05. Trauma

76 11 0
                                    

HAPPY READING......

Jangan pernah ragu untuk memulai hal baru, karena sejatinya kita tak tahu apa yang ada di balik semua itu

___Hanan Armada___

......

Plak

"DASAR ANAK NGGAK TAU DIRI! PAPA SEKOLAHIN KAMU BUKAN BIAR KAMU BOLOS-BOLOSAN GAK JELAS KAYA GINI! KEMANA AJA KAMU, HAH? MUKA, BADAN, SEMUANYA BABAK BELUR, MAU COBA-COBA JADI ANAK BERANDALAN KAMU?"

Hanan tentu terkejut saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, lalu tubuhnya diseret paksa keluar. Sosok pria dengan setelan jas berwarna hitam berdiri dengan angkuh di hadapan Hanan. Menamparnya hingga meninggalkan bekas memerah di pipi. Juga jangan lupakan bentakan yang berhasil membuat seisi rumah diam seribu bahasa.

"Pp_pa, Hanan bisa jelasin_

Hanan ingin menyela tapi begitu ia mencoba untuk menjelaskan, ucapannya dipotong begitu saja oleh papanya.

"Jelasin apa, hah? Jelasin kalau kamu masih sakit, iya? Satu kali, dua kali kamu bilang sakit papa masih terima. Tapi kalau kamu terus-terusan bolos dengan alasan sakit begini, jangan pikir papa akan tinggal diam!" Pria bernama Andri itu, menatap penuh kecewa ke arah anak bungsunya. Bukan tanpa alasan dia murka seperti ini.

Siang tadi, untuk yang pertama kalinya pihak sekolah menelponnya dan mengadukan bahwa Hanan membolos lewat tembok belakang. Tentu Andri menjadi marah mendengar hal itu, karena sebelumnya Hanan tidak pernah seberani ini.

"Papa selalu tegas selama ini sama kalian dan papa selalu bilang sama kalian kalo papa paling tidak suka sama anak yang tidak disiplin dan susah diatur kaya kamu gini."

Hanan tak berani bersuara, ia hanya menunduk menyadari kesalahannya. Dia bukan lagi Erza, si cowok pembangkang yang selalu kelayapan tak jelas tanpa tujuan. Harusnya Hanan bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan baru ini. "Maaf pa." Terakhir hanya itu yang berani Hanan suarakan.

"Papa tidak bisa memaafkan kesalahan kamu begitu saja, papa tetap akan menghukum kamu. Malam ini kamu silahkan tidur di gudang!"

Hanan melotot mendengar itu. Ia menaikan pandangannya, menatap Andri dengan tatapan panik. Gudang? Tempat itu adalah trauma terbesarnya.

"Tapi Pa, Hanan_

"Papa tidak mau dengar alasan kamu, Hanan." Belum selesai berbicara tapi ucapan Hanan lagi-lagi langsung dipotong oleh papanya.

Yang lain mendengar itu tak bisa berbuat apa-apa. Karena kalau sudah Andri yang angkat suara mereka tidak bisa menyangkal. Papanya itu adalah sosok yang tegas dan disiplin penuh. Dia tidak pernah memberi kelonggaran terhadap anak-anaknya untuk melanggar peraturan.

Tapi Satya justru memberanikan diri untuk maju. "Pa, ini salah Satya karena gak becus jagain Hanan," ucapnya walau sedikit gugup.

Andri beralih melihat ke arah Satya. "Bagus kalau kamu menyadari kesalahan kamu. Tapi hukuman ini cuma untuk adikmu, biar dia tau kalau disiplin itu penting."

"Bik Jiah! Bawa Hanan ke gudang, kunciin dia. Dan jangan sekali-kali ada yang berani bukain pintu sebelum saya yang nyuruh."

Titah Andri memang benar-benar tidak bisa dibantah. Bahkan istrinya sekalipun.

EXCHANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang