5 - Kau pasti bercanda (2)

156 33 3
                                    

Edgar Edgar Edgar. Di mana Edgar?

Hindzel menangkap Edgar sebagai seorang pria muda yang bisa diandalkan. Peka pada sekitar dan cepat tanggap. Hindzel adalah seorang yang pandai menilai orang hanya dengan sekali lihat. Dia sangat percaya diri kalau pemikirannya tentang Edgar adalah benar. Jika ada satu orang yang bisa dia pintai pertolongan atau dia pinta untuk mendengarkan tanpa ruang untuk ucapannya dibocorkan kepada orang lain, maka orang itu adalah Edgar. Hindzel yakin seratus persen kalau Edgar adalah seseorang yang bisa dan punya komitmen untuk menjaga sebuah rahasia yang diberitahukan kepadanya.

Hindzel meringis. Di mana kira-kira Edgar akan berada? Dia tidak tahu menahu tentang pelayan itu. Juga, sepanjang dia melewati lorong-lorong, belum sekalipun dia berpapasan dengan manusia. Tidak ada pelayan yang sedang lewat. Dia sendirian. Sampai kapan dia harus melalui lorong macam labirin sampai dia bisa menemukan seorang penghuni bangunan yang bisa dia pintai jawaban akan keberadaan Edgar?

Ketika ada sesosok manusia yang muncul, yang muncul adalah Ray. Memicingkan mata menemukan kehadiran Hindzel. Hindzel merasa dia baru saja diberikan akses kepada sebuah harta karun. Dia berlari kecil ke arah Ray yang langsung berjengit dan membuat satu langkah kaki ke belakang. Hindzel berhenti tepat di depannya, bertanya. "Kau tau di mana Edgar akan berada sekarang?"

Ray mengernyit. "Edgar? Pelayanmu itu?" Matanya menyipit. "Pasti kau sendiri yang memerintahkannya pergi. Kenapa masih menanyakannya?"

Hindzel merajuk. "Oh ayolah. Barangkali kau lebih tau daripada aku."

Ray menyipit. Bertanya-tanya apakah dia bisa menurunkan kewaspadaannya, dan menjadi berbaik hati kepada adik beda ibunya, atau tetap menetapkan sikap waswas penuh curiganya. Dia bukan seorang yang pendendam. Jika yang Hindzel katakan tentang berubahnya dia adalah benar, maka tidak ada alasan lagi bagi Ray untuk bersikap waspada padanya. "Seorang pelayan, ketika mereka tidak lagi dibutuhkan oleh tuannya maka mereka akan pergi ke barak, menunggu waktu dimana mereka harus kembali melayani tuannya."

"Oh jadi dia ada di barak."

"Di mana baraknya?" lanjut tanyanya.

Ray mengerutkan kening. Dia ... hilang ingatan? "Di sisi timur."

Hindzel mengangguk. "Terimakasih kakak." Dia tersenyum jahil melenggang pergi begitu melambaikan tangan kecil. Meninggalkan Ray kebingungan di tengah lorong seorang diri.

Hindzel sesuai arah yang diberitahukan pergi ke timur. Lorong membawanya ke area dengan pintu-pintu ruangan tunggal berjejeran di kedua sisi. Setiapnya memiliki gantungan tulisan yang dia tebak, bermaknakan nama sang penghuni ruangan. Namun sialnya tulisannya sama sekali asing baginya.

Dunia ini mempunyai bahasanya sendiri dan aku tidak diberikan bekal untuk mempelajarinya? Keterlaluan.

Dia mengetuk salah satu pintu. Berniat meminta penghuninya untuk membawanya pada Edgar. Namun lima pintu sudah diketuk dan tidak ada tanda-tanda akan penghuninya. Hindzel membuat muka jelek. Sampai, sebuah suara kenop pintu yang diputar terdengar. Edgar muncul dari salah satu pintu tanpa seragam pelayan lengkap hanya dengan kemeja dan celana hitam.

"T- Tuan Muda." Matanya membelalak. "S- Sebentar. Saya akan berpakaian."

"Tidak perlu." Hindzel menahan. Menghampiri pelayan itu mendorongnya ke dalam lalu menutup pintu di belakangnya. Edgar kebingungan setengah hilang akal. Dia bahkan tidak tahu bagaimana bentuk wajahnya saat ini.

Memandang pemuda itu Hindzel mendongak. "Aku mau bertanya."

"Naga itu sudah punah, kan? Berarti naga itu sudah tidak ada, 'kan?"

Edgar memerjap.

"Y...Ya. Naga sudah punah ratusan tahun lalu. Mereka sudah tidak ada di masa sekarang."

The Transmigrated Duke Strikes Again (🌘TTDSA) | yoggu033🎐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang