12. GUMAMAN HATI

11 2 0
                                    

Winter sedang memetik gitarnya, sambil memejamkan mata gadis itu mulai menyanyikan lirik lagu dengan hati yang tenang. Pada festival besok lusa ia akan tampil, mendengar ada acara lomba musik Winter tiba-tiba langsung bersemangat dan ingin menjadi salah satu peserta. Ia hanya langsung kepikiran tentang papanya, dimana papanya ingin sekali melihatnya tampil padahal Winter adalah pribadi yang mengurung diri dan tidak suka menonjol. Di waktu yang sama juga kebetulan pak Kun menyuruhnya untuk tampil dan bahkan memilihkan lagu, yang untungnya itu juga lagu romantis milik orang tuanya.

"Gimana bisa sama ya?" gumamnya, tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala.

Perasaannya sekarang seperti seseorang yang sedang kasmaran, lagu yang ia bawakan turut membuatnya bahagia dan seolah merasakan apa itu jatuh cinta.

Winter tersenyum, sambil melihat percakapannya bersama Jeno, ia seperti merasa bahagia ketika membayangkan Jeno yang terkejut ketika melihat Winter bahkan tampil di dalam acara. Mungkin Jeno sekarang sedang sedih dan kecewa karena Winter menolak ajakannya karena ada acara.

"Lucu sekali pasti wajahnya" gumam Winter, yang bahkan tergelak cukup keras.

Bersamaan dengan itu ada Haerin yang masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu, "ohoi, eonni tertawa? ada apa nih?" ujar adik satu-satunya Winter itu, yang kemudian duduk disebelah kanannya.

Winter kemudian menarik tawanya, ia memasang muka datar yang biasanya, "gak ada" jawabnya singkat. Padahal jelas ia menyembunyikan sesuatu.

Tiba-tiba ada pesan datang.

Jeno: kamu dirumah apa dikampus?

Winter: rahasia

Jawab Winter singkat. Haerin yang duduk disampingnya pun ingin tahu dan mulai melirik, hari ini Haerin tidak sekolah karena nanti siang akan berangkat ke bandara untuk pulang ke Indonesia karena ada sebuah urusan, tentu Haerin pergi bersama mama dan Winter sendirian dirumah.

"ih kepo" protes Winter, yang menyadari Haerin semakin menempel padanya.

Winter pun menarik tangan adiknya dan menyuruhnya pergi seraya berkata, "siapin koper kamu aja, jangan kesini aku mau latihan" dan pintu kamar Winter pun tertutup, bahkan ia kunci. sedangkan Haerin masih mengetuk pintu namun Winter terkekeh dan melangkah menjauh dari pintu dan meraih gitarnya kembali.

Tapi setelah melihat ponselnya Winter langsung mendelik, begitu membaca pesan dari Jeno yang bilang kalau dia sudah berdiri di depan rumahnya bahkan laki-laki itu mengirim fotonya yang menunjukkan sosoknya berdiri disana, Winter benar-benar terkejut.

"Apa? dia seperti hantu" kata Winter bicara sendiri.

Winter pun melihat keluar jendela, sambil mengirim pesan kepada Jeno.

Winter : orang dirumah sibuk, pergilah

Gadis yang tengah memperhatikan Jeno dari kamarnya hanya tersenyum tipis sambil menahan tawa, melihat Jeno yang begitu sigap saat pesannya masuk dan langsung dibalas membuat Winter merasa gemas.

"apa cuma pesanku yang datang, cepat sekali balasnya" gumam Winter yang lanjut melihat ponselnya.

Sejauh ini Jeno belum menekan bel, mungkin laki-laki itu tahu kalau sekarang adalah jam kerja sehingga laki-laki itu memilih untuk mengirim pesan ke sang penghuni rumah lebih dahulu.

Winter akui kalau Jeno adalah laki-laki yang teguh dan yakin dengan keinginannya, tapi ia juga merasa bahwa dirinya seperti sebuah barang hingga Jeno melakukan apapun untuk mendapatkan perhatiannya.

Winter melihat Jeno memanyunkan bibir, wajah ceria Jeno yang biasanya terpancar kini berganati muram. Winter pun tersenyum lebih lebar sambil mengangguk, "jadi begini wajahnya saat kecewa, lucu" gumamnya, yang sedetik kemudian ia menampar pelan pipinya untuk menyadarkan diri, ia tidak boleh larut ke dalam pesona Jeno yang padahal selama ini ia coba hindari sekuat tenaga.

Melihat Jeno setiap hari, bertemu Jeno setiap hari membuat Winter yang risih sekarang menjadi terbiasa sehingga Winter anggap sikap Jeno dengan segala pertanyaannya di dalam obrolan adalah sebuah jamu yang meskipun ia tak ingin minum tapi untuk kesehatan ia akan paksa.

Jika dipikirkan Winter memang agak kesepian dan Jeno adalah obatnya, Winter juga merasa kehilangan pada hari itu yakni hari dimana Jeno tiba-tiba diam. Mengingat itu Winter pun menghela napas dan mulai mencubit kedua pipinya, "ada apa denganmu Winter?" katanya, bicara sendiri.

Winter pun menjauh dari jendela dan berbaring di atas kasurnya sambil merentangkan kedua tangannya. Melihat Jeno begitu kecewa dan hendak pergi, tiba-tiba ia merasa kasihan.

Gadis itu lalu mengangkat ponselnya lagi, lalu mengirim pesan ke Jeno.

Winter: kesini, jam 11. Bawa mobil!

Isi pesan Winter yang sekalian memanfaatkan Jeno, tapi meski begitu pesannya pasti dianggap hadiah oleh Jeno.

Karena benar saja, Jeno yang baru masuk ke dalam bus pun tak kuasa menahan rasa senangnya. Laki-laki bahkan melompat hingga kepala membentur atap bus, rasa senangnya membuatnya lupa kalau dirinya tengah di dalam bus sehingga tidak ada udara di atasnya sekarang.

Sekarang pukul sembilan, dan Jeno akan kembali kemari dua jam lagi. Tapi meski diminta jam 11 untuk datang, Jeno akan berangkat lebih awal yakni jam 10.

Jeno: siap

Jeno bahkan tak memikirkan ada mobil atau tidak, yang penting siap dulu disuruh sang pujaan hati yang tidak bisa ditebak perilakunya.

Bersambung...
Kaka12ika
ㅋㅋㄹㅋ

How can i say??..___
EPISODE 12

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang