Dia yang berjuang

141 23 0
                                    

Perjalanan menuju kota berakhir tidak baik-baik saja. Porchay dan Chia mengeluh akan perut yang mual dan pengemudi yang tidak handal, aku setuju akan hal itu karena Piko tidak bisa membawa mobil tanpa membuatku merasa tidak nyaman.

Perjalan berakhir di hotel tempat aku menginap kemarin. Setelah meminta kunci pada resepsionis, aku membawa Porchay dan Chia ke salah satu kamar suite room hotel. Ia dengan senang hati mengikutiku tanpa banyak bertanya, diperjelas dengan wajahnya yang pucat dan lesu. Aku jadi kasihan melihatnya, sepertinya aku harus dengan segera mendapatkan wilayah tersebut dan menyulapnya menjadi daerah yang lebih baik.

"Tidurlah di dalam, akan aku bangunkan nanti."

Porchay mengangguk lesu, ia menarik Chia ke dalam dan segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dari depan pintu, aku bisa melihat mereka tertidur dengan cepat. Baguslah, sekarang tinggal menunggu jemputan datang.

Menit berlalu dan aku berniat untuk pergi ke kamar sebelum Piko datang dengan raut wajah yang tidak bisa aku tebak. Napasnya pendek-pendek, yang mana buatku semakin bingung karena ia tidak mengatakan apapun padaku pada menit pertama.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan, aku ingin pergi ke kamar."

"Tuan," suara Piko terdengar bergetar, "Aku sepertinya menemukan sesuatu yang berharga."

Mataku menyipit kecil, "Dan apa itu?"

"Apa Tuan ingat dengan keinginan Tuan Kinn dalam menemukan arkeolog yang tengah ia cari?"

"Ya, tentu. Aku bosan mendengar ceritanya tentang bagaimana seorang arkeolog yang telah mencuri perhatiannya, dan mampu membuatnya jatuh cinta. Ugh, gross." Mataku berotasi bosan, mengingat setiap detail cerita dari Kinn. Jatuh cinta hanya bisa membuat orang tolol.

Piko mengangguk antusias, ia hendak mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya sebelum suara ledakan terdengar dari luar hotel. Dua kali suara ledakan dalam kurun waktu yang berdekatan, mereka bertatapan dengan pandangan yang tak terbaca.

"Fuck, apa yang terjadi?"

Piko berteriak histeris, ia mendekat ke arah jendela dan dapati asap yang membumbung tinggi tepat di depan tempat mereka menginap. "Ya Tuhan, apa ini ulah teroris?"

Bagus, masalah baru datang lagi.

Ken datang dengan wajah yang bersimbah peluh, ia mendekat ke arahku dan memintaku untuk segera keluar dari tempat ini. Bahaya di luar terlalu mengancam, sekelompok orang dengan topeng kelinci menembak secara asal dan meledakkan setiap gedung yang berdekatan dengan tempat kami menginap.

Ini buruk, sangat buruk.

"Piko, persiapkan mobil dan temui aku di belakang gedung ini. Dan Ken," aku menoleh pada Ken, "Bawa Chia pergi bersamamu. Kita pergi secara terpisah, pastikan kamu melindunginya. Mengerti?"

"Baik, Tuan." Mereka menjawab bersama, Piko segera pergi guna segera mempersiapkan kendaraan dan Ken mengikutiku pergi ke kamar Porchay.

Chia dengan mudah bisa dibangunkan, berbeda dengan Porchay yang sepertinya terlalu lelap jatuh dalam tidur. Aku bahkan meminta Ken untuk pergi terlebih dahulu, yang mana langsung ditentang oleh Ken.

"Tuan Kim, kita harus pergi bersama—"

"—ini bukan waktunya berdebat, pergilah terlebih dahulu dan bersihkan jalan untuk kami. Bergabunglah bersama anggota lainnya, aku tidak menerima penolakan saat ini."

Ken mengangguk pelan, ia berjalan keluar bersama Chia yang terlihat kebingungan juga takut. Setelah memastikan jika Porchay akan baik-baik saja, ia baru mau mengikuti Ken untuk keluar terlebih dahulu. Sekarang, tinggal bagaimana aku berurusan dengan manusia satu ini.

11:11 [KIMCHAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang