Olivia sedang mengobrol bersama Philip sambil menemani Philip memasak makan siang untuknya. Di depannya ada sepiring puding sebagai cemilan. Philip selalu membuatkan cemilan yang berbeda setiap hari untuk Olivia, dan Philip sangat senang melakukannya. Olivia bukan tipe wanita yang senang makan terlalu banyak, membuatnya terlihat cenderung kurus. Jadi, begitu Olivia lebih rajin mengunyah makanan semenjak hamil, Philip adalah orang pertama yang sangat menyukainya.
"Aku heran, kenapa kau tidak membuka sebuah restoran saja, Philip? Masakanmu sangat enak dan aku yakin, orang-orang juga akan mengatakan hal yang sama. Kau tidak harus bekerja di dapur Richard yang kecil ini selamanya, Philip. Bahkan kau bisa menjadi seorang Master Chef." Ujar Olivia sebelum kembali memasukkan sesendok puding ke dalam mulutnya, lalu memejamkan mata menikmati kelezatan puding itu.
Philip hanya tertawa pelan mendengar celotehan Olivia. "Sayangnya saya lebih menyukai bekerja di sini, nona."
"Loyalitas?"
"Ya?"
"Aku sudah mendengarnya dari Richard. Kau bekerja di rumah keluarganya dulu, lalu kembali mengabdi padanya sampai saat ini."
Philip tersenyum kecil.
"Kau menyayangi Richard?" tanya Olivia hati-hati.
Kemudian Philip mengangguk pelan. "Tuan Richard itu... tidak seperti apa yang terlihat. Dia sangat rapuh dan membutuhkan banyak sekali orang-orang di sekelilingnya untuk memberikan dukungan. Saya ingin melakukannya untuk tuan Richard."
Olivie menghela napas lirih. Pilihp benar, Ricard memang serapuh itu. Sikap dingin dan tegasnya itu seperti sebuah baju pelindung baginya. Richard sudah terlalu banyak menerima luka, jadi sudah sewajarnya dia melindungi dirinya sendiri.
"Tapi semenjak nona bersama tuan, semuanya mulai berubah." Gumam Philip, dia tersenyum tulus pada Olivia. "terima kasih sudah menemani tuan Richard."
Olivia termangu, kemudian tersenyum tipis sambil mengangkat kedua bahunya ringan. "Mau bagaimana lagi, aku sangat mencintainya."
"Dan tuan juga sangat mencintai nona."
Lalu kedua wanita itu tertawa bersama.
Tidak lama berselang, ponsel Olivia berdering. Ada sebuah panggilan masuk dari nomer asing.
Olivia beranjak dari dapur untuk mengangkat panggilan itu. "Halo?"
Halo, Olivia. Ini aku, Liam.
Langkah kaki Olivia terhenti seketika. Wajahnya terlihat terkejut, tidak menyangka Liam menelefonnya. "Kau... bagaimana bisa mengetahui nomer ponselku?"
Aku berusaha mencarinya. Saat mendengar dengusan kasar Olivia, Liam kembali bicara. Aku mempunyai bukti kalau aku tidak bersalah, Olivia.
"Liam, maaf, tapi itu bukan urusanku."
Dengarkan aku, Olivia...
"Maaf, Liam, aku tidak mau mencampuri masalah kalian. Kalau kau merasa tidak bersalah, sebaiknya katakan pada Helana dan buat dia kembali memercayaimu. Mungkin saja kalian bisa kembali bersama."
Aku tidak mau kembali bersamanya.
"Lalu untuk apa semua ini? Kau terus menerus menghubungiku dan meminta aku memercayaimu."
Karena aku yakin, sebentar lagi... Helena akan merusak hubunganmu dan Richard.
Olivia memejamkan matanya gusar, dia mengurai rambutnya kebelakang, menghempaskan tubuhnya duduk di atas sofa. "Berhenti mengatakan itu, Liam... jangan mencoba membuat aku harus mencurigai Helena seperti keinginanmu. Aku tidak mau terlibat dalam masalah kalian. Dan tolong, jangan lagi berusaha menghubungiku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Suit
General FictionRichard kira mencintai Olivia dan calon bayi mereka saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak. Desakan pernikahan dari orang-orang disekitar mereka membuatnya frustasi. Mungkin bisa kembali mencintai orang lain mudah untuk dia lakukan. Tapi untuk berkom...