08. Harapan

66 9 1
                                    

HAPPY READING....

Dia seolah kembali, tapi nyatanya masih tetap pergi.

__Jack Vanorio__

.......

Vano menarik kursi kecil yang ada di samping ranjang, lalu duduk di sana. Tak banyak yang ia lakukan. Hanya berdiam diri dan sesekali mengamati wajah yang kian pasi milik cowok yang berbaring lemah di ranjang depannya.

Lagi, untuk kesekian kalinya ia kembali datang ke tempat ini. Sekedar untuk menjenguk sahabatnya yang tak kunjung membuka mata, bahkan sejak dua bulan yang lalu.

Vano menghela napas kasar. Kembali mengingat perkataan dokter sore tadi. Tak ada yang stabil dari kondisi Gala. Semuanya tidak semakin membaik, justru kian memburuk setiap waktunya. Dokter menemukan adanya penyumbatan di bagian otak Gala. Dan itu yang membuat kondisi cowok itu semakin parah. Dokter juga mengatakan bahwa Gala akan mengalami koma lebih lama dari perkiraan waktu yang telah diperhitungkan sebelumnya.

Vano benar-benar tak tau harus bagaimana lagi. Semua ini terlalu sulit untuk dia hadapi seorang diri. Tapi walau demikian, sejatinya Vano tidak akan pernah menyerah begitu saja. Dia akan tetap menunggu sahabatnya itu sampai benar-benar sadar.

Karena baginya kehilangan satu sahabat saja sudah membuat hidupnya kembali berantakan. Apalagi jika kehilangan yang lain? Mungkin cowok itu akan memilih kembali ke masa kelamnya dulu.

Vano mengalihkan perhatian, memalingkan wajah ke samping. Dadanya begitu sakit saat melihat banyaknya alat penunjang kehidupan yang menempel di tubuh Gala. Ia benar-benar tidak tega melihat sahabatnya seperti itu.

"Lo kapan bangunnya sih, Gal?" tanya cowok itu lirih, menahan sesak yang kian terasa.

"Apa lo emang mau menyerah, Gal? Apa lo juga bakalan ninggalin gue kaya Erza?" tanya Vano lagi. Ia sangat takut. Apakah nanti Gala juga akan meninggalkannya sama seperti Erza?

Ah sialan, ini tidak adil. Mereka berdua merencanakan hal ini tanpa melibatkan dirinya. Erza dan Gala sangat tidak setia kawan. Berani-beraninya mereka mengkhianatinya kaya gini.

Vano memejamkan mata, sekedar untuk menumpahkan setetes buliran bening di pelupuknya. "Gal, cuma lo sama Erza yang bisa bikin gue berubah kaya gini. Lo berdua yang selalu ada pas gue lagi kacau. Dulu_

Sejenak Vano menjeda kalimatnya, menarik dalam-dalam napasnya yang mulai terdengar tak beraturan. Ini sangat menyesakkan. Suara Vano seperti tercekat di tenggorokan. Pun dengan bibir cowok itu yang bergetar saat berucap.

Kedua kelopak mata yang terpejam itu, Vano mengamatinya lamat-lamat. Berharap sang empu bisa mendengarkan ceritanya kali ini.

"Dulu, gue berantakan banget ya kan? Orang Tua gue pisahan, nyokap lebih milih selingkuhannya, terus pergi gitu aja ninggalin gue. Waktu itu, gue benar-benar marah Gal, emosi gue gak ke kontrol, gue kehilangan arah. Apalagi pas gue tau ternyata bokap juga malah nikah lagi. Gue benci banget sama mereka. Bokap dan nyokap udah punya keluarga masing-masing, gue ngerasa ke buang. Terus akhirnya gue kenal lo sama Erza. Pelan-pelan gue mulai tau tentang kalian. Dan ternyata kalian malah punya masalah yang lebih berat dari gue. Lucunya lagi, lo berdua masih bisa gitu ketawa lebar kaya gak punya masalah. Aneh tau gak? Tapi dari situ gue belajar untuk menerima keadaan dan mulai mensyukuri hidup."

"Gal....., lo dan Erza benar-benar merubah cara berpikir gue. Tapi sialnya, sekarang kalian malah ninggalin gue kaya gini. Anjing banget lo berdua!" Vano mulai terisak. Kali ini air matanya tak bisa di ajak kompromi. Jatuh begitu saja tanpa izinnya.

EXCHANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang