07. Syair Para Pujangga

358 42 13
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah hari kedua Nata menetap di Bandung. Tentu saja kedatangannya di sambut dengan penuh suka cita oleh Nini dan Abah. Karena tidak mungkin Abah yang menjemput Nata sendiri di Stasiun malam-malam, akhirnya yang menjadi sasaran empuknya adalah si Mikha, sepupu Nata. Padahal Nata sangsi kalau Mikha mau menjemputnya secara sukarela. Karena sepertinya memang ada udang di balik bakwan, dan akhirnya Nata tahu bahwa Mikha sudah meminta imbalan.

"Ck. Pamrih."

Sewaktu Nata mencibirnya, si Mikha malah balik menceramahinya.

"Ini tuh namanya mencari Keuntungan di dalam peluang Bang."

Bagi mahasiswa seperti Mikha yang duit jajannya masih di beri orang tua, hal ini seperti berkah. Sebetulnya dia ikhlas-ikhlas saja sih menjemput Abang sepupunya itu, namun karena yang menyuruhnya adalah Abah dan Mikha tidak boleh melewatkan kesempatan untuk mendapat uang saku tambahan. Lumayan lah kalau untuk nongki-nongki cantik atau untuk tambahan uang print-an.

Pada hari kedatangannya, Nata hanya mengobrol sedikit dengan Nini dan Abah saat makan malam. Abah juga tidak bertanya macam-macam, dan akhirnya Nini menyuruhnya untuk segera beristirahat dalam kamar yang sudah di siapkan. Nata juga tidak menolak, karena dirinya memang merasa lelah. Lelah diri dan lelah hati. Namun sekitar pukul setengah satu dini hari, saat tidur Nata sedang pulas-pulasnya, ponselnya berbunyi karena ada yang menghubunginya. Nata sempat mengutuk siapa gerangan yang tak tahu diri karena menelepon dirinya dini hari begini.

"Heh Bangsul, lo pergi kok nggak bilang-bilang gue sih."

Begitu mengangkatnya pun Nata langsung di semprot dengan suara Bara di seberang sana.

"Rumah lo punya jam nggak sih Bar? Lo nggak tahu ini jam berapa hah?"

Nata melenguh sambil mencoba duduk bersandar pada kepala ranjang. Matanya pun masih terpejam karena saking tidak kuatnya.

"Tega bener lo pada nggak ada yang ngasih tau gue. Tau-tau udah di Bandung aja."

"Kayak di tinggal Induk aja lo."

Nata mencibir, mencoba mencairkan suasana. Karena sepertinya, Bara memang sedikit kecewa.

Nata bisa mendengar helaan nafas dari seberang sana. Tentu saja Bara kecewa, karena diantara mereka berempat memang Bara yang paling sibuk. Bekerja suka lupa waktu. Meskipun tidak bisa bertemu, tapi setidaknya Bara ingin di beri tahu apapun. Apapun yang terjadi kepada orang-orang terdekatnya.

Bara juga tidak ingat kapan terakhir mereka semua berkumpul. Seminggu? dua minggu? Atau malah sebulan?. Urusan pekerjaan memang tidak bisa di sepelekan begitu saja. Terakhir yang Bara ingat bahwa Nata masih menunggu Hagia pasca putus dengan pacarnya, dan betapa kagetnya siang hari tadi saat Bara di gaet paksa oleh adik perempuannya di salah satu Mall dan bertemu dengan Hagia yang sedang bergandengan kembali dengan mantan pacarnya. Bara terkejut sampai menghentikan langkah, dan Hagia pun sama terkejutnya. Awalnya Hagia terlihat canggung, namun tak urung mengambil undangan di dalam tasnya dan menyerahkannya pada Bara. Bara menatap Hagia yang semakin mengeratkan tangannya pada lengan Shaka, menegaskan bahwa wanita itu telah memilih Shaka daripada Nata. Sahabatnya.

So lets Love | Na Jaemin - Winter aespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang