a Reason 0.5

29 6 0
                                    

Aku mendengar pembicaraan ayah dan ibuku di ruang tamu, mereka membicarakan hasil otopsi mayat Derry. Kucoba mengabaikan pembicaraan mereka dan tetap fokus bermain game di ponselku. Samar samar aku mendengar ucapan ayah seperti ini. . .

" Derry meninggal sekitar pukul 13.00-13.30, dan ada 2 tusukan di dada sebelah kiri. Kau tau sayang pelaku'nya menggunakan pisau , sebuah pisau lipat kecil. Maksudku bagaimana bisa pihak sekolah tidak mengetahui hal ini, padahal selalu ada pemeriksaan barang setiap di gerbang sekolah. "

" Ya Tuhan, apa kau sudah tau siapa pelakunya?. Kasian kedua orangtuanya? Derry seusia dengan anak kita Loeyn, aku bersyukur itu bukan anakku tapi tetap saja, dia masih muda 17 tahun ."

" Kami belum mengetahuinya, aneh tidak ada sidik jari sama sekali, kecuali Sidik jari Derry sendiri. Tidak mungkin dia bunuh diri, saat aku dan Chris mengintrogasi anak anak dan orang tuanya. Tidak ada masalah sama sekali, ya kecuali dia yang suka membully beberapa orang dan juga melakukan kenakalan kecil seperti Loeyn, dan ada hal yang harus ku beritahu padamu "

" Apa? Apa ada hal yang buruk? "

" Cctv di sekolah yang ada di gedung laboratorium, di sana aku melihat loeyn berdiri di sana tepat pukul 13.30. loeyn mengatakan padaku kalau dia tidak tau apapun "

" Ya Tuhan, kau pasti tahu kan Loeyn tidak mungkin melakukan hal buruk seperti itu . Aku tau anakku seperti apa . "

" Aku tahu, tenanglah tidak ada bukti lebih selain loeyn disana, dia tidak bisa di jadikan tersangka begitu saja. "

"Loeyn? " Suara ibuku menyadarkan ku akan tatapan kosong yang ku arahkan ke layar ponsel.

" Ya. . "

" Kamu baik baik saja sayang?, Tadi di rumah Derry bagaimana? "

" Ya biasa saja, teman teman yang lain hanya duduk dan mengobrol ringan, kau tau semua orang memakai topeng, bahkan kita tidak akan tau siapa yang berbohong dan jujur, keburukan mereka tertutup dengan baik, bukankah sangat pintar. "

Untuk sesaat hening sebentar, lalu aku mendengar langkah kaki menuju ke arahku. Aku matikan ponselku lalu memandang ke arah ayahku yang menyuruh ku untuk segera tidur.

Aku memasuki kamar dan memandang kosong ke arah depan, banyak pikiran didalam otakku, mencoba untuk tenang aku memutuskan untuk tidur, semoga semuanya baik baik saja dan semua orang lupa akan yang terjadi hari ini dan kemarin...

            ****-****-****-****

Malam ini aku memasuki kamar anakku dengan hati hati, berharap dia tidak terbangun saat aku memasuki kamar'nya. Aku hanya punya satu putra laki laki, aku hanya berharap semuanya baik baik saja, ya tuhan ku mohon jaga anakku. Pelaku pembunuh'han belum di temukan, aku tidak mau anakku kenapa-napa, ku edarkan pandanganku ke seluruh kamar anakku, ku langkahkan kaki ku menuju meja belajarnya, ada buku harian kecil miliknya, tanpa sadar senyum kecil terbit di bibirku saat melihat kalimat penuh sayang yang di tunjukan untuk ku dan istriku. Ku coba membuka laci kecil yang ada di samping meja belajar, dan. . . . Apa apaan ini ?.. .. .. .. ..

TBC

A Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang