Enjoy
Dengan langkah cepat vero menuruni eskalator menuju ke lantai dasar tempat dimana pertunjukan musik itu digelar. Dengan sigap ia pun mulai menerobos kerumunan orang yang ada di sekitar panggung pertunjukan, beberapa orang yang dilewatinya menatapnya sebal, ada juga yang tak segan-segan melemparinya dengan kata-kata kasar, yang sayangnya tidak di gubris sedikitpun oleh vero. Ia masih tetap berjalan menuju panggung pertunjukan di depannya.
Tanpa segan sang pemuda naik ke atas panggung. Membuat semua orang yang berada di sana kini memusatkan pandangan ke arahnya bingung.
Sang vokalis yang melihat ada orang asing yang naik keatas panggung pun juga dibuat bingung olehnya, pemuda yang tak lain adalah park Vero, si pelaku kerusuhan.
Vero mendekat. Sang gitaris secara perlahan menghentikan permainan gitarnya, diikuti oleh drummer, keyboardis, dan juga bassis. Dan hal itu tentu saja membuat sang vokalis juga ikut berhenti bernyanyi dan memandang vero tak mengerti.
Sang vokalis hanya terdiam ketika sang pemuda itu memandangnya dengan tatapan intens, suasana semakin riuh ketika orang-orang mulai berkomentar atas tindakan yang dilakukan Vero.
Bahkan beberapa security mulai naik keatas panggung, mencoba mengamankan Vero dari atas panggung, namun dengan sekali hentakan kuat kedua tangan Vero terlepas dari cegalan para petugas.
Vero mendekat kearah remaja yang di ketahui sebagai vokalis dari band yang sedang melakukan pertunjukan di dalam departemen store_ dimana Vero berada saat ini. Tepat satu meter di depan vokalis band, Vero menghentikan langkahnya membuat semua orang yang melihat aksi nekat itu harus menahan nafas lama-lama, entah mengapa tiba-tiba saja suasana menjadi hening, tidak ada yang berani bersuara bahkan para petugas sekalipun.
Jari telunjuk Vero teracung kedepan, menunjuk ke sang vokalis. Sang vokalis yang ditunjuk seperti itu menjadi salah tingkah, ia pun menunjuk kearah dirinya sendiri seolah berkata 'maksudmu aku?'.
Sayang seribu sayang, vero menggeleng pelan, namun tangannya tetap teracung kedepan, seolah-olah menunjuk sang vokalis.
Sang vokalis yang mengerti pun melihat kearah belakangnya, dan benar saja. Bukan dia, bukan sang vokalis dengan rambut pirang yang dimaksud pemuda di depannya ini. Melainkan sang keyboardis rekannya.
Sang keyboardis yang memiliki rambut berwarna pink yang juga menatap mereka bingung.
Ya, Sunoo yang di maksud oleh Vero.
.
.
.
.
Kini kedua pemuda itu tengah duduk berhadapan disebuah café, hanya ada mereka dan beberapa pengunjung yang ada disana.
Cukup sepi untuk sebuah café yang terletak disebuah departemen store di pusat kota.
Pemuda itu -Sunoo- meminum kopi yang ada di depannya, dan pemuda lain -vero- hanya menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
please love me
Fiksi PenggemarNo deskripsi, Book pertama aku ✨ WARNING‼️ BXB BAHASA CAMPURAN CATATAN PENTING TOLONG DI BACA CERITA INI UDH AKU PUBLIKASI SEBELUMNYA, CUMAN AKU TERIK KEMBALI KARENA ADA MASALAH SALAH PAHAM. KARENA UDH LAMA TERBENGKALAI JADI URUTAN BABNYA MENJADI TI...