Sudah dua hari berlalu semenjak Elise dan Shinra berkunjung ke Adelberg. Meskipun pembicaraan yang mereka lakukan tempo hari membuat Shinra sedikit murung selama perjalanan pulang, dewi naga itu sudah kembali ke dirinya yang biasa sesampainya mereka di Sylvwyre. Elise tidak tahu harus senang atau berduka atas mood swing temannya itu.
Hari ini hari minggu. Elise meminta Shinra untuk menemaninya pergi ke hutan mencari tanaman obat. Penolakan Shinra dengan alasan mengantuk dipatahkan Elise dibantu dengan seember air bekas mencuci.
Masih terkantuk-kantuk, Shinra memaksakan diri untuk menyeret tubuhnya ke kamar mandi. Ia menggerutu kesal karena tubuh sekaligus kasurnya basah tersiram air penuh detergen. Setidaknya Shinra bisa mandi tanpa memakai sabun, hanya perlu menggosokkan busa cucian beberapa kali dan ia sudah bersih mengkilat.
"Sabun mandi kita lumayan hemat akhir-akhir ini. Terima kasih, ya, Shinra," ucapan Elise saat keduanya meninggalkan rumah secara telak menohok Shinra.
"I-itu, kan, karena kau selalu menyiramku menggunakan air bekas cucian! Masih ada sabunnya, sayang kalau tidak digunakan dengan baik dan benar!" Shinra mengelak. Elise hanya memutar bola matanya.
"Ya, ya. Terserah kau saja. Kalau badanmu gatal-gatal jangan salahkan aku," Elise mengibaskan tangan tidak peduli. Shinra hanya menyeringai, merasa bersalah tapi tidak sedikitpun memiliki niatan untuk merubah kebiasaan joroknya.
Keduanya berjalan berdampingan menyusuri hutan. Tanaman obat yang dibutuhkan Elise berada jauh di dalam hutan. Beberapa ekor hewan memperhatikan dengan penasaran akan kedatangan mereka berdua, namun dengan cepat menjauh pergi. Tidak ada yang saling membuka pembicaraan. Elise menyibukkan diri dengan bersenandung kecil sementara Shinra sudah cukup senang mendengarkan Elise menyanyi. Sesekali ia menimpali pada bagian chorus. Elise tidak terlalu keberatan meskipun suara Shinra seringkali melenceng dari irama yang benar.
Perjalanan selama 30 menit terasa cepat bagi Shinra yang memang menyukai suasana hutan. Pohon-pohon lebat perlahan mulai berkurang, sampai akhirnya tidak ada sama sekali. Tempat tujuan mereka berdua berada di dekat sungai. Rumpun Zafirest tumbuh lebat di daerah dengan pasokan air tinggi. Tanaman penyembuh asma itu berada banyak di dekat sungai terbesar di Sylvwyre ini.
Elise langsung sibuk memilah-milah daun yang sudah bisa diramu menjadi obat dengan daun yang masih terlalu muda. Shinra duduk di tepi sungai, memainkan air dengan kakinya. "Ini hanya perasaanku saja atau arusnya memang sedang deras, ya, Elise?"
"Huh? Entahlah," Elise menyahut sekenanya.
Menyadari bahwa dirinya tidak akan dipedulikan, Shinra melanjutkan kegiatannya menendang-nendang permukaan sungai, menciptakan ombak kecil pada air yang bergejolak.
Entah datang dari mana, insting Shinra menjeritkan bahaya. Rambut lehernya berdiri tegak dan ia melompat berdiri, siaga. Gerakan tiba-tiba Shinra membuat Elise terjungkal. "Shin? Kau kenapa?"
"Diam!" dihardik Shinra, Elise bungkam. Sang dewi naga terlihat begitu waspada, seluruh otot tubuhnya tegang dalam posisi siap bertarung.
Detik-detik berlalu penuh ketegangan. Elise mulai kesal. "Shinra, kau itu jangan terlalu paranoid seperti in-.."
BYUR
"AAAHHHHH!!"
Suara benda berat tercebur diikuti teriakan nyaring khas anak kecil mengejutkan keduanya. Shinra dan Elise berpandangan sesaat lalu melesat ke hilir sungai, tempat suara itu berasal. Shinra dengan langkahnya yang lebih lebar terlebih dahulu mencapai hilir sungai.
Hati Shinra dipenuhi kecemasan saat melihat seorang gadis kecil terombang-ambingkan arus. Ia berusaha keras memeluk batu yang mencuat di permukaan sungai. Rasa cemas Shinra bertambah ketika gadis itu kehilangan pegangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thus The Divine Dragon Shed Her Scales
FantasyAda begitu banyak kisah yang menceritakan tentang sebuah perjalanan. Baik itu tentang seorang pahlawan ataupun seorang penjahat. Aku tidak akan menceritakan padamu semuanya. Aku akan menceritakan satu. Satu kisah yang aku saksikan dengan mata kepala...