Dia yang melindungi

435 60 10
                                    

"Ini lebih baik."

Setelah selesai dengan membantu paman Pong di kebun, aku segera pulang dan membersihkan tubuhku. Dengan bermandikan air hangat, aku bisa merasakan tubuhku jauh lebih baik.

Merasa haus, aku mengambil segelas air dingin dan aku habiskan dalam sekali teguk. Rasa haus yang mendera perlahan menghilang dan diganti dengan gusi yang berdenyut tajam. Aku lupa jika gusi dan gigiku sedang sensitif, mungkin sebaiknya aku memeriksanya pada dokter Ro.

Tok... tok... tok...

Terdengar tiga ketukan dari pintu depan, aku mendengus mengira-ngira siapa yang bertamu malam ini. Aku jarang menerima tamu, hanya Chia dan sesekali Tuan Cho yang datang ke rumah. Itu juga karena mereka ada masalah di rumah mereka dan aku sebagai orang baik, berusaha untuk membantu.

Hanya dengan mengenakan boxer putih dan handuk yang tergantung di leher, aku segera berlari menuju pintu depan. Sepertinya tamu yang datang kali ini sangat tidak sabaran dan tidak tahu waktu, masalahnya ini sudah jam delapan malam dan waktunya bagiku untuk beristirahat.

"Ya, sebentar." Pintu terbuka, saat mendapati wajah yang terlihat familiar terser membuatku mengkerutkan kening dalam. "Dokter?" Ucapku ragu.

Aneh rasanya kala mendapati Dokter Ro ada di depan rumahku, dan ia tidak sedang menggunakan baju kerjanya. Dokter Ro terlihat berbeda, ia tampak jauh lebih muda dari yang biasanya. Apa ini efek dalam menggunakan seragam dinas?

"Malam, Che. Apa aku mengganggu?"

'Ya, kau mengganggu sekali dok.'

"Nope," aku menggeleng kecil. "Ada apa malam-malam bertamu?" Aku tahu aku berbohong, tapi aku tidak bisa begitu saja mengatakan apa yang ada di dalam kepala secara terus terang.

Dokter Ro terlihat lebih santai, "Sebenarnya besok pagi-pagi sekali, aku berencana untuk pergi ke kota. Ada beberapa barang medis yang habis, begitu juga dengan obat-obatan hanya tersisa sedikit. Jadi aku ingin bertanya padamu Che, apa ada hal ingin kamu titipkan besok? Biar aku beli selagi di sana."

Senyum bahagia terkembang pada wajahnya, mungkin ini hanya perasaanku saja tapi entah kenapa, wajah dokter Ro terlihat merah padam seperti kepiting rebus.

Aku mengangguk paham, setelah dipikirkan lagi memang sepertinya aku butuh membeli beberapa keperluan barang kebun dan pertanian. Papan luncurku juga harus diperiksa, setidaknya aku ingin memastikan dia baik-baik saja.

"Tentu, ada lagi?"

Dokter terlihat gugup, matanya terlalu sibuk untuk berpandangan denganku. Apa ada yang salah?

"Dokter?"

"Ah, maaf. Hanya saja..." dokter Ro menggeleng dramatis, yang mana makin membuatku tidak mengerti dengan maksudnya.

"Dokter, apa kamu malu melihatku setengah telanjang seperti ini?" Aku hanya bercanda saat bertanya seperti tadi, karena lucu saja melihat wajahnya yang memerah dan tidak nyaman setiap matanya tidak sengaja memandang pada dada telanjangku.

"Ya, Tuhan! A-apa terlalu jelas, eh, maksudku itu, aku akan segera pulang karena sudah malam. Selamat malam, mimpi indah Che!"

Ajaib, dokter Ro dengan perasaan gugup serta kikuknya membuatku menahan tawa hingga sakit perut. Ia terlihat lucu dengan segala ekspresi yang ia keluarkan, aku harap itu tidak keterlaluan dengan menggodanya.

Setelah melihat punggung dokter Ro yang hilang di ujung sana, aku segera masuk ke dalam setelah mengunci pintu. Hawa dingin semakin terasa saat angin kencang datang menerpa, mungkin saja malam ini akan turun hujan badai dan aku harus tidur cepat.

11:11 [KIMCHAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang