Beberapa hari setelah terjadinya serangan pada Asgard, segalanya terasa begitu lengang. Kesibukan para djinn pekerja yang membersihkan puing pertarungan adalah satu-satunya suara keras yang bisa didengar di lorong-lorong Asgard. Sisanya dipenuhi dengan bisikan. Penuh rasa was-was, rasa ingin tahu, dan juga kecurigaan pada satu sama lain. Rasa curiga bahwa mungkin saja, orang terdekat mereka adalah orang yang sama yang menjadi dalang penyerangan Asgard.
Sementara itu, jauh di bawah tanah istana Asgard, Shinra berbaring dengan mata terpejam. Luka-lukanya sudah banyak yang menutup, hanya menyisakan beberapa bekas jaringan parut di tubuhnya. Seorang dewi berambut pirang duduk di dekatnya, sibuk meracik ramuan dari tumbuh-tumbuhan hijau.
"Sedang apa kau di sini, Eir?" geraman bernada rendah menggema keluar dari tenggorokan Shinra. Eir, si dewi berambut pirang, menoleh. Sebuah emblem emas berukirkan tanda plus tersemat di gaun putihnya. Wanita itu tersenyum dan perlahan mengelus moncong Shinra.
"Aku ini dewi penyembuhan. Aku tidak bisa tinggal diam melihat temanku berbaring tak berdaya," ujarnya lembut. Shinra mendengus. Ia membuka matanya yang sedari tadi tertutup, menemui tatapan Eir. Perlahan, berusaha untuk tidak mengacaukan perban yang masih membalut leher jenjangnya, Shinra beringsut mendekati Eir. Naga itu membaringkan lehernya mengitari tubuh Eir.
"Kau tidak takut padaku?" Shinra bergumam. Matanya kembali terpejam. Sapuan tangan Eir terasa sangat nyaman di moncongnya. "Aku ini pengkhianat."
Hembusan napas Shinra menerbangkan butiran debu. Titik-titik kecil itu melayang-layang sebentar, beberapa jatuh ke tanah dan sebagian lagi menabrak jeruji besi. Jeruji besi yang memenjarakan Shinra dari dunia luar.
Bahkan ketika tubuhnya tercabik demi melindungi Asgard, para dewa telah melabeli dirinya sebagai seorang tersangka. Seorang pengkhianat. Karena tugas Shinra adalah sebagai penjaga gerbang Afer, kedatangan para penyusup dianggap sebagai kesalahan Shinra. Atau setidaknya begitulah awalnya.
Cerita yang menyebar dari bibir ke bibir lama kelamaan semakin menyimpang dari berita asli. Masing-masing mulut menambahkan bumbu mereka sendiri. Mulai dari teori kelalaian Shinra, gerbang yang rusak, penjaga yang terlalu lemah... sehingga berita yang sampai di telinga Odin adalah bahwa Shinra berusaha menggulingkan tahta Asgard.
Tanpa sedikitpun basa-basi, Odin melemparkan Shinra ke penjara. Tak peduli bahwa luka-luka yang diderita sang naga masih dirembesi darah. Tak pula didengarkannya permintaan Shinra untuk menghadiri pemakaman Heimdall. Bagi Odin, seorang pengkhianat seperti Shinra harus dieksekusi mati. Tinggal menunggu waktu yang tepat.
Di sinilah Shinra berada sekarang, penjara bawah tanah Asgard. Ia beruntung karena Eir masih berbaik hati untuk merawat luka-lukanya. Beberapa dewa tinggi juga masih sudi mengunjunginya. Thor terkadang membawakan makanan sambil berkeluh kesah tentang ayahnya Odin yang tak pernah mau mendengar pendapatnya. Freyr dan Freyja, kedua sahabat dekat Shinra setiap hari datang ke selnya, membawa apapun yang bisa mereka bawa.
Pernah sekali mereka membawa seorang sprite. Makhluk kecil itu langsung menangis melihat kondisi tuannya. Ia mengatakan bahwa Afer dilanda kekacauan setelah ditinggalkan oleh Shinra. Para gargoyle semakin mudah marah, sedikit saja gangguan dari pengunjung bisa membuat mereka mengejar penganggunya sampai berpuluh-puluh kilometer dari mulut gerbang. Para sprite seringkali terbang tak tentu arah, beberapa menutupi pintu portal dan mengacaukan sistem transportasi antar dunia. Lalu Liz, asisten pribadi Shinra itu mengurung diri. Sang wanita cahaya hanya sesekali muncul untuk menenangkan para sprite, setelah itu kembali menghilang ke dalam telaga.
Memikirkan keadaan teman-temannya di Afer membuat Shinra mendesah lelah. Ingin rasanya memutar balikkan waktu, kembali ke masa-masa kehidupannya yang tenang di Afer. Namun takdir tidak bisa diulang. Shinra hanya mampu meratapi dirinya sendiri sambil menunggu hari eksekusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thus The Divine Dragon Shed Her Scales
FantasyAda begitu banyak kisah yang menceritakan tentang sebuah perjalanan. Baik itu tentang seorang pahlawan ataupun seorang penjahat. Aku tidak akan menceritakan padamu semuanya. Aku akan menceritakan satu. Satu kisah yang aku saksikan dengan mata kepala...