23| The Creatures Like Us

98 19 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Antusias. Rasanya itu masih kurang untuk menggambarkan perasaan Florey saat ini. Hal-hal baru yang ditemuinya hari ini benar-benar mampu membunuh rasa bosan selama di perjalanan. Meskipun kedatangannya disambut dengan hal tidak terduga tapi kastil ini luar biasa. She never expected before that she will enter this beautiful place.

Gadis itu berjalan keluar kamar usai selama hampir dua jam mengamati isi kamarnya sendiri. Kata pelayan yang mengantarnya tadi, dia bebas jalan-jalan ke mana pun asalkan tidak menuju ke sayap kiri menara.

Florey menarik napas panjang dan mengamati dirinya sendiri, memberi penilaian pada pakaian yang dia kenakan. Jujur saja, gadis itu tidak membawa baju ganti banyak. Dia juga tidak membawa pakaian yang sekiranya pas dipakai untuk jalan-jalan keliling kastil dan bertemu petinggi klan yang dulunya tidak dia percayai keberadaannya. Kepalanya mengangguk-angguk. Iya, sekarang dia percaya. Dia juga percaya jika urat nadi di pergelangan tangan yang berwarna ungu kemerahan ini mengalir darah magis yang membuatnya bisa bergerak sangat cepat.

Selama berjalan menyusuri lorong, Florey mengulang-ulang pesan pelayan tadi. "Jangan ke sayap kiri!"

Memangnya di mana yang disebut sayap kiri?

Gadis itu berdiam diri di tepian yang menyuguhkan dia pemandangan aula kastil yang luas dan indah. Dari lantai dua ini, Florey dapat melihat pola lantai dasar yang ternyata membentuk sebuah gambar. Bagai mosaik kecil nan halus yang disatukan kemudian membentuk sebuah gambar bulan purnama yang indah. Kepingan-kepingan mosaik keramik marmer itu memantulkan cahaya dengan lembut yang berasal dari lampu gantung di atas sana. Kepala Florey mendongak seiring dengan mulutnya yang menganga. Indah. Lampu gantung itu seperti tetesan air mata yang bersinar, berkerlip dan berpendar lembut menerangi sekitarnya.

Atapnya rupanya tidak kalah menarik. Ukiran-ukiran halus yang timbul seolah mengumandangkan jika kastil ini dibangun pada abad pertengahan dan masih kokoh hingga sekarang.

Samar-samar Florey mendengar suara petikan dawai harpa. Suaranya terdengar sangat jauh namun begitu menenangkan.

Dia berbalik, berjalan kea rah lorong lainnya yang dibatasi oleh pilar melengkung lainnya yang banyak dia temui di dalam kastil ini. Lorong ini lebih lega dengan jendela tinggi di dua sisi dindingnya. Jendelanya mengerucut ke atas dengan kaca mosaik di bagian seperempat atasnya. Dari sini, Florey jadi bisa melihat gemerlap lampu di desa di bawah sana dan kabut-kabut yang menyelimuti puncak bukit di seberang sana. Indah sekaligus magis.

Suara harpa itu semakin terdengar jelas seiring dengan langkah Florey yang semakin masuk ke dalam lorong. Dia menemukan total enam patung berbaju zirah dengan sebilah pedang di sisi kanan dan kiri. Terdapat banyak patung dewa dewi Yunani kuno yang dipahat timbul pada dinding atap lorong. Florey sampai merasa dia terlalu lelah untuk mengadahkan kepala.

Langkahnya terhenti dan dia memekik tertahan melihat sesuatu yang menjulan dan besar di ujung lorong. Ternyata lorong ini menghubungkannya dengan menara lain. Namun, apakah ini sayap kiri?

THE DAWN NEVER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang