutar bola matanya jengah.

"Jeno is back" kata Winter dalam hati.

Setelah sepanjang perjalanan dibuat kesal oleh Jeno yang tidak menyahutinya,kini ia kesal menghadapi kembali serangan pertanyaan dari laki-laki yang tak mau jauh darinya itu.

"Bingung sekali jadi aku" sambung Winter, masih membatin.

Gadis itu memang selalu kebingungan saat menghadapi Jeno, sebab Winter memang tak ingin memikirkan laki-laki itu lebih dalam hanya untuk memperjelas perasaannya setiap berinteraksi dengan Jeno. Yang jelas Winter tidak bisa mengatakan dia suka saat Jeno banyak bicara atau disebut benci juga ia selalu merasa aneh dan resah begitu Jeno hanya diam.

Aneh...
Memang.
Winter sudah ketularan anehnya Jeno.

"Tadi kamu pingsan" ucap Winter singkat.

Gadis itu lalu berdiri dari tempat duduknya, ia meletakkan kembali buku yang barusan ia baca dan mengabaikan Jeno dengan wajah bingungnya.

"Kenapa? Kok bisa? Terus kamu bawa aku pulang, gimana caranya?" Jeno masih penasaran, ia benar-benar lupa.

Winter kembali menghela napas, gadis itu juga heran kenapa Jeno sangat bingung dan tiba-tiba terserang amnesia. Bahkan ia mengira kalau Jeno hanya berpura-pura, mungkin saja kan dia iseng.

Winter tidak menjawab apalagi menjelaskan apapun. Gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya sambil bergeleng, padahal jika mau dijelaskan Winter tentu bisa karena ia yang berdiri disebelah kiri Jeno saat dibandara tadi, tapi energi Winter seolah sudah habis saat di dalam mobil dimana dirinya banyak bicara, sekarang iapun memilih untuk diam saja dan pergi.

Winter pun melangkah pergi dengan langkah pelan namun tegas. Melihat pergerakkan gadis itu, Jeno yang masih terduduk dikasur langsung menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dan berdiri mengejar Winter, laki-laki itu tentu berupaya mencegah pujaan hatinya pergi begitu saja.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya, yang kini berhasil meraih lengan kiri Winter.

Winter kemudian menoleh dan menatapnya cukup tajam, "pulang" balas gadis itu lalu berusaha menyingkirkan tangan Jeno.

Tapi...
Winter yang berhasil melangkah dan berdiri tepat di depan pintu pun tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Kamu selalu membuatku bingung, Wintah" Jeno mulai bersuara.

Winter belum membalikkan badannya, atau lebih tepatnya dia tak ingin menanggapi drama Jeno.

"Tadi kamu baik, manis, perhatian. Terus sekarang...kamu kembali dingin" jelas Jeno, laki-laki itu kemudian menarik napasnya dalam-dalam, "apa mau kamu, Wintah?"

Winter lalu memutar kepala saja untuk melihat Jeno, "Jangan baper!" Gadis itu membuat peringatan, meski ia detik itu juga sadar bahwa dirinya juga salah dimana tiba-tiba menampilkan itu semua.

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang