Menggeliat malas, Olivia membuka kedua matanya perlahan. Tirai jendela sudah terbuka lebar, sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar dan mengenai wajah Olivia, membuat tidurnya terganggu dan memaksanya membua kedua mata.
Olivia mengerjap pelan, kembali menggeliat dengan satu tangan meraba sisi ranjangnya yang lain. Dia tidak menemukan keberadaan Richard. Olivia melirik jam di atas meja, masih pukul delapan.
Aneh, tidak biasanya Richard meninggalkan ranjang mereka sepagi ini di hari minggu. Mengernyit bingung, Olivia beranjak dari ranjang, berjalan lambat sambil memakai kimononya untuk keluar dari kamar.
Olivia menuruni satu persatu anak tangga, jemarinya mengurai rambutnya yang tergerai dan terlihat berantakan karena dia baru saja bangun tidur.
Olivia mencari Richard di dapur, tapi tempat itu kosong hingga dia memilih mencari keberadaan Richard di tempat lagi. Kemudian Olivia mendengar sayup-sayup suara beberapa orang bicara.
Dia pergi ke sana, mendekati di mana Richard, Philip, Gerald dan Alex berdiri tegak mengelilingi sebuah meja. Olivia mengernyit bingung dan bergegas mendekati mereka semua.
"Ada apa ini?" tanyanya.
Ketika semua orang menoleh padanya, mereka semua terlihat terkejut. Hingga ketika kedua mata Olivia beranjak menatap sebuah kotak yang terbuka di atas meja, kedua mata Olivia terbelalak ngeri.
Dia terkesiap dan memundurkan langkahnya dengan wajah takut, telapak tangannya terangkat menutupi mulutnya. Richard bergegas menghampirinya, menghadang pandangan Olivia dari kotak yang berisikan seekor kucing hitam yang berlumuran darah di mana perutnya tercabik-cabik.
Olivia merasa perutnya bergejolak hingga dia tiba-tiba ingin memuntahkan sesuatu. Olivia bergegas berlari kembali ke dalam kamar. Richard menggeram lalu memberikan perintah.
"Perketat penjagaan! Periksa CCTV dan cari tahu siapa yang mengirim kotak ini. Jangan biarkan satu orang pun menemui Olivia tanpa seizinku. Kalian mengerti?!"
"Ya, Mr. William!" jawab Alex dan Gerald serentak.
Richard bergegas menyusul Olivia ke dalam kamar. Kekasihnya itu terduduk lemas di atas closet dengan kepala tertunduk. Richard bersimpuh di depannya, satu telapak tangannya merangkum sisi wajah Olivia. "Kau baik-baik saja? Apa kau ingin aku memanggil dokter untukmu?"
Olivia mengangkat wajahnya, menatap Richard dengan tatapan takut. "Siapa... yang mengirimnya?"
Richard menggeleng pelan. "Alex dan Gerald akan segera mencari tahu."
"Rich, itu... sangat mengerikan," racau Olivia. "kucing itu... perutnya..."
"Sshh..." Richard memeluknya, mengusap punggungnya menenangkan. "sudah, jangan diingat lagi, Olivia, aku akan melindungimu."
"Itu untukku..."
"Olivia–"
"Itu pasti untukku," ulang Olivia lagi dengan kedua matanya yang menatap kosong ke depan. "aku takut, Rich..." kedua tangannya memeluk perutnya sendiri. "aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada bayiku."
Richard mengurai pelukannya, menatap Olivia lekat dengan dua bola mata tajamnya. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kalian. Kalian akan baik-baik saja, sayang, aku berjanji."
Olivia menangis pelan, mengangguk berat lalu memeluk Richard erat.
***
"Tidak, An, kau tidak perlu datang. Aku sudah baik-baik saja, jangan bolos dari kelasmu. Hm, Richard di sini," selagi bicara dengan Angela melalui ponselnya, Olivia melirik Philip yang sejak tadi duduk menemaninya setelah memberikannya segelas air. "Philip juga selalu menemaniku sejak tadi. Hm, baiklah... aku akan menghubungimu lagi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Suit
General FictionRichard kira mencintai Olivia dan calon bayi mereka saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak. Desakan pernikahan dari orang-orang disekitar mereka membuatnya frustasi. Mungkin bisa kembali mencintai orang lain mudah untuk dia lakukan. Tapi untuk berkom...