3. Kehilangan
Hidup ada masanya. Akan ada masa dimana kita harus meninggalkan atau justru malah kita yang ditinggalkan.
______________________________________
***
April 2011
Mila berlari kecil menghampiri Gesar yang sudah menunggunya di parkiran sekolah. Dia sudah tidak sabar memberitahu pria itu jika dia sudah lulus dan sebentar lagi akan menjadi murid SMA.
Seragam Mila sudah penuh dengan coretan tanda tangan teman-teman kelasnya dengan spidol hitam, serta rambutnya yang di kuncir pun sudah acak-acakan tidak karuan. Bahkan kelas Mila sampai kena omelan kepala sekolah karena sudah berani mencoret-coret baju.
“KAK GESARRR ....” Mila melambai-lambaikan tangannya pada Gesar yang baru saja keluar dari dari dalam mobil.
“KAK GESAR, MILA LULUS,” pekiknya, kemudian berhambur dalam pelukan Gesar. “Mila pikir, Mila gak bakal lulus gara-gara keseringan bolos.” Katanya, sembari terkekeh kecil.
Gesar mengusap bagian samping kepala Mila. “Selamat ya, kakak senang kamu lulus”
“Kakak kenapa?” Raut wajah senang Mila seketika berubah, karena suara Gesar yang terdengar sedih bukannya senang, serta raut wajah pria itu yang juga ikut terlihat sedih.
Gesar menggeleng pelan. “Kakak gak kenapa-kenapa. Ayo, kita harus pulang sekarang.”
“Mila gak mau pulang, Mila mau ke rumah sakit ketemu Papa,” tolak Mila.
Papa Mila sudah hampir satu bulan di rawat di rumah sakit, karena kanker paru-paru yang di derita semakin parah, akibat rokok yang sudah di konsumsi pria paru baya itu selama bertahun-tahun.
“Papa pasti senang kalau tahu Mila udah lulus,” lanjut Mila dengan wajah berbinar.
“Om udah di rumah, dek,” kata Gesar memberitahu.
“Beneran? Papa udah di bolehin pulang kak sama dokter?” tanya Mila antusias.
Gesar mengangguk. “Iya”
•••
Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Gesar mulai memasuki perumahan rumah Mila. Saat memasuki gang rumah, Mila melihat ada sebuah bendera berwarna kuning yang di ikat pada sebuah batang pohon kecil.
Di tatapnya Gesar yang selama perjalanan hanya diam saja, tidak seperti biasanya. Jantung Mila tiba-tiba berdetak dengan cepat. Firasat buruk yang selama ini berusaha dia tepis beberapa Minggu ini kembali hinggap di pikiran nya. Mobil Gesar berhenti tepat di depan pagar rumah Mila yang tinggi, pagar itu sudah di buka dengan lebar. Ada banyak mobil serta motor yang terparkir di halaman, serta ada papan bunga juga yang berjejer rapi di depan rumah. Mila mengalihkan pandangannya tidak mau melihat tulisan yang tertera pada papan bunga itu.
“Ayo turun, dek,” ajak Gesar.
Mila menggeleng lemah, kepalanya menunduk bersamaan dengan air matanya yang juga ikut jatuh.
“Gak mau, Mila gak mau turun, kak”
Gesar mendekat, membantu membukan seat belt yang masih melekat di tubuh Mila. “Om udah lama nunggu kamu. Jadi kamu harus turun.”
“Kenapa kak Gesar gak bilang dari tadi?!” Tangis Mila pun akhirnya pecah. Di tatapnya mata Gesar yang juga terlihat sedih. “Kenapa kakak malah diam aja selama perjalanan!”
“Kalau kakak kasih tau kamu pas masih di sekolah tadi, kamu pasti gak mau pulang,” tutur Gesar dengan lembut. “Kita udah sampai aja kamu gak mau turun, dek.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MILA Dan GESAR [TERBIT]
Romance⚠️WARNING⚠️ DI LARANG KERAS MENCOPAS! ATAU BAHKAN MENGUTIP SETIAP KALIMAT YANG ADA PADA CERITA INI! Sudah terbit dalam bentuk booklet dengan Novel "I WANT PREGNANT" [Ini adalah cerita PREKUEL "I WANT PREGNANT" atau cerita sebelum Gesar dan Mila meni...