BAB 4

5.8K 402 0
                                    

Di rumah Shani, tepatnya di ruang tengah terdapat Gracia yang duduk bersandar di sofa. Ada Shani disebelahnya..

"nih Shan airnya, kamu kompres dulu lukanya pake air ini" ucap Veranda sambil menyerahkan  se-baskom air dingin dan kain untuk mengompres luka.

"iya Mi, makasi ya" ucap Shani

"itu emang temen kamu kenapa sih, kok bisa luka-luka gitu? " tanya Veranda dengan nada yang khawatir karna melihat luka Gracia.

"Shani juga kurang tau mi, mungkin jatuh dari motor, soalnya motornya rusak tadi Shani liat" jawab Shani yang sekarang sibuk memeras kain kompresan..

"yaudah mami ke atas dulu ya, kamu obatin tuh temen kamu" ucap sang mami sambil berlalu menuju tangga meninggalkan Shani dan Gracia.

*shh awhh
ringis Gracia saat Shani menekan lukanya dengan kapas.

"eh sorry ya, aku kekencengan ya?" tanya Shani khawatir. Dan Gracia hanya menganggukkan kepalanya.

"maaf ya?, aku gak sengaja. Sakit banget emang? " lanjut Shani sembari menempel hansaplast pada dahi Gracia.

Gracia hanya diam mematung, menatap dalam netra indah Shani yang berwarna sedikit kecoklatan itu.

"gre, kamu istirahat di kamar aku aja yuk, pulang nanti kalo udah agak enakan, ya?" ucap Shani

"Saya pulang saja, sudah terlalu merepotkan kamu" jawab Gracia

"gapapa kok, bentaran doang lagian, nanti sambil nunggu berkembangan motor kamu juga, yuk? " kata Shani lagi

"iya" jawab singkat Gracia
Shani akhirnya membantu memapah Gracia menaiki tangga. Ya, kamar Shani berada di lantai 2 rumahnya

(cieelah baru kenal udah di kamar aja, tiati banyak setannya)..

Gracia terbangun dari tidurnya, dia sempat bingung dengan suasana kamar yang masih asing di penglihatannya.
Namun, sejenak kemudian dia ingat bahwa dia berada di kamar Shani, sang gadis penolong yang baru hari ini dia mengenalnya.

Lalu, dimanakah Shani sekarang, kamarnya terlihat sepi

Ceklekkk!

Seseorang membuka pintu kamar Shani.

"greee, kamu udah bangun?" tanya Shani ketika melihat Gracia yang sudah membuka matanya.

"sudah" jawab Gracia singkat. Sekarang Gracia sedang duduk bersandar di headboard kasur Shani.

"turun yuk, mami aku udah masak banyak banget buat malam ini, kamu pasti suka" tawar Shani dengan senyuman di bibirnya

*Cantik. Batin Gracia, senyuman Shani benar-benar memabukkan siapa saja yang melihatnya, bahkan Gracia sekarang malah melamun dan terfokus pada wajah Shani, ah maksudnya, senyuman Shani.

"greeee... " ucap Shani yang membuyarkan lamunan Gracia.

"i-iya Shan" jawab Gracia sedikit gugup, entahlah kenapa kegugupan itu datang di saat momen seperti ini.

Saat menuruni tangga, bisa Gracia lihat di ruangan makan ada 2 orang, Gracia tebak itu pasti orang tuanya Shani.

"eh sayanggg, sini makan yuk, keburu dingin loh makanannya" kata Veranda

"iya mi, ayok gre" jawab Shani sembari menarik tangan Gracia menuju meja makan.

Semua fokus makan, tidak ada perbincangan apapun di meja makan untuk saat ini. Namun, lain halnya dengan Gracia, dia terlihat melamun menatap piring makannya yang sudah terdapat nasi beserta lauk pauknya itu.

"Gracia.. kamu kenapa sayang?, kamu gak suka sama menu masakannya? " tanya Mami-nya Shani

"e-eh nggak kok tante, saya gapapa, saya juga suka sama masakan tante" jawab Gracia kikuk.

Dia sedikit bingung harus bersikap bagaimana dihadapan mereka, apalagi ada Papi-nya Shani yang sejak tadi diam menikmati makan malamnya.

"yaudah kalo gitu dimakan, bilang ke tante kalo kurang, ya? " ucap Veranda

"iya tan, makasi banyak" jawab Gracia
Setelah itu, mereka melanjutkan acara makan malamnya.
Tanpa disadari oleh Shani dan kedua orang tuanya, Gracia memang menikmati makan malamnya.

Namun, dia sedikit menunduk. Ya, Gracia menangis, air matanya dia usap dengan cepat agar tidak menimbulkan pertanyaan dari keluarga Shani.

Entah apa yang dirasakan Gracia saat ini, perasaan aneh yang hadir dalam benaknya selalu saja mengganggu hidupnya.

skip..




"om tante, saya pamit pulang dulu ya, maaf sudah merepotkan, dan terimakasih untuk makan malamnya" ucap Gracia sopan.

"iya nak Gracia, kamu pulang di anterin sopir tante aja ya?, bahaya ini udah mau jam 9 malem soalnya" kata Veranda.

"ah gak usah tante, ini terlalu merepotkan, saya bisa pulang naik taksi aja" jawab Gracia yang sudah merasa tak enak karena dia hari ini terlalu merepotkan keluarga Shani.

"udah kamu nurut aja, sopirnya udah nunggu di depan" sela Natio

"i-iya om, makasi" final Gracia yang sudah tak berani membantah

"kalo gitu, saya pamit dulu ya om tante, Shan? " pamit Gracia kepada Shani dan orang tua Shani

"iya, Hati-hati! " jawab Shani dan Veranda serempak.

Gracia melangkahkan kakinya dari rumah Shani, diluar sana sudah ada mobil dan supir yang menunggu. ketika Gracia ingin membuka pintu ada seseorang yang memanggilnya.

"Gracia"..

" iya? " jawab Gracia

"Hati-hati, sering-sering main kesini ya, nak? " ucap Natio, papi Shani

"iya om, makasi banyak ya, saya pamit pulang dulu, selamat malam om" jawab Gracia...

Dan akhirnya, mobil yang mengantar Gracia pulang sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah Shani.

sorry kalo gak nyambung.
jangan lupa vote.

Sebuah Kisah, Sejuta Kasih - GreShan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang