Bab 06: Uji Nyali

0 1 0
                                    

Hari Jum'at besok adalah tanggal merah. Oleh karena itu, Darrel sangat percaya diri rencana mereka untuk melakukan uji nyali akan berhasil. Bukan hanya uji nyali, mereka berencana untuk mendirikan tenda di lapangan sekolah dan menginap disana sampai pagi. Karena hari Sabtu dan Minggu libur, jadi mereka bisa bersantai.

Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya Zaza ikut. Tentu saja dengan sangat terpaksa.

Tin tin tin

Suara klakson mobil yang Aisya tunggu-tunggu datang. Mobil Jeep milik Rehan terparkir di depan rumah. Rehan turun dari kursi kemudi. Diikuti oleh Zaza kemudian Darrel.

Aisya membuka gerbang rumah. Hari ini hari Kamis. Yang artinya adalah malam jum'at. Rencana yang mereka sudah rencanakan dengan matang. Kecuali Zaza tentu saja.

Sore itu kebetulan Ayah tidak lembur.

Mereka berempat masuk ke dalam rumah. Aisya ke kamarnya, menyiapkan barang-barangnya yang akan dibawa.

Ketiga temannya duduk di ruang tamu. Tidak lupa salim pada Ayah yang sedang membaca koran.

Ibu dengan antusias menyambut kedatangan mereka. Terutama Darrel. Aisya sudah izin kepada orang tuanya dari kemarin. Meskipun pada awalnya mereka menolak mentah-mentah, tetapi akhirnya diizinkan. Dengan sedikit kebohongan tentu saja. Aisya mengatakan jika kegiatan tersebut adalah bagian dari tugas sekolah.

"Kalian pasti belum makan, kan?" tanya Ibu.

"Belum, tante" jawab mereka serempak.

"Ya sudah makan dulu sana, udah disiapin kan Bu" kata Ayah, kemudian berjalan ke aquarium untuk memberi makan ikan-ikannya. Ikan-ikan gembul yang pernah membuat Darrel terhipnotis.

"Sudah dong, ayo sini" ajak Ibu. Darrel langsung mengikuti Ibu ke dapur. Zaza dan Rehan masih punya malu, mereka saling berpandangan.

"Lo kok malah bengong, udah makan dulu sana gak usah malu anggap saja rumah sendiri"

Mereka akhirnya menurut, walaupun masih tidak enak sebenarnya. Sangat berbeda dengan Darrel.

Aisya sudah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas kecil. Hanya senter, jaket dan cemilan. Karena ini bukan naik gunung, mereka hanya membawa barang seadanya. Lagipula Aisya tidak yakin apakah ide konyol Darrel ini akan sesuai rencana. Darrel membawa tenda berkapasitas empat orang. Awalnya Rehan dan Zaza saling berdebat tidak mau membawa karpet. Mereka suit. Rehan kalah. Jadi dia kebagian membawa karpet. Zaza hanya membawa cemilan dan air putih sama seperti Aisya.

Azan Isya berkumandang. Setelah sholat di rumah Aisya, mereka berangkat pukul setengah delapan malam.

Perjalanan tidak begitu mulus. Saat melihat penjual jagung bakar di pinggir jalan, mereka berhenti, menikmati jagung bakar sambil duduk di tepian trotoar bersama anak-anak kota yang sering nongkrong di sana.

Karena beberapa kali berhenti membeli cemilan, mereka tiba di sekolah lebih malam, tidak sesuai rencana. Pukul sembilan malam. Tidak ada Pak Upik, penjaga sekolah. Mungkin sudah pulang. Kebetulan rumahnya di samping gedung sekolah.

Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Tentu saja dikunci.

"Tuhkan apa gue bilang, rencana lo pada gak bakal kesampean, dahlah pulang aja kuy" celetuk Zaza dengan sumringah.

"Eits tenang...tenang... rencana adalah rencana. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Karena apa? Yaps, lewat pintu belakang dong..." sahut Darrel.

Senyum sumringah Zaza langsung redup.

Pintu gerbang belakang terletak agak tersembunyi di belakang sekolah. Gerbang tersebut berwarna cokelat. Tetapi bukan cokelat asli, melainkan sudah berkarat. Lebarnya hanya satu meter sedangkan tingginya lebih dari dua meter. Jarang ada orang yang melewati gerbang ini, buat apa? Kan sudang ada gerbang di depan sekolah yang lebih lebar. Mungkin hanya Pak Upik yang sering lewat sini.

AisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang