01. Belenggu Asa

159 9 0
                                    

HAPPY READING.....

Tidak ada yang abadi, baik bahagia maupun luka, semua memiliki masanya tersendiri.

__Erza Raksa Pradhana__


......

Lenguhan kecil terdengar dari bibir pucat itu. Matanya yang semula terpejam kini perlahan mulai terbuka, mengerjap lambat menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retinanya.

Setelah terbuka sempurna, ia menatap bingung plafon putih di atas. Lalu mengedarkan kedua matanya ke sekeliling tempat ini. Bau khas obat-obatan sangat menguar di indra penciuman. Apakah ia berada di rumah sakit?

"Ah sialan." Dia berdecak sebal saat sekelebat ingatan muncul begitu saja.

Erza yakin dia berada di tempat ini karena seseorang membawanya saat kecelakaan kemarin. Tapi bukankah ruangan ini terlalu kecil untuk ukuran ruang rawat rumah sakit?

Selang beberapa menit kemudian Erza berusaha bangkit dari posisinya, dia terlalu bosan berada di sini sendirian. Namun suara pintu yang terbuka dari luar, membuatnya urung dan menoleh cepat ke asal suara.

Cowok itu mengernyit saat seorang gadis berpakaian putih abu-abu masuk begitu saja. Lantas Erza pun langsung mengubah posisi menjadi duduk dengan menyandarkan bahu ke sandaran ranjang tersebut.

"Lo pingsan lama amat, cape gue nungguin lo daritadi. Nih, minum dulu!" Bersamaan dengan ucapannya, gadis itu menyodorkan sebotol air mineral ke arah Erza.

Tentu saja Erza dibuat heran. Dia hanya menatap, tanpa berniat menerima pemberian darinya.

"Lo kenapa sih liatin gue gitu amat?" Tatapan Erza aneh dan itu cukup membuat gadis itu menjadi risih.

Satu hal yang membuat Erza tak mengerti. Dia siapa? "Lo yang udah nolongin gue?" Finally, begitulah akhirnya tebakan Erza.

Varsha-nama gadis berkuncir kuda itu, dia menatap cowok di depannya dengan dahi yang mengerut dalam. Lalu detik berikutnya dia tertawa. "Ya jelas gue yang nolongin elo, gue kan petugas UKS. Jadi udah kewajiban gue buat nolongin manusia-manusia lemah kayak lo," ujarnya dengan menjeda kalimat setelahnya. Dia melipat kedua tangan dan mendecih sebal melihat cowok itu. "Upacara doang tapi bisa-bisanya lo pingsan."

"Ha?" Erza cukup terkejut dengan penjelasan gadis itu. Upacara apaan sih? Kan dia sudah lulus tahun lalu.

Ah tidak, sebenarnya Erza bukan lulus karena beneran sudah tamat, melainkan dia keluar dari sekolah saat masih duduk dipertengahan bangku kelas X. Dan alasannya karena satu hal, ekonomi.

Erza adalah anak yatim piatu, orangtuanya sudah meninggal saat dia berusia 7 tahun. Dan itu karena kecelakaan. Semenjak kejadian tersebut Erza harus tinggal bersama pamannya. Tapi di rumah pamannya dia diperlakukan bukan seperti layaknya manusia. Sikap pamanya terhadap Erza benar-benar di luar batas kemanusiaan.

Erza seringkali dipukulin dan dicekoki minuman keras olehnya, bahkan pernah dia dipaksa mengonsumsi narkoba. Tapi untungnya Erza adalah anak baik-baik. Meski sedikit nakal. Dia tidak mau merusak otaknya dengan cara bodoh seperti itu, sehingga Erza pun melakukan perlawanan. Dan hal itu jelas membuatnya dihajar habis-habisan oleh pamannya.

Memang, biaya sekolah dan keperluan Erza yang lain ditanggung sang paman. Tapi walau begitu Erza tetap tak tahan jika harus terus menerus mendapatkan perlakukan seperti itu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari kekediaman Tio. Tapi satu hal, dia tidak bisa membiayai kehidupannya bahkan sekolahnya. Oleh karena itu, Erza memilih untuk tidak bersekolah lagi dan mencari pekerjaan saja.

EXCHANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang