Dia yang pergi selamanya

203 21 1
                                    

Selama perjalan menuju kuil, Chay bisa merasakan degup jantung yang tidak beraturan. Telapak tangannya terasa lebih dingin, anehnya ia juga merasa mual. Pagi sebelum berangkat, Cay yakin jika ia sudah makan dengan cukup—tidak lebih atau kurang—dan barusan, ia juga baru selesai menghabiskan satu kotak kecil susu cokelat yang diberikan oleh Khun Noo.

Apa ini efek setelah minum susu tadi?

"Huh..." Chay mengambil napas dan mengeluarkannya dengan kasar berkali-kali, Kim yang berada di sampingnya hanya mengkerutkan kening tanda tak mengerti.

"You good?"

Chay menoleh ke arah Kim terlalu cepat, hingga bisa ia rasakan sakit pada lehernya, "No—i mean, not really. Ini membuatku gugup, padahal ini tentang Chia bukan diriku. Apa aku akan baik-baik saja jika, Chia dan keluarganya bersatu bersama kembali?"

Ada desah napas yang berat dari Chay dan Kim tahu betul itu bukan pertanda baik, Chay gugup—sangat, ia takut akan kemungkinan yang akan terjadi nanti di masa depan. Mungkin saja Chay takut jika Chia akan meninggalkannya, padahal itu belum mungkin terjadi. Bukankah Chay terlalu memusingkan hal yang tidak perlu?

"I don't know, but... aku yakin Chia tidak akan meninggalkanmu. Kalian sudah bersama sejak lama, jadi yakinlah pada keyakinanmu."

Chay tersenyum mengolok, "Bersama sejak lama, huh?" Ia kembali menoleh ke arah luar jendela, kali ini ada senyum sedih yang terpatri dari wajahnya, "Apa itu alasan mereka semua untuk meninggalkanku sendiri?"

Kim terdiam, tidak membalas karena bingung harus berkata apa. Selama ini, mereka yang ada di sekelilingnya bisa selalu datang dan pergi semaunya. Dirinya juga tidak terlalu memusingkan hal seperti itu, toh mereka yang pergi memang harus diganti dengan yang baru.

"Menurutmu, apa dengan ini bisa menemukan mereka?" Dari kantung jaketnya, Chay mengeluarkan kalung yang ia bawa dari awal,

"It will, batu emerald dengan naga yang mengelilinginya... hanya ada satu tempat di mana kita bisa menemukannya." Kim melirik pada kalung yang ditunjukkan oleh Chay, "Kuil Wat Phra Kaew, tepatnya ada di dalam istana raja. Tidak sembarang orang bisa ke masuk ke sana, hanya mereka yang memiliki... you know, sesuatu yang bisa menghubungkan satu sama lain."

"Hah?" Chay tidak mengerti, otak kecil miliknya tengah mencoba untuk mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Kim. "Lalu, bagaimana kita bisa masuk ke sana?"

"Dengan itu," Kim menunjuk pada kalung yang Chay pegang, "Dan kebetulan sekali, mereka memiliki hutang pribadi padaku."

Ada senyum rubah yang Kim berikan, dan Chay sama sekali tidak paham dengan hutang yang Kim bicarakan. Tapi itu tidak penting, oh, Chay sepertinya ingin menunjukkan sesuatu yang lain pada Kim.

"Whatever it is," Chay menggeleng kecil sebelum memasukkan kembali kalung tersebut pada saku jaketnya, "By the way, aku punya satu hal lagi yang ingin aku katakan. Aku rasa ini juga bisa membantu kita, aku harap."

Kim tidak akan mengira jika ia akan mendapatkan apa yang paling ia butuhkan, hanya sebuah postcard dengan foto dua orang berbeda usia. Kim dengan sangat yakin mengenal mereka, dua orang yang memang telah menjadi bagian keluarganya.

Vegas dan Macau.

"Apa ini mereka?"

Apa ini Kim dengan pertanyaan bodohnya?

Atau ia hanya pura-pura tidak tahu?

Chay mengangguk kecil, "Aku rasa ini mereka, sepertinya kakak sempat menyimpan hal tentang ini. Oh, sebenarnya ada yang lain."

"Tapi?"

"Aku tinggal di rumah, hehe."

Ah, Kim mengerti. Rumah yang Chay maksud sepertinya yang ada di selatan, apa ia harus menyuruh orang untuk diam-diam mengambilnya?

11:11 [KIMCHAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang