11 : Floran Jahat!

1.2K 120 4
                                    

Pukul 15:20, jam pulang sekolah sudah tiba. Freya menunggu dijemput di depan gerbang sekolahnya. Sayang sekali. Freya tak bisa diantar Floran ke rumah sakit untuk menemui bunda nya, karena Floran katanya keluarganya yang dari luar kota baru saja tiba di Jakarta.
Floran duduk di jok motornya sembari mengobrol dengan Freya. Freya terlihat gemas.

"Im very sorry. Aku gak bisa ngantar kamu ke rumah sakit untuk menemui bunda, tau kan kenapa alasannya?" Floran menaikkan alis kanannya lalu tersenyum.

"Ah, gak papa. Aku paham. Hepi-hepi ya disana? Kan mana ada hak aku buat ngelarang kamu ketemu sama keluarga besar kamu." Freya tertawa kecil. Matanya menyipit, senyum caramelnya tertampilkan.

Saat mereka berdua asyik mengobrol, akhirnya Freya dijemput dengan supir pribadinya. Sebelum mereka berpisah Freya dan Floran sepakat untuk berpelukan terlebih dahulu.

"See you tomorrow. Maybe. I'll gonna miss you, my sweetheart." Floran yang mendengar pun tertawa gemas melihat Freya.

"Goodbyee!" Freya meninggalkan Floran dan masuk ke dalam mobil. Floran menyalakan mesin motornya dan langsung menancapkan gas untuk meninggalkan tempat itu.

Freya yang didalam mobil sedikit heran dengan Floran yang langsung meninggalkan tempat itu tanpa melambaikan tangan ke arah dirinya.

Tumben? Kenapa dia gak nge lambai ke aku? Biasanya dia nge lambai setiap kami berdua udah dijemput atau mau pulang. Batin Freya berucap.

Ia mulai curiga. Floran terlihat bahagia saat menancapkan gasnya untuk meninggalkan gerbang sekolah. Aneh. Entahlah.





Di perjalanan. Freya terus saja memikirkan Floran. Overthingking terus saja menghantui pikirannya. Takut sekali jika Floran berbuat main-main dibelakangnya. 'Semoga saja tidak' itu yang diharapkan Freya di hatinya.
Matanya sayu menatap gedung-gedung tinggi di Jakarta yang ia lewati. Ah, Freya terus saja memikirkan Floran tanpa henti. Jantungnya berdebar kencang.
Akhirnya. Freya sampai di rumah sakit, supir pribadinya itu lebih memilih mengantar saja dan lanjut kembali ke rumah. Walaupun hanya tukang antar jemput tetapi gajihnya lumayan besar dan mencukupi supir itu.
Freya dengan sangat semangat menemui bunda nya dan adiknya yang baru saja lahir. Ia mengetuk pintu kamar bangsal milik Chika, dan membuka. Freya masuk dengan tersenyum lebar.

"Assalamualaikum, Bunda, Adek!" Ujar Freya. Ia menutup pintu kembali dengan semula.

"Waalaikumsalam." Chika membalas ucapan dengan tersenyum dan salam balik. Freya salim ke pada bundanya, dan mencium pipi bunda nya.

"Udah pulang kamu. Bunda disini cuma berdua sama adek. Ayah kerja, kakak kamu yang lagi jalan keluyuran sama pacarnya."

"Loh?" Freya terkekeh. "Bunda udah tau kakak udah punya pacar? Dikira belum."

"Sudah lahh. Kakak kamu sendiri yang cerita. Pacarnya ganteng banget, timnas basket katanya." Freya yang mendengar pun membuka mulutnya sembari mengucap 'wow'.

"Keren banget ih kak Christy idamannya. Pasti putih banget." Chika malah mengangguk.

"Bener kok. Yang kamu bilang bener banget. Putihhh bangettt padahal dia sering panas-panas'an karena latihan basket."

"Tuh kan bener. Beda, bun, sama Floran. Floran cowok item manissss, tinggi pula, tapi sama-sama anak basket hihihi."

"Gak usah banding-banding in pacarnya kakak Christy sama pacar kamu. Sama-sama cakepp."

Belahan Jiwa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang