17| Collided in the Dusk

110 21 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rusa buruan Havan kabur akibat Juniper datang tiba-tiba. Laki-laki sudah hendak marah dan berteriak jika saja dia tidak mendapati Juniper datang bersama orang lain.

"Florey?" Havan memelototkan mata dan berjalan mendekati gadis itu. Dia mengamati Florey dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau baik-baik saja?"

Florey tersenyum sebagai jawaban.

"Kenapa kau kemari?" tanya Havan sembari melirik tajam ke arah Juniper.

"Kenapa? Dia yang ingin ikut!" sungut Juniper merasa hendak disalahkan.

Havan menatap Florey meminta jawaban jika yang diucapkan Juniper adalah benar.

"Dia benar," ucap Florey lirih.

Tanpa disadari Havan justru tersenyum.

Di dekat kaki Havan tergeletak seekor rusa jantan yang sudah tidak bernyawa. Keadaannya terlihat baik-baik saja dari luar, tapi leher rusa tersebut sudah patah.

Juniper menyandung tubuh rusa itu pelan. "Kau baru dapat ini?" tanya Juniper.

Havan menatapnya sengit. "Kau menganggu," balasnya.

Laki-laki itu meletakkan cawannya di atas tanah. "Oke. Kita perlu dua sampai tiga lagi. Sampai bertemu di sini," ucapnya sebelum melesat pergi untuk berburu.

Sekarang hanya tersisa Florey dan Havan di tengah hutan belantara ini. Jujur saja, sedari tadi, Flore menahan diri untuk tidak mengambil rusa itu dan menghisap habis darahnya. Dia hanya menuruti kata Havan untuk mencoba menahan dan mengendalikan nafsunya paling tidak sampai lima hari ke depan.

"That's okay, Flo. How was your feeling now?" tanya Havan yang membuyarkan lamunan Florey. Laki-laki itu tahu apa yang ada di kepala Florey sekarang.

Florey menggeleng. "Tidak tahu."

Havan tersenyum. "That's okay. You will know as soon as possible," ujarnya menenangkan. Tangannya berada di pinggang dan menatap Florey. "Karena kau sudah di sini, kau ingin mencobanya?"

"Mencoba apa?"

"Your ability," balas Havan. "Kau sudah bisa bergerak dengan cepat untuk sampai sini, kan? Then, explore more."

Ajakan Havan terdengar menggiurkan untuk dicoba tapi Florey tidak tahu harus mulai dari mana.

Havan berjalan mendekati salah satu pohon rindang. Tanpa merasa malu, dia meloloskan kaosnya begitu saja dan menyampirkannya di dahan pohon. "Badanku sudah basah keringat," ujarnya tanpa ada siapa pun yang bertanya.

Di sisi lain, Florey menjadi salah tingkah. Ini pertama kalinya dia melihat Havan tanpa baju atas. Gadis itu sampai refleks mundur ke belakang. Dari punggungnya saja Florey sudah dapat menilai jika Havan menjaga kebugaran tubuhnya. Pinggang laki-laki itu bahkan hampir seramping miliknya. Otot lengannya besar dan terlihat kokoh. Bahunya terlihat lebar dan kuat. Dan saat Havan berbalik, Florey sukses menahan napas.

THE DAWN NEVER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang