5. 16/07/23

3.5K 302 65
                                    

5. Misi Menjauh

Jatuh cinta itu sulit, apa lagi jika jatuh cinta hanya sepihak. Semakin kita ingin menjauh, ia malah semakin mendekat.
Menyebalkan.

***

Desember 2013

Hari sudah mulai sore, tapi Mila masih berada di sekolah. Padahal SMA LITA sudah sepi sejak satu jam yang lalu.

Setelah sekian lama berada di perpustakaan Mila keluar, gadis dengan rambut model segi leyer panjang itu bukan habis belajar, apa lagi meminjam buku.

Mila berada di perpustakaan karena sedang menghindari seseorang yang terus saja berputar-putar di pikiran dan hatinya.

Mila menghentikan langkahnya di tengah koridor, tepat dimana mading berdiri. Gadis itu lalu celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan untuk mencari tempat persembunyian.

“Ihh, kak Gesar kenapa masih ada disini sih?” gerutunya kesal.

Mila berbalik, hendak kabur, tapi sialnya Gesar sudah lebih dulu memanggil namanya dan menghampirinya.

“Dek, kamu kenapa lama banget di dalam?” tanya
Gesar.

“Hah? itu ... anu, apa ya namanya?” Mila menggaruk kepalanya yang tak gatal. “emm, Mila ada tugas tambahan kak. Iya tugas tambahan,”

kata Mila sembari tersenyum lebar. Berusaha terlihat tidak panik.

“Terus kenapa tadi kamu lari?” tanya Gesar lagi, menyelidik.

“Mila gak lari kok kak. Itu tadi, Mila mau balik ke perpustakaan soalnya ada yang ketinggalan.”

Gesar mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. “Yaudah, ayo, kakak temanin ambil.”

“Hah?” Mila kembali memutar otak, tidak mungkin dia kembali ke perpustakaan. Saat dia keluar, penjaga sekolah sudah mengunci perpustakaan tadi.

“Gak usah kak, kita langsung pulang aja. Mila udah laper soalnya.” Mila berjalan cepat meninggalkan Gesar. Dia menggerutu kesal, entah mengapa jantung nya terus saja berdetak tidak normal saat berada di dekat Gesar. Bahkan dia sering salah tingkah jika di dekat pria itu.

•••

“Kenapa berhenti kak?” tanya Mila, saat mobil Gesar berhenti di salah satu restoran yang sudah terlihat sedang ramai.

Gesar membuka seat belt-nya. “Tadi kamu bilang lapar.”

Dalam hati Mila kembali menggerutu, bodoh sekali. Seharusnya dia tidak mengatakan lapar, jarak rumahnya ke ekolah jauh, sudah pasti Gesar akan mengajaknya makan lebih dulu di luar seperti yang sudah-sudah. Karena Gesar bukan Barga yang akan membiarkan dia kelaparan begitu saja.

Walaupun sebenarnya Mila memang sedang lapar, tapi dia juga tidak mau makan berdua dengan Gesar. Dia ingin cepat-cepat pulang dan menjauh dari Gesar, agar jantung nya yang tidak karuan itu bisa kembali normal.

Mila melihat kearah jendela, menatap restoran yang desain nya sangat romantis itu. Sepertinya restoran itu lebih cocok di datangi oleh pasangan saja.

Lamunan Mila buyar, ketika Gesar tiba-tiba mendekat dan membukakan seat belt dari tubuhnya. Mila menahan napas, berharap Gesar tidak mendengar detak jantungnya yang sedang berpacu dengan pikirannya yang tidak sejalan.

Gesar mendongak, dengan tangan yang masih fokus membuka seat belt yang tiba-tiba saja susah di lepas seolah mendukung suasana ketegangan yang Mila hadapi.

“Muka kamu kenapa merah?”

Mila menggeleng dengan cepat, lalu segera berlari keluar setelah Gesar berhasil melepas seat belt sialan itu.

Gesar menatap punggung Mila yang berlari masuk kedalam restoran. Bahkan gadis itu tidak menutup pintu mobil kembali.

“Kenapa sih tuh anak?” Gumam Gesar heran.

•••

Gesar menatap Mila tanpa berkedip, heran. Tumben sekali Mila makan dengan lahap seperti itu. Biasanya Mila harus di paksa dulu, baru mau makan. Namun, tidak dengan hari ini, gadis itu makan dengan sangat lahap. Entah karena lapar atau memang suka, Gesar pun tidak tau.

“Uhuk ... uhuk ... uhuk .... “

Dengan cepat Gesar menggeser gelas yang berisi air putih itu lebih dekat pada Mila. “Makanya makan itu pelan-pelan, keselek kan jadinya.”

Mila tidak menghiraukan Gesar, setelah meneguk airnya hingga tandas, gadis itu melanjutkan makan. Mila menghentikan makannya, saat iba-tiba saja Gesar menarik piring nya menjauh.

“Kamu dengar nggak kakak ngomong?” tanya Gesar mulai kesal karena merasa di abaikan. Mila mengangguk sekali. “Terus kenapa makannya masih buru-buru?”

“Ya ... karena .... “ Mila menggantung kalimatnya, takut keceplosan yang akan berakibat fatal. “Karena Mila lapar. Iya Mila lapar.”

"Yaudah makannya pelan-pelan aja. Gak bakal ada yang rebut makanan kamu dek."

Gesar mengembalikan piring Mila. Tatapan mata pria itu masih tidak percaya, tingkah Mila beberapa hari ini sangat aneh dan berbeda. Mila seperti sedang berusaha menjauh darinya.

“Kamu kenapa jauhin kakak?” pertanyaan Gesar seketika membuat Mila kembali terbatuk-batuk.

Gesar menyodorkan minum miliknya, karena minum milik Mila yang sudah habis.

“Kenapa dek?” ulang Gesar, penasaran.

“Nggak, Mila gak jauhin kakak. Perasaan kakak aja kali,” elak Mila.

“Barga bilang, kamu gak mau kalau kakak yang jemput lagi. Kalau Barga gak bisa jemput, kamu mintanya di jemput sama supir aja atau naik ojek,” jelas Gesar panjang lebar. “Emang kakak ada salah sama kamu?”

Mila mengutuk Barga dalam hatinya. Abang nya itu memang tidak bisa menjaga mulut. Sibuk saja pacaran dengan Sita. Untuk menjemput Mila saja selalu mengandalkan Gesar. Lama-lama orang akan mengira Gesar adalah kakak kandungnya bukan Barga.

“Enggak kok kak, kakak gak ada salah. Mila gak mau di jemput kakak soalnya .... “ Mila menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan, berusaha mencari jawaban yang pas. “Soalnya kan, kakak lagi kuliah dan udah menuju semester akhir. Kakak pasti sibuk kaya bang Barga. Jadi Mila gak mau ngerepotin.”

“Kakak gak merasa di repotin, kakak senang ngelakuinnya. Lagi pula kamu udah kakak anggap kaya adik sendiri, jadi buat apa kamu harus segan sama kakak, dek?” Pernyataan dari Gesar seketika langsung membuat bahu Mila luruh.

Belum sempat Mila menjawab seorang pelayan datang.

“Permisi mbak mas,” sapa pelayan perempuan yang memegang cake cokelat berbentuk hati di tangannya. “Restoran kita lagi bagi-bagi cake gratis khusus untuk pasangan yang datang hari ini nih mas mbak. Silahkan di coba.”

“Dia bukan pacar sayang mbak, dia adik saya,” kata Gesar memberitahu.

“Oh maaf mas, saya kira tadi pacarannya. Habisnya kelihatannya cocok banget.” Pelayan tersebut tersenyum sembari meletakkan cake tersebut di atas meja. “Gak apaapa kalau gitu, silahkan di coba cake nya. Semoga suka ya, mbak mas.” Pelayan itu lalu pamit pergi.

“Adik ya?” ulang Mila dengan kepala yang sudah menunduk. Gesar mengangguk. Raut wajah Mila seketika berubah menjadi sedih, tapi dia berusaha terlihat biasa saja.

“Mila udah kenyang, mau pulang aja.” Mila berdiri. “Oma pasti udah nungguin Mila di rumah.”

“Makanan kamu belum habis. Cake nya juga belum kamu makan, dek.” Mila langsung beranjak, tidak memperdulikan panggilan Gesar.


•••

Salah satu kisah cinta yang rumit menurut Miawww adalah kakak-adik zone dan friend-zone

Btw kalian pernah ngalamin zone-zonean gak dalam percintaan?

Spam komen disini 👉

Komen next disini 👉

MILA Dan GESAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang