Hal yang pertama Shinra lihat kala ia membuka mata adalah sinar redup bulan sabit. Hal kedua, rintik hujan yang perlahan membasahi tubuhnya. Hal ketiga, Nyx yang sedang duduk memeluk lutut tak jauh dari tempatnya berbaring, berlindung dari hujan.
"Nyx," sang gadis Daemon menoleh saat mendengar panggilan lirih Shinra. Melihat walinya terbangun, Nyx tergesa-gesa merangkak mendekati Shinra.
"Ya, Shin-rei?"
"Kita.. tch," Shinra mengernyit kala merasakan sakit pada wajahnya. Gerakan ototnya rupanya membuat rasa sakit itu bertambah hebat. Ia mengangkat tangannya, dan menyentuh kain perban yang menutupi hidungnya. Ingatan akan pertarungan yang baru saja ia lewati perlahan merasuk ke dalam pikiran Shinra. Sekarang ia sadar kenapa hidungnya sakit. Luka bekas tebasan Surt tidak mungkin hilang begitu saja.
"Nyx, kita ada di mana?" Shinra bertanya setelah rasa sakit yang dideritanya perlahan menghilang. Nyx menoleh, menatap entah ke mana.
"Kata Elicchi kita ada di Midgard.."
"Lalu ke mana Elise?"
"Katanya mau menelepon seseorang, kita disuruh menunggu di sini."
Menghela napas, Shinra mendorong tubuhnya bangkit. Melihat dinding bata di sampingnya, Shinra tahu ia sedang duduk di sebuah gang di antara bangunan tinggi. Mulut gang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Shinra bisa melihat beberapa pasang manusia berlalu lalang menembus rinai hujan. Meskipun gerimis membawa hawa dingin bersamanya, manusia Midgard tampak tak peduli dan terus melakukan aktivitas mereka.
Shinra meraba pedangnya. Benda itu masih aman tergantung di sabuknya. Dalam hati ia mengucapkan syukur.
"Nyx, tadi Elise bilang kita suruh menunggu di sini?"
Nyx mengangguk. "Iya. Padahal tempat ini dingin sekali, Shin-rei.."
Shinra bergeser mendekati Nyx yang bersandar di dinding bata. Tangannya merangkul bahu Nyx, menarik anak itu ke dalam pelukannya. "Kemarilah, setidaknya aku lebih hangat dari dinding ini."
Nyx menguap kecil. Ia menyusup lebih dalam mencari panas tubuh tubuh Shinra. "Kalau Elicchi sudah datang, bangunkan Nyx, ya Shin-rei.."
Shinra mengangguk meskipun tahu Nyx tak akan melihatnya. Dalam hitungan detik, dengkuran lirih terdengar dari mulut Nyx. Shinra menyandarkan kepalanya ke dinding di belakangnya dan kembali memejamkan mata. Tapi ia tidak tidur, benaknya melayang-layang ke kejadian beberapa jam yang lalu. Di Jottunheim, lalu di Utgard. Tentang Loki, Mara, Surt, dan Ragnarök.
Perlahan, Shinra kembali memfokuskan pikiran. Sihirnya meresap ke permukaan tanah, ke udara di sekelilingnya. Mencari keberadaan anomali pada gerbang dimensi. Desah napas kecewa terhembus setelah beberapa menit Shinra berusaha. Hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada Gate Torrent di Midgard. Sepertinya, keputusan Shinra untuk memercayakan keamanan Midgard pada ular peliharaannya si Jormungandr dulu bukanlah hal yang sia-sia. Perbatasan dimensi Midgard tak tertembus kekuatan Loki.
Atau.. tidak. Jormungandr saja yang kelewat rajin, batin Shinra berkata lain. Bagaimanapun juga, ia terdampar di Midgard berarti sihir Loki membuka Gate Torrent dari Muspelheim ke Midgard. Kemungkinan besar, Gate Torrent memang sempat terbuka, namun Jormungandr dengan cepat menutupnya kembali.
Langkah kaki ringan terdengar memasuki gang kala Shinra masih sibuk dalam pemikirannya. Ketika sebuah tangan menyentuh bahunya, barulah Shinra menyadari keberadaan orang lain bersamanya. Iris heterochromia Shinra bertemu pandang dengan sepasang iris kuning madu.
"Elise.."
"Hei, Shinra.."
Mendengar suara Elise, tiba-tiba dada Shinra terasa sakit. Kekecewaan atas pengkhianatan Loki, kemarahan, rasa takut, semua perasaan yang sejak tadi ia pendam membuncah begitu ia menatap ke dalam mata Elise. Mungkin karena Shinra sudah terbiasa berkeluh kesah kepada si gadis Elf, atau karena sinar kelembutan yang terpancar dari matanya, Shinra tahu ia bisa menumpahkan semua yang ada di benaknya kepada sang rekan berambut hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thus The Divine Dragon Shed Her Scales
FantasiaAda begitu banyak kisah yang menceritakan tentang sebuah perjalanan. Baik itu tentang seorang pahlawan ataupun seorang penjahat. Aku tidak akan menceritakan padamu semuanya. Aku akan menceritakan satu. Satu kisah yang aku saksikan dengan mata kepala...