Bab 08: Gaviar

1 1 0
                                    

"Gaviar?", Aisya mengernyitkan dahinya tidak percaya jika orang di depannya ini memang Gaviar. Ataukah dia hantu yang menyerupainya? Buat apa Gaviar Dirgantara sang aktor papan atas yang filmnya sering best seller datang ke sekolah, tengah malah di tambah hujan deras seperti ini?

"GAVIAR?", teriak tiga manusia konyol itu setelah tau siapa yang datang.

"Gue rasa dia hantu yang nyamar jadi Gaviar deh", kata Darrel mengamati Gaviar dengan was-was, Ia mengambil penggaris kayu di sebelahnya lalu mengacungkannya seperti senjata.

"Ais tutup pintunya!!", Zaza panik.

Aisya tidak menanggapi mereka. Ia masih menatap seseorang yang seperti Gaviar itu tanpa rasa takut sedikitpun. Kalau memang dia hantu kenapa wajahnya tidak pucat. Ia mengamati cowok itu dari atas sampai bawah berkali-kali, memastikan jika dia menapak di tanah.

"AISYA TUTUP!! HIH GEMES DEH!'', Darrel mendekati pintu dengan hati-hati, saat tangannya memegang kenop pintu, Gaviar mencekal tangannya. Darrel berteriak histeris.

"Jangan tutup pintunya!! Ini gue Gaviar!"

Darrel berhenti berteriak sambil mencoba melepaskan cekalan tangan Gaviar. Ia cepat-cepat kembali ke bawah papan tulis dimana Rehan dan Zaza juga duduk disana. Rehan bangkit ikut berdiri di samping Aisya sambil mengarahkan kameranya ke Gaviar. Dalam pikirannya akan bagus jika sosok yang menyerupai Gaviar ini akan mengeluarkan jurus menghilangnya atau terbang seperti hantu-hantu lain.

Aisya menyipitkan matanya.

"Lo beneran Gaviar?", tanya Aisya.

Gaviar memutar kedua bola matanya malas.

"Iya ini gue Gaviar Dirgantara"

"Lo bu-bukan se-setan kan?", tanya Zaza tidak jadi menangis lagi.

"Gue bukan setan. Gue Gaviar, nih liat gue napak lantai. Kalo masih gak percaya nih pegang tangan gue"

Gaviar menyodorkan tangannya. Aisya dan Rehan kompak memegang tangan Gaviar yang seputih susu.

Gue megang tangan idola gue woy! Aisya berteriak kegirangan di dalam hati. Ini kesempatan langka. Aisya sengaja memegang tangan Gaviar sedikit lama, tetapi sesaat kemudian Rehan menepisnya. Aisya mendesis kesal. Rehan memang pengacau. Kini Ia percaya jika cowok di depannya ini memang Gaviar. Mereka mengizinkan Gaviar untuk masuk ke dalam kelas. Dia memakai kaos lengan panjang biru muda dan celana training berwarna sama.

"Kalian ngapain disini?", Gaviar melontarkan pertanyaan yang juga ingin ditanyakan keempat manusia absurd di depannya. Mereka duduk melingkar, masih di bawah papan tulis. Pintu kelas tidak ditutup seperti sebelumnya. Angin malam memasuki kelas dengan membawa percikan air hujan.

"Harusnya kita yang tanya, Lo ngapain tengah malem sendirian ke sekolah? mana hujan lagi", sahut Darrel.

"Lo beneran manusia kan?", Zaza masih agak ragu.

"Ck. Terserah lo deh kalo masih gak percaya"

"Gav. Jelasin Lo ngapain disini?"

Gaviar tertawa kecil.

"Gak bisa gue jelasin sekarang"

"Mencurigakan", Rehan mengarahkan kamera ke arahnya. Lampu kamera menyala terang, menyorot ke wajah Gaviar.

"Apa-apaan sih lo, matiin gak!", sewot Gaviar menutupi wajahnya dengan satu telapak tangannya.

"Temen-temen, udahlah percaya aja, dia emang Gaviar kok. Liat deh mukanya masih ganteng kan", Aisya tersenyum menatap wajah Gaviar tanpa berkedip.

AisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang