Setelah hari-hari yang panjang terlewati, pada akhirnya semua itu hanya akan menjadi sebuah masa lalu. Dimana masa itu tidak akan pernah hilang. Entah itu baik atau buruk sekalipun, semua itu akan tetap menjadi bagian dari hidup seseorang. Menyatu dengan detik demi detik waktu yang akan terus berjalan ke masa depan. Yang nantinya akan menjadi pelajaran untuk perubahan atau menjadi kenangan yang menyakitkan.
Setidaknya itulah yang Wina pahami.
Rasa sakit dari fakta bahwa dia telah di khianati oleh seseorang yang dicintai itu belum mampu terlupakan.
Wina paham bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang paling tersakiti di dunia ini. Namun tidak bisa di pungkiri bahwa sebuah pengkhianatan itu memang mampu mengikis beberapa pemahaman-
nya tentang suatu hubungan.Meskipun sakitnya masih terasa, alih-alih menggila seperti wanita yang gagal move on, dia memutuskan untuk terus berjalan di tengah pedihnya luka. Dimana dalam perjalanan Itu, yang mampu dia lakukan hanyalah menerka-nerka bagaimana akhir dari setiap detik yang mengantarnya dari masa lalu.
Setelah menikmati istirahat yang panjang, Dia memutuskan untuk kembali bekerja di perusahaan. Menikmati kembali segala lelah demi meraih tujuan yang dia inginkan. Hanya saja, Wina mencoba untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. Karena dia sadar tentang kebenaran bahwa masa depan masih terbentang panjang. Dan dia membutuhkan banyak kekuatan untuk berlari menuju kesana.
Lucunya, dulu dengan naifnya Wina beranggapan bahwa dia sedang berbagi harapan dengan seseorang lainnya. Karena masih banyak sekali mimpi-mimpi lain yang ingin dia raih di masa depan. Dia tidak bermaksud membagi beban, namun dia mengira harapan dua orang mungkin akan jauh lebih membahagiakan.
Dan terbukti sekarang, bagian mimpi itu akhirnya sedikit rumpang. Dan Wina harus kembali tertatih untuk merajut mimpinya agar segera kembali utuh. Kemudian kembali dia raih untuk seorang diri, tanpa seseorang itu lagi.
*
Siang hari ini rasanya hampir sama seperti sebelum-sebelumnya, di jam istirahat kali ini Wina memilih untuk menikmati makan siangnya di kantin karyawan. Dia duduk sendirian di kursi pojok dengan segelas es Jeruk dan seporsi ayam bakar. Sebenarnya ada cukup banyak teman perempuan di kantornya, tapi yang sedekat Tyas ya tidak ada.
Namun akhir-akhir ini memang ada seseorang yang sering muncul dan berakhir menjadi teman makan siangnya.
"Hai."
Tuh, beneran datang kan.
"Oh, Hai Sa."
Namanya Mahesa. Lelaki seumuran yang kurang lebih satu tahun ini menjadi rekan di kantornya. Dia lah seseorang yang di maksud Wina.
"Gue boleh duduk di sini kan?"
Lelaki itu datang juga dengan membawa nampan berisi makan siang. Sebetulnya Mahesa itu hanya berbasa-basi, karena biasanya pun ia langsung duduk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
So lets Love | Na Jaemin - Winter aespa
Fanfic"Aku tahu, kita pernah sama-sama terluka. Tapi, apa aku salah kalau aku juga ingin bahagia?"