Edgar berparas melongo ketika menginjakkan kaki di ruang tidur seorang putra bangsawan muda.
Sang putra bangsawan bergumul dalam selimut dan memejamkan mata seolah dia sedang dalam masa berhibernasi. Ini siang hari. Anak itu bahkan belum sarapan. Dan ini sudah berlangsung selama seminggu. Edgar tidak habis pikir kenapa Tuan Muda Hindzel-nya tiba-tiba berubah. Bagai dirasuki roh kemalasan.
Edgar kesulitan untuk berucap apapun. "T- Tuan Muda. Ini, bukan jadwal harian seorang putra bangsawan yang seharusnya. Seorang putra bangsawan punya tanggung jawab untuk belajar cara mengayomi masyarakat di bawah kekuasaan marga keluarganya. Tuan Muda Leros akan berperan dalam hal pertahanan dan barisan militer dan Tuan Muda Ray akan menjadi kepala wilayah. Tuan Muda Hindzel, juga akan harus memilih dan membangun posisi yang akan Tuan Muda tempati ... "
Yang ada dalam gelungan selimut membalikkan arah tiduran miringnya. Dari situ Edgar bisa tau kalau Tuan Muda nya mendengar apa yang tadi dia ucapkan. "Tuan Besar Zarman memanjakan Anda tapi saya tidak akan. Marga keluarga saya sudah terkenal dalam mendampingi Tuan mereka dalam meraih kejayaan. Saya pun akan mendampingi Anda dalam apapun posisi yang akan Tuan Muda emban nanti. Tapi jika Tuan Muda bersikap malas-malasan seperti ini, bagaimana saya akan mendampingi Anda dalam apapun?"
Di tempatnya Hindzel membuat kerutan kening jengkel. Hei yang ada di tempat tidur ini bukanlah tuan muda mu. Tuan Muda mu hilang entah kemana dan yang sekarang ada menggantikannya adalah Kim Ji Won yang malas. Terima itu.
Edgar di sisi lain mulai dihampiri rasa kecewa. "Jika Tuan Muda memilih untuk seperti ini terus untuk ke depannya, saya akan mengundurkan diri."
Mata Kim Ji Won melotot. Dia melompat bangun menengok pada Edgar yang berbibir manyun.
"Mengundurkan diri?" Hindzel mengerutkan kening. "Kenapa mengundurkan diri?"
Edgar membuka mulutnya. "Saya punya nama marga yang harus saya jaga statusnya. Selain itu semua ilmu yang sudah saya punya akan sia-sia jika memang tidak akan dipergunakan. Saya akan mempersembahkan ilmu saya untuk putra bangsawan yang memang memerlukannya."
Hindzel melongo. "Kau, bukannya kau ditunjuk untuk menjadi pelayanku? Kenapa kau jadi harus mempersembahkan ilmu?"
Edgar terdiam. Lalu cemberut. Cemberut bagai anak kecil yang kedoknya dibuka oleh orangtuanya.
Memang benar dia ditunjuk untuk sekedar menjadi pelayan pribadi Tuan Muda Hindzel Belarus. Putra ketiga dari Duke Belarus Zarman.
Tapi melihat seperti apa sosok Hindzel, dia tau putra bangsawan remaja itu akan menempati sebuah posisi penting di Kekaisaran Plorvis.
Itulah mengapa Edgar menyuruh dirinya sendiri untuk belajar, agar bisa berguna untuk Hindzel di masa depan nanti. Tapi jika Hindzel yang sekarang adalah Hindzel seperti ini, yang berubah tidak ingin punya ambisi apapun, untuk apa Edgar belajar di kamar pelayannya selama ini?
"Saya ingin bekerja untuk seseorang yang akan menjadi sosok besar."
Hindzel menaikkan sebelah alisnya.
Jadi dia punya motif tersembunyi?
"Kau mau punya posisi berpengaruh di dalam keluarga Belarus?"
Mata Edgar melebar. "Bukan itu."
Hindzel mengerutkan kening. "Lalu apa?"
Edgar diam. Lalu mencemberutkan muka lagi. Sebelum beranjak pergi setelah berbalik dia berkata. "Jika besok Tuan Muda Hindzel masih seperti selama seminggu ini, saya akan kembali ke kampung halaman saya."
Hindzel menontoni punggung Edgar yang menghilang di balik pintu ruangan yang ditutup.
Mata Hindzel memandangi pemandangan ruangan tempatnya sedang berada. Kepalanya dibuat memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigrated Duke Strikes Again (🌘TTDSA) | yoggu033🎐
Fantasy🎐 @yoggu033 | _TTDSA_| Ketika kelopak matanya membuka dan iris matanya dipertemukan dengan pemandangan yang tidak familiar, dia menolak menerima fakta kalau dia sudah tidaklah lagi berada di dunia yang dia kenal. Rekan-rekannya tidak ada bersamanya...