Nayeon kini sedang duduk ditemani oleh tumpukan berkas yang baru saja ia periksa. Kacamata yang selalu digunakan saat bekerja ia lepaskan.
Sepasang matanya tertuju pada bingkai berisikan foto ia dan kedelapan saudaranya lengkap dengan kedua orang tua mereka.
Sontak senyuman kecil tercipta, tangannya bergerak mengambil bingkai berharga itu. Menatap satu per satu insan yang tersenyum bahagia di kehangatan keluarga.
Puas menatapi kenangan, ia membalikan bingkai itu. Tatapan sendu tercipta kala melihat tanggal yang tercantum di balik lembaran foto itu.
24 Desember 2018
"Sudah hampir 4 tahun kita hidup dalam keluarga yang bisu" Gumam Nayeon sembari meletakan kembali bingkai foto itu.
Tatapannya beralih pada bingkai besar yang terpajang di dinding ruang kerjanya. Bingkai yang diisi oleh kemesraan sepasang manusia yang sudah berumur.
"Keluarga ini mati bersamaan dengan kepergian kalian. Keluarga yang hangat berubah menjadi bongkahan es. Itu semua karena kalian meninggalkan kami begitu saja!"
Kedua matanya berlinang ketika ingatan masa kelamnya kembali terulang. Masa dimana dirinya yang berstatus sebagai anak sulung tertampar keras oleh kenyataan.
Kenyataan bahwa kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Tidak pernah sekalipun ia terpikir bahwa ia harus menjadi pemimpin keluarga di umurnya yang bahkan belum genap berkepala tiga.
Tuntutan membangun ekonomi keluarga, menjaga kedelapan adiknya dari gelapnya dunia, ratusan nasib orang yang bekerja di perusahaan sang ayah berada ditangannya.
Semua tuntutan itu mampu menjatuhkan Nayeon, ia ditinggalkan seorang diri dengan tanggung jawab yang begitu besar.
Setiap hari ia harus berjalan ke depan, menepis semua perasaan yang ada. Bagi dirinya, tidak ada waktu untuk menangisi kepergian sang pahlawan hidupnya.
Ia menaiki ratusan tangga yang mengarahkannya untuk bisa menanggung tuntutan itu. Menghiraukan tangga mimpi yang sudah sedari kecil ia rangkai.
Setiap langkah yang Nayeon tetapkan terus menguras tenaganya. Tak jarang ia ingin berhenti dan menyerah.
Namun ada kalanya ia berbalik, menghadap ke belakang. Sosok kedelapan saudaranya yang berdiri menatapnya penuh harapan.
Satu-satunya tanggungan yang tidak akan pernah bisa Nayeon lepaskan. Satu-satunya yang ingin Nayeon bahagiakan.
Adik-adiknya...
Penebar api semangat yang terus berkobar dalam diri Nayeon. Hanya karena mereka Nayeon tak berhenti melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm °𝕊𝕖𝕟𝕤𝕖 𝕤𝕖𝕣𝕚𝕖𝕤° [√]
Hayran Kurgu"𝕂𝕖𝕝𝕦𝕒𝕣𝕘𝕒𝕜𝕦 𝕦𝕥𝕦𝕙 𝕟𝕒𝕞𝕦𝕟 𝕥𝕖𝕣𝕔𝕖𝕣𝕒𝕚. 𝔹𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕒 𝕟𝕒𝕞𝕦𝕟 𝕥𝕒𝕜 𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕡𝕒𝕒𝕟. 𝕄𝕖𝕟𝕘𝕖𝕟𝕒𝕝 𝕥𝕒𝕡𝕚 𝕥𝕚𝕕𝕒𝕜 𝕡𝕖𝕕𝕦𝕝𝕚. 𝕀𝕥𝕦 𝕝𝕒𝕙 𝕜𝕖𝕝𝕦𝕒𝕣𝕘𝕒𝕜𝕦, 𝕜𝕖𝕝𝕦𝕒𝕣𝕘𝕒 𝕤𝕖𝕓𝕒𝕥𝕒𝕤 𝕤𝕥𝕒𝕥𝕦𝕤" 𝐃�...