Richard berdiri di atas altar. Menatap lurus ke depan, menunggu sosok wanita tercantik dimatanya, memakai gaun pengantin dan membuatnya semakin terlihat memesona.
Senyuman Richard mengembang. Sebuah senyuman lepas yang jarang terlihat darinya. Begitu juga dengan pengantin wanitanya. Olivia Sinclair.
Wanita dengan senyuman teduh yang Richard gilai itu menunduk malu saat bibir Richard mengucapkan kalimat I love you tanpa suara.
Lalu Richard mengulurkan tangannya untuk menyambut pengantinnya. Namun, tiba-tiba saja ada sosok bocah perempuan kecil dengan tubuh lusuh dan berwajah murung yang muncul dengan perlahan-lahan dari belakang tubuh Olivia.
Bocah itu menatapnya dengan tatapan penuh menderitaan. Wajahnya seperti di pahat oleh orang yang sama memahat wajahnya.
Matanya teduh seperti Olivia. Hidung mancungnya yang tegas persis seperti Richard. Dan bocah perempuan itu mulai mengulurkan tangan padanya.
"Daddy... tolong jangan pukul aku."
Richard merasa oksigen disekitarnya menipis. Lalu ketika dia mengalihkan tatapannya kearah lain, dia terbelalak saat melihat tempat yang begitu indah untuk pernikahannya tadi telah berubah menjadi sebuah rumah gelap dan pengap.
Dan disana, hanya ada dirinya dan bocah kecil itu.
"Daddy..."
Bocah itu mendekat lalu Richard mundur perlahan.
"Tolong aku, Daddy... tubuhku sakit. Jangan pukul aku lagi... aku janji tidak akan membuat Daddy marah lagi."
Lalu Richard melihat sekujur tubuh bocah itu seksama. Banyak luka lebam. Tubuhnya merinding seketika. Bocah itu memanggilnya lagi, merintih, menangis, meminta belas kasihnya.
Tapi Richard hanya berdiri mematung dengan kepala yang terus menggeleng.
"Tidak... jangan mendekat... jangan!"
Tepat ketika teriakan nyaringnya bergema. Tiba-tiba saja Richard merasakan sebuah guncangan ditubuhnya. Dia membuka mata, menarik napas tergesa-gesa seolah akan kehilangannya.
"Sayang, kau tidak apa-apa?"
Usapan diwajahnya membuat Richard menoleh kesampingnya. Olivia berbaring disampingnya, menatapnya cemas dengan kedua mata teduhnya.
"Mimpi buruk?" Tanya Olivia lagi.
Richard masih berusaha menenangkan dirinya. Tubuhnya terasa berkeringat padahal dia tidak melakukan apapun. Bahkan kini telapak tangan Olivia berusaha menghapus keringat di dahinya.
Tatapan Richard jatuh keatas perut Olivia. Dia menatapnya lama dan kosong.
"Rich... ada apa?"
Suara cemas Olivia membuat perhatian Richard teralihkan. Dia meringsek maju, menarik Olivia dalam pelukannya. Mengecupi puncak kepala wanita yang sudah berhasil membuat setiap aliran darah dalam tubuhnya berteriak pongah bawah wanita itu sangat dia cintai.
Richard melarikan tangannya kebawah, berhenti tepat diatas perut Olivia yang hanya dilapisi lingerie tipis yang longgar. Memejamkan matanya, Richard mengelus perut Olivia yang mulai membesar.
"Apa aku bisa menjadi ayah yang baik?" Bisik Richard dengan suara serak.
Olivia mengangkat sedikit kepalanya keatas untuk menatap wajah Richard. Ada gurat ketakutan di wajah lelaki itu, membuat Olivia mulai memahami apa yang terjadi.
Telapak tangan Olivia terangkat keatas, menarik wajah Richard agar menunduk dan menatapnya. "Apa menurutmu aku bisa menjadi Ibu yang baik?"
"Ya, tentu. Aku yakin kau akan menjadi Ibu terbaik di dunia ini bagi dia." Richard mengelus perut Olivia semakin intens.
"Kenapa kau bisa berpikiran begitu?"
"Karena sejak awal, saat kau tahu dia ada disini, diperutmu, kau selalu menjaganya. Mempertahankan dia. Kau pernah berpikir aku akan mencelakainya, dan walaupun kau sangat mencintaiku, tapi kau selalu memilih dia. Sekalipun kau harus kehilangan aku. Hal yang mungkin tidak akan pernah aku lakukan." Ujar Richard tertunduk sedih. Dia benar-benar memperlihatkan luka yang selama ini dia simpan seorang diri.
Olivia merasakan hatinya terenyuh. "Saat kau tahu aku sedang hamil, apa kau... pernah berpikir untuk menyuruhku menyingkirkannya?"
Richard menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Karena aku tahu kau pasti akan sangat mencintainya. Dan aku tidak bisa merampas sesuatu yang kau cintai. Aku tidak akan bisa."
Lalu Olivia tersenyum. Senyuman yang menenangkan kegelisahan Richard. "Kalau begitu aku yakin. Meski tidak sekarang, tapi suatu hari nanti, kau akan mencintainya seperti aku mencintainya. Bahkan mungkin rasa cintamu lebih besar dariku. Dan ketika anak kita besar nanti, maka dia akan berteriak pada semua orang dengan penuh bangga, kalau dia memiliki Ayah terhebat di dunia."
Olivia mengecup bibir Richard lama. "Aku yakin itu, Rich..." bisiknya lirih.
Kedua mata Richard berkaca-kaca mendengarnya.
"I love you, Olivia."
"I love you too, Rich."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Suit
General FictionRichard kira mencintai Olivia dan calon bayi mereka saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak. Desakan pernikahan dari orang-orang disekitar mereka membuatnya frustasi. Mungkin bisa kembali mencintai orang lain mudah untuk dia lakukan. Tapi untuk berkom...