2 : Ayah Ayden

2K 166 7
                                    

Surabaya..

Pagi menuju siang hari. Sebuah tempat pemakaman yang sepi. Chika, Christy dan Freya berkunjung ke sebuah pemakaman untuk mengunjungi kuburan.
Kini mereka sudah berada di hadapan sebuah kuburan yang indah untuk dipandang. Mereka bertiga berlutut. Freya lebih dulu berucap.

"Halo, Ayah. Kami bertiga datang lagi kesini. Kita sebentar lagi akan berpisah, Yah. Adek, Bunda dan Kak Christy mau kesini karena di esok-esok hari sudah berada di Jakarta.." gumam Freya seraya mengusap batu nisan. Ia menatap batu nisan sejenak.

"Gabrielle Zahran Pratama," ucapnya dalam hati.

"Mas, izinkan aku untuk menikah yang kedua kalinya. Demi anak-anak kita, Mas. Aku harap kamu bisa menerima dari atas sana, sungguh aku masih menyayangi mu. Tetapi anak-anak harus ada sosok ayah yang disisi mereka.."

"Andai aja, Mas, aku melarang kamu untuk keluar rumah demi menemui musuh bebuyutan mu, pasti sekarang kamu ada diantara aku, Christy dan Freya. Dan, kini akan ada pengganti mu, dia sangat mirip dengan mu, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namanya Ayden."

Chika bercerita keluh kesalnya semenjak ditinggal suaminya, sedangkan Christy dan Freya hanya mendengarkan bundanya bercerita. Kemudian, Christy dan Freya menaburkan bunga di atas kuburan. Malang sekali Freya, ia tak dapat melihat sosok wajah ayahnya sedari lahir. Saat Chika hamil Freya 8 bulan, Zahran dinyatakan meninggal akibat kecelakaan mobil, meninggal saat di rumah sakit. Untung saja, Chika dan Christy dapat melihat Zahran walau sementara.


Flashback on to 2006:

Ruang igd. Chika dan Christy masuk ke dalam ruang itu, banyak sekali dokter dan suster memberi pertolongan untuk Zahran.
Chika menggendong Christy. Chika agak susah berjalan, dikarenakan ada janin bayi yang berada di dalam rahimnya.
Chika tak percaya saat melihat tubuh Zahran dilumuri darah, tatapan matanya hanya keatas, merah matanya. Chika menutup mata Christy.

Kemudian, tubuh Zahran sudah dibersihkan dari darah dan luka dalam sudah di jahit, tubuh Zahran juga dipasang banyak alat medis. Zahran menoleh ke arah Chika dan Christy. Tangannya perlahan terangkat.

"I..istriku, a..anakku.." ucap Zahran lemah.

"Mas.." air mata Chika mengalir deras. Ia menghampiri Zahran tergeletak di atas bangsal dengan banyak alat medis terpasang di tubuhnya.

Zahran tersenyum melihat perut Chika yang membesar. Ia pegang dan usap perut Chika. "A..anak a..ayah.."

"Coba aja aku larang kamu buat berantem.. pasti gak bakal kayak gini, mas!"

"M..maafin aku, Chika. Aku s..sudah m..menyesal.." Zahran menatap wajah Chika. "Mas m..mau minta t..tolong. J..jaga anak-anak k..kita, aku t..takut kalau a..aku sudah tiada, a..aku gak b..bisa ngejaga Christy dan calon anak k..kedua kita. Maaf juga, Mas b..belum bisa jadi s..suami yang b..baik," Zahran meletakkan tangannya di punggung tangan Chika.

"Gak! Mas Zahran pasti sembuh!" Zahran menyeka air mata Chika dengan lembut.

"Chikaa.." Zahran menelan salivanya. "Jika aku s..sudah tiada, w..warisan yang a..aku punya akan m..menjadi milik k..kamu.."

"Aku a..ada satu permintaan s..sebelum aku p..pergi.."

"Apa itu, Mas?"

Zahran kembali mengusap perut Chika. "Beri n..nama calon a..anak kedua k..kita dengan nama Freyana.. Nichole.. Tamara.."

"Akan aku beri! Aku berjanji.."

"Sekali lagi. Mas m..minta maaf.." Zahran menampakkan mata sayunya. "A..aku cinta k..kamu, Christy.. dan Freyana.." mata Zahran mulai terpejam, nafasnya tiba-tiba terhenti, garis di alat monitor detak jantung dari yang melonjak naik turun menjadi lurus datar. Zahran tak merespons, bak tertidur pulas.
Tangisan Chika pecah di pelukan Christy, Christy saat itu hanya diam kebingungan. Tibalah orang tua Chika untuk menjemput Christy kemudian membawa Christy keluar.

Belahan Jiwa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang