Olivia berdiri di depan jendela, menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, menatap langit malam tanpa bintang yang terlihat kelam, persis seperti perasaannya kali ini. Olivia melipat kedua tangannya di dada, emosi bergelung dalam dirinya setelah Alex dan Laura kembali menemuinya dan menyampaikan mengenai apa yang mereka tamukan.
Ekor mata Olivia melirik pada amplop coklat yang berada di atas sofa di dekat jendela, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.
Helena... wanita itu benar-benar jahat ternyata.
Olivia tidak percaya ada manusia yang benar-benar jahat di dunia ini. Namun, setelah hari ini, Olivia menyadarinya.
Derit pintu kamar yang terbuka membuat Olivia menipiskan bibirnya. Kepalanya masih belum mau menoleh sekalipun dia tahu siapa yang masuk ke dalam kamar.
Lalu sebuah pelukan hangat Olivia rasakan dari belakang tubuhnya. Richard bahkan mengecup leher Olivia lama.
"Maafkan aku," bisiknya lembut. "aku tidak berniat marah dan menyakitimu." Olivia tetap diam tanpa bereaksi sedikitpun hingga Richard memutar tubuh Olivia agar mereka berhadapan. Richard tersenyum tipis, kemudian mengecup dahi Olivia lama. "mulai saat ini, kau sudah aman. Tidak akan ada lagi yang bisa mengganggumu."
Kali ini Olivia mengernyit, tidak mengerti dengan apa yang Richard katakan.
"Polisi sudah berhasil menangkap Liam." Jelas Richard.
"Apa?" gumam Olivia tidak percaya. Kedua matanya bahkan terbelalak hebat.
Richard tersenyum senang, "Pagi ini Helena memberikan bukti yang lebih kuat padaku, aku sudah menyerahkannya pada Polisi dan bukti itu bisa membuat Liam berada di dalam tahanan."
Mendengar nama Helena disebuat berhasil membuat Olivia tidak lagi bisa mengontrol emosinya. "Helena?"
"Ya."
"Kau memercayai wanita sialan itu, Rich?!"
Senyuman Richard lenyap, kini wajahnya mengernyit bingung. "Olivia..."
"Liam tidak bersalah!" teriak Olivia.
Richard mendengus, "Olivia, sebenarnya ada apa ini? Kau selalu panik sejak teror itu dan sekarang, setelah Liam di tangkap, kau malah mengatakan jika dia tidak bersalah? Omong kosong apa ini?"
Olivia mengusap wajahnya gusar. "Bukan Liam orangnya, Rich... bukan dia."
"Olivia..."
Olivia mengambil map coklat itu dan menyerahkannya pada Richard.
"Apa ini?"
"Bukti."
"Bukti?"
"Ya, bukti jika semua ini adalah ulah Helena, sahabat dan mantan kekasihmu itu."
Kepala Richard menggeleng tak percaya. "Lagi-lagi kau mencurigainya?"
"Dia pelakunya," tegas Olivia. "sejak awal, sejak dia tahu kau mencintaiku, dia sudah memulai semua ini. Memfitnah Liam hingga dia bisa memiliki alasan untuk putus dengannya, dan saat dia tahu Liam memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi, dia mulai menerorku dan sengaja mengkambing hitamkan Liam agar kebusukannya tidak bisa diketahui siapa pun!"
"Olivia–"
"Dia masih mencintaimu, Rich... karena itu dia melakukan semua ini."
"CUKUP, OLIVIA!" bentak Richard. "apa kau sudah gila?! Kau mendengar semua ini dari Liam, kan? Kau memercayai si berengsek itu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Suit
General FictionRichard kira mencintai Olivia dan calon bayi mereka saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak. Desakan pernikahan dari orang-orang disekitar mereka membuatnya frustasi. Mungkin bisa kembali mencintai orang lain mudah untuk dia lakukan. Tapi untuk berkom...