Ray mengernyit menemukan kehadiran seorang figur yang tidak dirinya harapkan sama sekali menyambutnya. Sosok spesifik yang sudah berkali-kali mendorongnya untuk bertemu sapa dengan malaikat kematian.
Dia tidak berlebihan. Karena Hindzel yang sebenarnya sungguhan sudah seringkali menunjukkan keinginannya untuk Ray kehilangan kesempatannya untuk meneruskan posisi Duke. Atau jika remaja itu ingin lebih sederhana, maka dia ingin Ray mati agar posisi penerus bisa berpindah ke tangannya.
Ray pikir Hindzel adalah anak iblis. Pikiran jahat anak itu benarlah di ambang batas. Seorang yang terlahir tanpa hati nurani dan ambisi mengerikan untuk mencapai apapun yang dia mau bahkan jika dia harus menggunakan cara yang kelewat kotor.
Padahal anak itu sejatinya masihlah tujuh belas tahun. Benar-benar anak gila dengan gangguan mental.
Yang pertama kali anak itu lakukan begitu mendapat ucapan dari ayahnya tentang ketidakbisaannya memberikan hak penerus padanya, Hindzel dengan tanpa tahu malu menaburkan bubuk ke minuman Ray tepat di hadapan sang pemilik gelas minuman itu langsung. Ray bertanya apa yang Hindzel lakukan dan remaja itu secara terang-terangan dan jujur mengatakan kalau yang dia lakukan adalah menabur bubuk racun burung.
Ray pikir Hindzel bercanda. Tidak mau menunjukkan ketakutan pada seorang anak yang lebih muda darinya dia secara tegas meminum minuman yang sudah memiliki bubuk dari Hindzel di dalamnya. Mendapati kalau yang diucapkan anak itu adalah sungguhan. Hanya saja baik Ray dan Leros sudah memiliki imun mereka sendiri terhadap racun. Melalui pelatihan ekstrim turun menurun dari keluarga Belerus, tubuh mereka terlatih untuk menetralisirnya.
Itu adalah yang pertama. Yang kedua adalah Hindzel dengan kesempatan yang demikian kecil mampu menyempatkan dirinya untuk melonggarkan ikatan sabuk pelana pada punggung kuda Ray, sehingga ketika kudanya berpacu, pelana bergeser dan Ray kehilangan keseimbangannya hingga terjatuh dari punggung kuda. Lengannya patah dan kepalanya mengalami gegar ringan karena terbentur tapak kudanya. Dari situ tidak ada yang bisa melihat keinginan Hindzel sebagai keinginan main-main lagi.
Terakhir kali, anak itu menempatkan ular berbisa di lemari pakaiannya. Ray dan Leros tidaklah dibantu pelayan ketika bersiap di pagi hari. Jadi sebagai pembuka bilik pakaian pertama di pagi hari, dia lah yang akan mendapatkan terjangan dari sang ular. Melihat Hindzel ada di depannya bersama sang pelayan, Ray menajamkan pandangan dan menciptakan kewaspadaan. "Ada yang kau inginkan?"
Hindzel mengangguk. "Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku tidak akan melakukan apa yang biasa kulakukan sebelumnya."
Ray mengerutkan kening. "Kau berucap apa?"
Hindzel mengedikkan bahu. Membuat langkah bersiap untuk pergi. "Tentangmu yang akan menjadi kepala penerus keluarga ini, aku akan mendukungmu."
Ray mengernyit. Tapi Hindzel juga sudah berbalik ingin pergi dari pandangannya. Bahkan Edgar pun kebingungan dan jadi kelabakan antara langsung mengikuti Hindzel atau memberikan bungkukan hormat pada sang tuan muda kedua terlebih dahulu. Akhirnya dia membungkuk dan langsung berlalu mengekori Hindzel masih dengan ketidakmengertian luar biasa. Ray menyangkutkan matanya pada sisi belakang figur Hindzel hingga laki-laki itu menghilang di balik dinding lorong. Berpikir kalau iya atau tidaknya Hindzel mendukungnya, tidak akan ada yang berubah. Dia lah yang pantas menjadi penerus ayahnya, Zarman Belerus.
Hindzel yang merasa dia tidak punya apapun lagi yang ingin dia lakukan dia menoleh pada Edgar di sisi belakangnya. "Hei. Aku akan ke kamar. Kau pergilah. Aku tidak akan melakukan apapun di kamar, kan?"
Edgar mengerjap. "Ke kamar? Untuk?"
Hindzel mencibir. "Tentu saja untuk bermalas-malasan di tempat tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigrated Duke Strikes Again (🌘TTDSA) | yoggu033🎐
Fantasy🎐 @yoggu033 | _TTDSA_| Ketika kelopak matanya membuka dan iris matanya dipertemukan dengan pemandangan yang tidak familiar, dia menolak menerima fakta kalau dia sudah tidaklah lagi berada di dunia yang dia kenal. Rekan-rekannya tidak ada bersamanya...