5. Perasaan Selama Ini
Bahagia itu sederhana. Sesederhana aku yang
mencintaimu dalam diam. Dan lucunya dalam diam juga kamu membalas cinta itu.***
February 2014
Sabtu pagi adalah hari yang paling di sukai oleh para anak sekolah, termasuk Mila. Karena dia bisa tidur sampai siang tanpa ada yang membangunkan dan memaksanya mandi untuk berangkat ke sekolah.
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat, Mila akhirnya beranjak dari kamarnya karena cacing-cacing di perutnya sudah meminta untuk segera di isi. Mila menuruni anak tangga dengan mata yang masih sedikit tertutup. Sepertinya kesadaran gadis itu belum sepenuhnya terkumpul.
Mila mengucek-ngucek matanya, sembari duduk di kursi meja makan, lalu menidurkan kepalanya di atas meja. Padahal semalam dia tidak bergadang, tapi matanya terus saja mengantuk.
“Bi, susu cokelat Mila mana?” pinta Mila dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.
“Dek, gosok gigi dulu sana,” suruh Barga yang tengah makan siang. Mila hanya bergumam pelan. “Kamu gak malu dek? udah mau lulus SMA masih aja kaya anak kecil gini.”
“Husttt ... diam deh Bang,” perintah Mila tanpa membuka mata untuk melihat Barga. “Mila lagi ngantuk, jangan di ajak ngobrol.”
“Ini meja buat makan, bukan buat tidur,” kata Barga kesal.
“Iya, Mila tau. Mila lagi lapar, makanya kesini,” balasnya.
“Tegakin kepala kamu kalau emang mau makan,” perintah Barga tegas.
Mila menghentak-hentakkan kakinya, lalu dengan terpaksa menegakkan kepalanya.
“Ihh ... Abang mah .... “ kalimat Mila terhenti, ketika matanya tidak sengaja menabrak mata seorang pria yang sangat tidak asing. Pria itu juga tengah menikmati makan siangnya dan ikut memandang Mila seperti Barga. Mila refleks berdiri, terkejut sampai kursinya berdecit dengan lantai. “Kak Gesar? Kakak sejak kapan disini?”
“Sejak satu jam yang lalu,” jawab Gesar, lalu meneguk air minumnya tanpa melepas pandangannya dari Mila.
Mila mengerjab-ngerjabkan matanya. Berharap Gesar hanya halusinasinya saja, karena dia sudah terlalu sering membayangkan Gesar berada di dekatnya. Mila lalu kembali melihat Gesar yang masih menatapnya sambil tersenyum manis. Sangat manis, hingga senyum itu mampu mengalihkan dunia Mila dan membuat waktu seolah berhenti berputar.
“Woy dek, kenapa malah bengong?” panggil Barga. “Sana mandi, rambut kaya gembel, belek dimana-mana. Dan bisa-bisanya kamu keluar pake baju kaya gitu.”
Mila menatap dirinya sendiri. Tersadar, dia hanya memakai tank top serta celana pendek warna pink, sendal bulu-bulu yang juga berwarna sama. Di lihatnya lagi Barga, tangan abangnya itu ternyata sudah menutup mata Gesar.
Barga menggerakkan dagunya. “Sana, buruan ke kamar,” suruh Barga. Tanpa menunggu lama Mila langsung berlari menuju kamarnya.
Gesar menepis tangan Barga. “Apaan sih lo, pake tutup mata gue segalak?”
“Habisnya lo natap adek gue gak kedip, bro.” Barga memicingkan matanya. “Awas aja lo macam-macam sama adek gue.”
“Apaan sih lo? Mila udah gue anggap kaya adik sendiri. Gak usah mikir macem-macem."
“Yayaya,” kata Barga sembari berdiri. “Awas aja sampai jadi adik ketemu gede.”
•••
Mila sudah rapi dengan stelan baju blouse putih yang dia masukan kedalam rok span warna cream di atas lutut. Hari ini dia akan ke toko buku untuk membeli buku prediksi serta kisi-kisi untuk persiapan Ujian Nasional yang hanya tinggal dua bulan lagi.
Sebenarnya Mila malas untuk membeli buku seperti itu, karena ujung-ujungnya pasti
tidak akan dia baca, tapi ini semua atas perintah Barga, bahkan Barga mendaftarkan Mila les. Pria itu takut, Mila tidak lulus karena saking malasnya.
“Mau kemana, dek?”
Mila terlonjak kaget, sembari memegang dadanya. Dia menoleh kebelakang, dimana sumber suara itu berasal. “Kakak ngapain disitu?”
“Duduk.” Gesar berdiri dari duduknya, menghampiri Mila yang berdiri di ujung lantai teras.
Mila menghela napas, dia juga tau Gesar sedang duduk, tapi maksud pertanyaannya bukan itu. “Maksud Mila, kakak kenapa duduk di depan bukan di dalam.”
“Lagi pengen aja, disini udaranya sejuk,” jawab Gesar. Siang ini langit memang sedang sedikit mendung.
“Mau kemana?” tanya Gesar lagi.
“Mau ke toko buku abis itu kursus masak.” Setiap hari Sabtu Mila memang ada sudah ada jadwal kursus masak. Walaupun sudah mau lulus dia juga tetap fokus dengan hobi masaknya itu.
“Bang Barga ke mana? Kakak kenapa masih disini?” tanya Mila. Karena Barga sudah tidak di rumah, mobil abangnya itu juga sudah tidak ada di halaman. Mila yakin, Abangnya itu pasti sedang pergi pacaran dengan Sita.
“Kakak pengen ngajak kamu keluar.”
“Hah? ngajak Mila keluar?” tanya Mila, sembari menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk.
Gesar mengangguk. “Mau kan?”
“Tapikan Mila hari ini mau ke toko buku sama kursus masak.”
“Iya, biar kakak temani.”
Rasanya Mila ingin berteriak dan mengatakan iya dengan semangat, tapi dia sedang dalam misi menjauhi Gesar. Iya, selama beberapa bulan ini Mila menjauh dari Gesar, tentunya atas saran dari Yasmin.
Sudah tiga tahun Mila memendam rasa pada sahabat Abangnya itu. Mila ingin mengungkapkan perasaannya, tapi dia tidak berani. Selain takut pada Barga yang melarangnya dengan keras untuk tidak pacaran dulu. Mila juga takut Gesar akan menolaknya. Karena pria itu selalu mengatakan jika hanya menganggap Mila adik, tidak lebih.
Gesar menggerakkan tangannya di depan wajah Mila. “Dek, mau kan?”
“Hah? enggak, ehh iya mau.” Mila lantas memukul bibirnya sendiri, hati dan pikirannya memang tidak bisa sejalan.
•••
Hayo siapa disini yang pernah naksir sama teman kakak sendiri?
Spam komen here👉
Komen next disini 👉
Ingat Jangan jadi Secret Readers!
Please jangan copas dalam bentuk apapun. Ayo saling menghargai karya sesama penulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILA Dan GESAR [TERBIT]
Romance⚠️WARNING⚠️ DI LARANG KERAS MENCOPAS! ATAU BAHKAN MENGUTIP SETIAP KALIMAT YANG ADA PADA CERITA INI! Sudah terbit dalam bentuk booklet dengan Novel "I WANT PREGNANT" [Ini adalah cerita PREKUEL "I WANT PREGNANT" atau cerita sebelum Gesar dan Mila meni...