13. Who Are You?

28 2 0
                                    

HAPPY READING.....

Peristiwanya telah berlalu,
tapi kenangannya tak jua kunjung semu

__Erza Raksa Pradhana__

.......

"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI! KURANG AJAR KAMU YA? KAMU SAYA TAMPUNG DI SINI, TAPI TINGKAH KAMU MALAH SEPERTI INI? MEMANG ANAK SIALAN, BAJINGAN, MATI AJA SANA!!! ARGGHHH!"

Bersamaan dengan teriakan itu, Tio diseret paksa oleh dua orang polisi yang memeganginya di samping kanan dan kiri. Ia benar-benar tidak menduga kalau Erza akan melakukan hal ini. Anak sialan itu! Berani sekali dia melaporkannya ke polisi. Sia-sia dia membesarkan anak itu.

Tio kira setelah Erza sudah beranjak dewasa, dia akan bisa memanfaatkannya. Menjadikan bocah itu penerusnya sebagai bandar narkotika dan obat-obatan terlarang. Namun ternyata, dia malah menjadi dalang kehancuran bisnis yang telah dia bangun selama ini. Tio sangat marah, bahkan rasanya ia ingin melenyapkan Erza sekarang juga.

Awas saja suatu hari nanti Tio akan pastikan bahwa Erza akan mati ditangannya!

Setelah polisi membawa Tio pergi, Gala dan Vano langsung masuk ke dalam untuk mencari Erza. Keadaan ruangan ini benar-benar seperti abis dilanda badai besar. Barang-barang berserakan sana sini. Banyak pecahan kaca dan bercak darah. Bahkan vas besar kesayangan Tio juga ikut hancur berantakan.

Di dekat pojokan sana Erza terbaring dalam keadaan babak belur. Bagian pelipis cowok itu berdarah. Serta tubuhnya yang meringkuk sambil meringis menahan sakit.

Lantas baik Gala maupun Vano langsung berlari menghampiri Erza. Membantunya untuk bangkit, lalu mereka tuntun ke arah sofa.

Vano mengambil kotak P3K dan mengobati luka-luka sahabatnya. Kondisi Erza benar-benar memperihatinkan saat ini.

"Pelan-pelan goblok, sakit pala gue lo tekan kaya gitu," omel Erza saat tanpa sengaja Vano menekan bagian luka kepalanya.

"Santailah gosah ngegas!" Tentu omelan cowok itu membuat Vano sedikit emosi. Masih mending dia mau mengobatinya eh malah di omelin kaya gini. Untung sahabat! kalau tidak sudah pasti Vano akan mencampakkan Erza ke tengah lautan.

"Kok bisa kaya gini Za?" tanya Gala yang memperhatikan sekitar.

Erza menyudahi tangan Vano yang akan mengobatinya lagi. Tuh bocah tidak ada ikhlasnya dalam mengobati, asal-asalan saja. Erza jadi kesal sendiri.

Lalu ia beralih pada Gala. Sebelum menjawab terlebih dahulu ia menegakkan tubuh dan menghela napas sebentar. "Biasa, Om Tio ngulah lagi. Dia nyuruh gue jadi bandar narkoba di sekolah. Tapi gue tolak. Ogah gue lakuin hal gila kaya gitu. Sama aja gue ngerusak otak anak orang kalau sampai ngelakuin apa yang dia mau. Dan ya akhirnya karena gue gak tahan di desak dia terus-terusan gue pun buat laporan ke polisi. Gue tunjukin semua markas Om Tio ke polisi. Tapi sayangnya, tuh om-om brengsek malah berhasil kabur dan lari nyari gue," jelas Erza.

"Kok Om Tio bisa tau kalau lo yang laporin dia ke polisi?" tanya Vano tapi Erza malah hanya mengedikkan bahu tidak tahu.

"Terus polisi gak curiga sama lo Za?" Giliran Gala yang bertanya lagi.

"Awalnya curiga, gue juga diperiksa di sana. Tapi gak ada bukti kalau gue terlibat. Dan pertanyaan-pertanyaan mereka gue bisa jawab dengan logis."

Vano mengedekan kepala mendengar penjelasan Erza. "Anjir, lo benar-benar gila bisa ngelakuin itu!" Benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan bocah itu. Sungguh hebat dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EXCHANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang