Dokter sedang memeriksa keadaan Freya yang baru saja sadar dari tidur lelapnya yang panjang, mata Freya kemana-mana. Kadang ke kedua orang tua nya, dan dokter.
Ia masih belum 100% sadar. Freya masih bingung dimana ia sekarang berada, terakhir mengingat di sebuah penginapan. Floran sudah di tetapkan sebagai tersangka dan ia sekarang di penjara di tempat LPKA atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak, dengan kurungan 10 tahun. Freya sudah mendapatkan keadilan, sepertinya ia akan merasakan trauma hebat karena kejadiannya yang mengharuskan dirinya masuk ruang ICU."Alhamdulillah.." Sang dokter yang memeriksa Freya pun tersenyum. "Sudah siuman, tetapi masih belum 100% sadar." Dokter itu pun berbalik ke arah keluarganya Freya dan menghampiri.
"Tolong yaa, selama Freya baru saja sadar dari komanya saya memohon untuk tidak membawa Freya banyak bicara bahkan tentang kejadiannya yang di tusuk itu.. Freya sepertinya mengalami trauma hebat."
Ayden mengangguk. "Ya.. saya mengerti, Dok. Terima kasih sarannya."
"Sama-sama,"
"Ada satu lagi saran dari saya. Maaf, saya lupa memberitahu." Sang Dokter tersenyum kecut. "Freya harus di temani dan dijaga dengan baik, pengawasannya juga harus cukup ketat. Takut jika tiba-tiba Freya memberontak karena trauma nya kambuh. Dia harus di jaga agar dia tidak merasakan sendiri.."
Kali ini Chika yang mengangguk. "Baiklah, saya yang akan menjaga. Terima kasih, atas sarannya lagi." Chika tersenyum.
"Sama-sama kembali. Saya izin permisi dulu." Dokter itu segera beranjak dari ruang ICU yang di tempati Freya. Saat sudah tak ada dokter di ruangan itu Ayden, Chika, Christy menghampiri Freya. Lagi dan lagi Nara harus di titipkan ke baby sitter yang ditugaskan Chika, baby sitter itu menjaga Nara dari luar ruangan ICU.
"Nak.." Chika duduk di kursi yang berada di sebelah bangsal. "Terima kasih sudah kembali," Tak sengaja air mata Chika menetes di pipi.
"Bunda bener-bener gak percaya kalau kamu kembalii. Bunda menanti kamu kembali sampai hampir satu bulan, Sayang." Chika menggenggam tangan Freya dengan erat. Freya dan Chika saling bertatapan.
"Dan kamu kembali itu sehari sebelum kamu ulang tahun." sambung Chika.
Freya tersenyum tipis, tangan kanannya meraih pipi bunda nya. Jari jemari itu menghapus air mata Chika dengan pelan.
"B..bunda jangan m..menangiss,"
"Freya.. s..sudah kembalii." Ucap Freya dengan nada yang pelan. Ucapan itu sangat membuat hati Chika, Ayden dan Christy sangat tersentuh, sesampai saling meneteskan air mata.
Air mata Chika semakin mengalir deras, ia kecup punggung telapak tangan Freya dengan cukup lama, raut wajah Freya seketika berubah menjadi seperti sedang ketakutan.
"Apa yang kamu rasakan sekarang, Freya?" Tanya Christy. Freya menoleh ke arah Christy.
"Takut,"
"Takut a..ada Floran.." gumam Freya, ia mulai ketakutan. Chika berusaha menenangkan Freya yang mulai ketakukan.
"Ssttt.." Chika mengerutkan keningnya. "Sudah ya? Gak usah ditakuti lagi. Floran sudah seperti di asingkan di dunia ini, anggap saja sudah gak ada ya?" Freya mengangguk.
•••
Di rumah milik Ayden dan Chika.
Setelah Freya tersadar dari komanya, Chika dan Ayden tak lupa untuk bersyukur dan sangat bersyukur, seperti mimpi rasanya. Di balkon rumah, Chika dan Ayden sedang berbincang hangat di sana sembari bermesraan. Kini Freya sedang dijaga oleh Farel, lagi dan lagi Farel, kadang bisa saja berganti menjadi Jessi yang menjaga Freya. Chika, Ayden dan Christy tak bisa lama menjenguk Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa [Completed]
Fanfiction"Selamat tinggal di keabadian, Freyana." CERITA FIKSII!!