→ ᴥ ←
No Plagiat - Please!
→ ᴥ ←
"Kapan-kapan aku akan menganalisis dengan teliti bagaimana kerja logikamu yang sebenarnya," komentar [Name] sambil bertopang dagu dengan wajah bosan. Kemudian ia menguap lebar-lebar, yang sepertinya disengaja. Ia meluruskan punggung ke sandaran kursi dengan tangan terlipat di dada. Tentu saja dengan gaya seakan ia tidak tertarik lagi oleh permainan yang sedang dilakoninya.
Sudah lebih dari dua puluh menit [Name] menekuni papan catur di depannya, tetapi belum juga mendapatkan jalan keluar. Jangankan meloloskan bidak Raja, melancarkan serangan nekat untuk membuktikan 'terkadang yang lemah akan mengalahkan yang kuat' saja ia tak sanggup. Sebenarnya ada beberapa langkah yang terpikir oleh [Name], tapi ia menyadari pihak lawan akan memblokirnya lebih dulu.
"Bagaimanapun, catur sangat membosankan dan tak cocok untukku," gerutu [Name].
Yoojin itu sinting. Agaknya kadar kewarasan laki-laki itu sudah diambang kehancuran. Mana ada lelaki yang mengajak pasangannya kencan bermain catur di perusahaan. Coba bayangkan bagaimana tersisaknya kejiwaan [Name] sekarang?
Kesalahan besar karena [Name] sempat berpikir bahwa Yoojin memiliki ide cemerlang untuk kencan mereka yang ke dua, setelah mendapat chatting room yang membludak di beranda. Awalnya, ia mengabaikan seluruh ancaman menggelikan yang tak mampu menggoyahkan rasa takutnya.
Namun, melihat jumlah angka tabungan yang meningkat drastis, meruntuhkan kesabaran yang kian menipis. Sialnya, [Name] tidak bisa mengembalikan jumlah uang yang masuk kepada sang pengirim. Kadang-kadang ia gemas ingin mengganti otak Yoojin dengan otak Patrick star.
Biar bodoh sekalian.
"Kenapa? Bukankah seru memutar otak untuk menjatuhkan strategi lawan?" Berlawanan dengan reaksi gadis itu. Yoojin malah mencondongkan tubuh dengan kedua tangan menumpu di atas paha dan saling bertautan.
"Seru katamu?!" Sudut [Name] berkedut jengkel. Tangannya meraih salah satu bidak milik Yoojin yang berhasil ia ambil. "Coba kau pikir, kenapa kita tidak diizinkan memakai Kuda yang susah payah direbut dari lawan? Padahal itu termasuk rampasan perang?"
"Dan kau malah menyalahkan aturan dasar permainan?" Yoojin tersenyum, sambil menggeleng heran. "Kuda bukan barang rampasan perang, tapi prajurit. Prajurit yang tertangkap berarti nyawanya melayang. Kau takkan bisa menggunakan prajurit yang mati, 'kan?"
"Tapi tubuh mereka bisa berguna sebagai perisai ketika senjata melayang." [Name] sedikit melempar bidak ke meja.
"Itu hanya akan terjadi saat kau dalam situasi hidup dan mati, dengan dunia yang dilanda kehancuran."
"Jika memang dunia hancur dan semua umat manusia menggila, itu jauh lebih seru. Dibanding memainkan bidak mati ini yang merepotkan." [Name] mendorong satu poin maju dua langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Շ. THIEF ᴥ Yoojin
Fanfictionᴘᴇɴᴄᴜʀɪ ɴᴀᴋᴀʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇʀᴇsᴀʜᴋᴀɴ. Awalnya memang membosankan, tapi saya yakin. Kalian akan dibuat jatuh hati oleh sikap keduanya yang asam-manis, bukan romantis. Yoojin x [Name]! 𝗡𝗢 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧 - 𝗣𝗟𝗘𝗔𝗦𝗘! Jangan lupa tinggalkan jejak. 17+ ───...