11. PAPA DAN ANAKNYA

23 3 0
                                    

Jeno berbaring di atas tempat tidurnya, ia melihati Donghyuck yang sedari tadi mondar mandir. Kurang dua hari lagi festival kampus akan diadakan, dan mungkin kembarannya itu sedang pusing memikirkan terkait acara festival tersebut dimana Donghyuck memang ikut menjadi peserta.

Di festival kampus besok, dimana pertama kali bagi Jeno. Ia pun bingung dan tidak punya gambaran hendak melakukan apa. Jika ada pertunjukkan Jeno juga bingung harus melihat yang mana, padahal ini kesempatan bagus mengajak Winter untuk bersenang-senang bersama. 

"Kalau ngajak cewek ke festival, enaknya dibawa kemana ya?" tanya Jeno tiba-tiba, disaat Donghyuck masih mondar mandir.

Jeno kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri saudaranya, yang rupanya terlihat resah sedari tadi sambil melihat ponsel.

"Nunggu chat dari siapa sih? lebay banget pake mondar mandir kayak setrika" protes Jeno yang kemudian merangkul kembarannya, dimana Donghyuck pun terpaksa berhenti.

Donghyuck lalu melihat ke wajah Jeno, "kalau cewek nggak bales chat berhari-hari itu tandanya apa ya?" kini giliran Donghyuck yang bertanya meskipun pertanyaan Jeno tadi belum dijawab.

"ya kamu bukan prioritas" jawab Jeno singkat, sambil tertawa kecil. Jeno seperti tak tahan menertawai nasib Donghyuck yang bakal diacuhkan oleh seorang gadis, walaupun ia sendiri tidak tahu gadis yang dimaksud.

Jeno kemudian pergi meninggalkan Donghyuck, sebab tiba-tiba perutnya sakit dan kebelet ingin buang air besar. Di dalam toilet Jeno menghayati momen sembari melamun, ia memikirkan kegiatan apa yang ia pilih untuk dihabiskan bersama Winter. Meskipun belum tentu tidak ditolak, tapi Jeno akan membuat Winter mengikutinya.

Selesai dari toilet Jeno langsung membuka ponselnya dan mengirim pesan ke Winter, ia tak mau terlambat untuk mengajak gadis itu sebelum ada rencana lain.

Jeno: Weekend ke festival sama aku yuk

12 jam kemudian...

Pesan Jeno yang itu belum juga dibalas bahkan dibaca oleh Winter. Seolah ketularan nasib yang sama dengan saudaranya, Jeno pun mulai melirik Donghyuck dengan tatapan tajam.

"Nasib sial jangan bagi-bagi dong!" protes Jeno, yang langsung nyolot. Padahal hari sudah malam dan bahkan Donghyuck sendiri sudah terlelap. Alhasil tak ada yang menanggapi dan Jeno malah ngomong sendiri.

Jeno pun kembali menatap ponselnya, matanya mulai memerah dan kering, angin di dalam perutnya mulai menganggu hingga ia tak tahan untuk bersendawa sebab malam sudah semakin dini.

"Kenapa sih Winter? tumben banget" batin Jeno, bertanya-tanya sendiri.

Hingga laki-laki itu mulai memejamkan matanya perlahan karena rasa kantuk yang menggantung, sebab seharian lelah menatap ponsel yang tak kunjung kedatangan pesan dari sang pujaan hati. Jeno pun akhirnya masuk ke dalam tidurnya dan pagi siap menyapanya esok hari.

...

Pagi sudah menyapa tapi diperiksa beberapa kali pun ponsel Jeno masih belum kemasukan notifikasi dari Winter. Jeno kini sedang duduk untuk bersiap sarapan bersama papa, sementara Donghyuck sudah pergi sejak tadi subuh entah berbuat apa.

Hari ini adalah hari Jumat, Jeno lagi-lagi tidak ada kelas karena dosen mata kuliahnya sedang pergi keluar kota sehingga Jeno hanya sibuk mengerjakan tugas dari dosen tersebut har ini, bersama Jaemin yang katanya akan mampir karena mau numpang wifi.

Jeno memanyunkan bibirnya, ia terlihat sangat menunggu dan tak dapat mengalihkan pikirannya tentang Winter, ditambah lagi ia tak ada urusan ke kampus hari ini sehingga tak akan bertemu dengan gadis cantik kesukaannya.

Jeno tanpa sadar memukul meja, membuat papa yang sedang menuangkan sup ke dalam mangkok langsung menoleh berbalik karena terkejut walaupun pukulan Jeno juga tidak cukup keras tapi kebetulan keadaan rumah sedang hening.

"Ada apa nak?" tanya papa, sambil berjalan dari depan kompor menuju meja makan.

Jeno lalu menekan cukup keras ponselnya, masih dengan harapan ada pesan masuk dari Winter.

"Rusak ntar hpnya!" omel papa yang lalu merebut ponsel milik putranya yang tampan.

Jeno lalu menghela napas dan tubuhnya pun lemas, kepalanya tak lagi ia tegakkan melainkan ia baringkan ke atas meja.

"Dia lagi ngapain ya pa? kok nggak bales chat Jeno, atau tangannya lagi sakit jadi nggak bisa main hp? hm Jeno pengen tau huhu" Jeno mulai merengek dan papa hanya bisa terkekeh melihat putranya sedang galau.

Papa yang tentu pernah mengalami hal demikian tak mengatakan apa-apa, ia hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala dan mulai menyuap sup ke dalam mulutnya karena mumpung masih hangat. 

"Makan! galau juga butuh tenaga" ucap papa kemudian, sambil menyodorkan satu sendok nasi ke mulut Jeno dan anak itu juga langsung membuka mulutnya.

Jeno mengunyah sambil mengangkat kembali kepalanya dan duduk dengan manis, ia mulai makan dengan wajah yang murung dan sesekali menghela napas. Ia begitu penasaran dengan Winter tapi ia harus menyelesaikan tugas dari dosen yang pergi dulu, Jeno juga tidak tahu apakah Winter ada jadwal ke kampus hari ini atau menghabiskan hari dirumah sepertinya. Jeno benar-benar bingung.

"Cinta sepihak itu memang berat" kata papa dan Jeno langsung memberikan tatapan sendu. Papa yang gemas pun mengacak-acak rambut anaknya seraya berkata, "dulu kamu nangis kalau diajak pulang dari tempat hiburan, sekarang kamu sedih karena cewek kamu nggak balas chat aigoo anak papa sudah besar" ledek papa dan Jeno tambah memajukan mulutnya.

tungting...

Dering ponsel Jeno berbunyi, tanda ada pesan masuk. Jeno pun langsung menjingkat dan membuka ponselnya, raut mukanya seketika langsung berubah menjadi cerah setelah mendengar dering itu, dimana dering itu khusus ia bunyikan ketika Winter membalas chatnya, dering yang baru ia atur tadi malam agar ia tahu bahwa pesan Winter telah datang.

"Dia bales pa!" ujar Jeno begitu bersemangat.

Jeno segera masuk ke aplikasi dan mulai membuka pesan Winter. Tapi wajahnya kembali muram ketika sedang membaca isi pesan gadis cantik yang ia sukai itu.

Winter: Aku ada acara

Balas Winter singkat ditambah sebuah kalimat penolakan. Jeno pun menghela napas dan meletakkan sendoknya, "aku udah selesai makan pa" katanya, lalu membungkukkann kepalanya, "terimakasih makanannya" sambung Jeno lalu berdiri dan berjalan ke kamarnya dengan langkah lambat dan lemas.

Papa yang menyaksikan itu hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala, papa bahkan penasaran dengan sosok gadis yang anaknya sukai hingga sebegitunya,

"Apa dia lebih cantik dari mama?" teriak papa, dan Jeno langsung menghentikan langkahnya. Anak itu berbalik badan dan melihat papanya yang agak jauh dari tempatnya berdiri, Jeno menyorot papanya dengan tatapan sendu.

Jeno mengangguk "Iya pa. Dia lebih cantik dari mama karena dia adalah calon mama dari anak-anakku" kata laki-laki itu, dengan suaranya yang lemah. Papa pun tak tahan untuk tertawa kecil, meski Jeno kemudian lanjut masuk ke kamar dan menutup pintu.

Melihat sikap Jeno sekarang seketika mengingatkan papa kepada masa lalunya, dimana papa juga sangat tergila-gila dengan mama dari kedua putranya dan kata-kata yang Jeno lontarkan barusan sungguh persis dengan perkataannya dimasa lalu saat bicara dengan ayahnya.

"Memang buah tidak jauh dari pohonnya" gumam papa lalu mulai membersihkan meja makan.

Sementara itu, dirumah Winter sedang serius memainkan gitar akustik miliknya. Winter akan tampil di acara festival dan ia akan bernyanyi sambil bermain gitar. Winter kini sedang sibuk menyiapkan penampilannya dengan persiapan yang singkat.

Winter melakukan ini sebab ia dipaksa oleh pak Kun, bahkan lagu yang Winter mainkan adalah lagu pilihan pak Kun karena lagu tersebut merupakan lagu kesukaan kekasih pak Kun yang rencananya akan dilamar di hari festival berlangsung. Meskipun sedikit curang, karena Winter melakukan ini untuk sebuah nilai yang bagus tapi ia juga menyukai kegiatan bermusik dan sudah lama ia tidak bermain gitar yang dulu sering ia mainkan bersama papa.

Bersambung...
ㅋㅋㄹㅋ
Kaka12ika

HOW CAN I SAY??..___
EPISODE 11

2. HOW CAN I SAY ?? [Jeno × Winter] End 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang