18. Kingdom of Eternal Night

3 0 0
                                    

"Bagaimana keadaan putri anda, Yang Mulia?"

Helel menoleh saat mendengar sebuah suara memanggilnya. Di lorong istana yang hanya diterangi redup rembulan, Shinra berdiri tak jauh darinya. Helel berbalik, mengamati rekan sesama dewinya yang baru kemarin lusa ia temukan. Tubuh Shinra dipenuhi oleh balutan perban. Tangan kirinya dibidai, tergantung di lehernya dengan selembar kain putih.

Untuk seseorang yang bisa dibilang nyaris cacat, Shinra masih memikirkan kepentingan orang lain dibandingkan kebutuhannya sendiri. Setelah Helel membawanya ke istana, Shinra pun merelakan dirinya untuk mendapat perawatan paling akhir agar para Daemon penyembuh mengurusi Elise dan Nyx terlebih dahulu. Terbersit kekaguman dalam hati Helel atas kemuliaan hati sang dewi naga.

"Nyx sudah baikan, tapi dia belum sadarkan diri," jawab Helel. "Bagaimana dengan teman Elfmu, Shinra?"

"Elise baru saja siuman semalam. Terima kasih karena sudah bersedia merawat kami, Yang Mulia."

"Jangan bersikap seperti itu. Kau juga seorang dewi sama sepertiku."

Shinra tersenyum dan menggeleng. "Bagaimanapun juga anda adalah seorang ratu. Saya hanyalah seorang penjaga."

Helel mengangkat alisnya. "Tugasmu itu lebih istimewa dariku, kau tahu?"

Sang ratu Daemon memutar kakinya dan berjalan pergi. Dari gema sol sepatu yang terdengar di lorong, ia tahu bahwa Shinra mengikutinya. Saat Helel memperlambat lajunya agar Shinra menjajarinya, langkah gadis di belakangnya ikut melambat.

Helel menghela napas. Shinra sepertinya memang tidak berniat menempatkan dirinya sendiri di posisi yang sama dengannya.

Keduanya berjalan dalam diam menyusuri lorong-lorong temaram istana. Helel memimpin jalan menuju ke ruang kerja pribadinya. Dua Daemon pengawal membukakan pintu kayu raksasa untuk sang ratu. Shinra membuntuti Helel saat wanita itu duduk di kursinya. Helel menumpangkan lengannya di atas meja marmer hitam yang dipenuhi berkas laporan dari seluruh penjuru Helfheim.

"Duduklah, Shinra," perintah Helel dipatuhi Shinra tanpa sepatah pun kata. Ia duduk di kursi tamu di seberang meja.

"Sebelumnya aku ingin berterima kasih padamu karena sudah merawat putriku selama ini. Aku tidak tahu akan bagaimana jadinya Nyx bila dia tersesat seorang diri," ujar Helel.

"Dengan senang hati, Yang Mulia. Putri anda sudah sangat mandiri tanpa bantuan saya. Anda telah membesarkannya dengan sangat baik."

"Kau merendah, Shinra. Aku justru merasa memanjakan Nyx karena dia putri bungsuku," Helel menopangkan dagunya di tangan, memperhatikan rekannya dengan seksama. "Lalu kau?"

"Maaf?"

"Kau tak lagi memiliki sihir."

Mendengar kalimat Helel, Shinra membeku. Ia mengalihkan pandangannya, tak berani membalas tatapan Helel. Ia sudah menceritakan segalanya pada Helel, termasuk tentang Mara, pengkhianatan Loki, juga.. kecacatannya.

Pertarungan dengan Loki kemarin meninggalkan bekas yang sangat buruk bagi Shinra. Pedang cahaya Loki memang tak membunuhnya, namun benda itu memutus seluruh sirkuit sihir Shinra. Membuat tubuhnya kosong akan hal-hal magis.

Dengan kata lain, menjadikan Shinra seorang manusia.

Yang lebih buruk, pedang logam Elsviernya hancur karena menghantam serangan terakhir Loki. Sang dewi naga sudah kehilangan semua kekuatannya. Ia tak akan lagi mampu untuk menghadapi Loki dan anak-anak buahnya. Ia tak akan sanggup pergi ke Asgard, karena meninggalkan Helfheim pun belum tentu ia bisa. Sistem gerbang normal yang melewati Afer masih sangat ketat, sementara bila ia melewati Gate Torrent ia tidak bisa menjamin ia akan jatuh di tempat yang bersahabat.

Thus The Divine Dragon Shed Her ScalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang