"Waaah..."
Kilat penuh rasa takjub memenuhi iris kuning Nyx yang memantulkan kerlap-kerlip cahaya lampu. Ia berlari riang ke sana kemari, mendatangi kios-kios yang berjajar di kanan kiri jalan. Tak jauh di belakangnya, Shinra dan Elise berjalan berdampingan. Shinra sambil menyantap takoyakinya sementara Elise menggigiti gulungan snack rumput laut.
"Jadi ini yang namanya festival musim semi.." Nyx berujar kagum. "Semuanya benar-benar indah!"
"Bahkan pohon sakuranya pun diberi lampu warna-warni," Shinra menyambung ucapan Nyx.
Malam ini, Elise, Nyx dan Shinra bersama-sama menikmati festival musim semi tahunan. Kebetulan yang disyukuri oleh ketiganya, karena pengalaman ini kemungkinan akan mereka lalui sekali seumur hidup. Awalnya mereka berniat menghabiskan malam terakhir di Midgard untuk beristirahat, namun Nyx tanpa sengaja melihat sebuah selebaran dan mereka memutuskan untuk mengunjungi festival tersebut.
Nyx tampak begitu senang. Kimono ungu muda bermotif ikan koi yang ia kenakan berkibar mengikuti gerakannya. Tidak hanya Nyx, Elise bahkan Shinra pun mengenakan pakaian khas Jepang sebagai penghormatan akan tradisi mereka. Elise memakai kimono pink muda yang sewarna dengan bunga sakura, sementara Shinra mengenakan hakama berwarna biru dongker.
Memperhatikan Nyx yang lincah berlarian, Elise memasang seulas senyum tipis. Senyumannya tak juga luntur bahkan setelah mendengar Shinra menggerutu di sampingnya. "Aku ini sedang sial sekali, ya, rasanya?"
"Memangnya kenapa?" Elise bertanya di antara senandung kecilnya.
"Ya, masa, aku pakai hakama. Ini, kan, pakaian tradisional untuk laki-laki. Kimono tidak ada yang cukup bagiku, 'kan, tadi?"
"Hahaha, habisnya kau terlalu tinggi. Perempuan Jepang itu jarang sekali yang setinggi dirimu. Untuk ukuranku saja stoknya tidak banyak. Apalagi kau. Perbedaan tinggi kita itu hampir 15 cm, lho, Shin," jawab Elise sambil tertawa.
Shinra hanya mencibir dan lanjut berjalan. Ia melirik sambil memicingkan mata saat menyadari Elise menatapnya lekat. "Apa?"
"Hehe, tidak, kok," Elise menggeleng dan kembali menatap ke depan. "Aku hanya berpikir kalau Shinra cantik bila berdandan."
"Aku cuma pakai bedak," jawab Shinra sambil menghela napas. "Aku justru heran padamu. Sampai pakai lipstik segala. Seperti yang akan dilihat orang."
Elise menjulurkan lidahnya. "Huu, Shinra memang tidak mengerti rasanya menjadi seorang gadis muda."
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena masa mudaku dihabiskan sebagai seekor naga."
"Hahaha, iya, iya, tahu.."
Keduanya berjalan berdampingan menyusuri kios-kios yang berjajar rapi. Sesekali Elise mendatangi kios-kios penjual pernak-pernik buatan tangan. Ia tampak menyukai semua yang terpajang sampai-sampai kebingungan harus membeli yang mana. Shinra sendiri lebih suka mampir ke kios makanan, mencoba berbagai macam kuliner yang begitu asing di lidahnya. Beberapa membuatnya tersenyum bahagia, beberapa lainnya membuat Shinra seakan kehilangan kemampuan indra pengecap.
Shinra sedang menikmati hidangan yakitorinya yang ketiga saat Nyx menarik kain celananya. "Kenapa, Nyx?"
"Shin-rei! Tolong bantu Nyx!"
"Bantu apa?"
Nyx melepas pegangannya pada celana Shinra dan melesat ke dalam lautan manusia. Walaupun tempat ini penuh sesak, Shinra tak khawatir akan kehilangan jejak Nyx. Ada gunanya juga kemampuan melacak seseorang melalui aura magis mereka. Shinra melangkah melewati kerumunan orang-orang sampai akhirnya ia melihat Nyx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thus The Divine Dragon Shed Her Scales
FantasyAda begitu banyak kisah yang menceritakan tentang sebuah perjalanan. Baik itu tentang seorang pahlawan ataupun seorang penjahat. Aku tidak akan menceritakan padamu semuanya. Aku akan menceritakan satu. Satu kisah yang aku saksikan dengan mata kepala...