02ヾhalaman kedua.

40 4 2
                                    

✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷✯

"Lo ko gak pernah cerita ke gue sih kalau lo suka sama Reyen?"

 Amora baru menampakkan batang hidungnya dan langsung di sambut dengan pertanyaan dari Arjuna –teman dekat Amora.

"Ya kalo gue cerita ke lo, yang ada lo ngeledekin gue terus!" jawab Amora lalu duduk di samping Arjuna. Mereka berada di tepi danau, suasana sore hari yang mendukung untuk keduanya bercerita. 

"Gila ya lo Mor, sebelas tahun kita temenan hal sekecil ini aja lo gak cerita!" Arjuna menggeleng sembari mengusap rambutnya kebelakang. 

Amora sebenarnya sedikit merasa bersalah, ia tahu Arjuna orang terdekatnya tapi ia tak cerita dari awal.  Ia menghela nafas panjang, "sorry kak, tapi sekarang juga lo tahu kan?"

"Ya tetap aja, seharusnya lo cerita ke gue dulu. Gue kan teman lo!" Arjuna memejamkan matanya sesaat dan kembali menatap Amora dengan lebih bersahabat. "Terus gimana ceritanya diary lu  bisa ke sebar gitu?" tanya Arjuna 

Amora memandangi danau didepannya yang terlihat tenang, bibirnya mengerucut lucu. "Minggu lalu ketinggalan di kantin. Gak tahu gimana ceritanya bisa di tempel di Mading." Arjuna meringis, mengapa Amora bisa begitu ceroboh?

"Reyen udah tahu?" 

"Hem. Dia bilang gue berbakat dalam menulis tapi lebih baik dipendam aja." jawab Amora yang tiba-tiba kesal saat mengingat kejadian di sekolah. Mendengar Amora berkata itu membuatnya tak sengaja terkekeh kecil. Amora menoleh kesamping dimana Arjuna duduk, ia menatapnya tajam seolah ingin menerkamnya.

"So–sorry. Tapi, omongan Reyen ada benarnya juga!" 

"Sialan lo!"

Arjuna berdeham, mengganti ekspresi wajahnya dan kembali mengajukan pertanyaan. "Setelah dapat perlakuan gitu dari Reyen, apa lo bakalan tetap cinta sama dia?" 

Amora menyenderkan punggungnya, "Berhenti mencintai itu gak semudah waktu kita menaruh rasa." ujar Amora menjawab pertanyaan Arjuna. Lelaki itu terdiam dan Amora juga tak mengucapkan sepatah kata lagi setelahnya. 

✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷 <2✯

"Ya ampun Mor! Gue gak nyangka banget lo ternyata mengagumi sosok Reyen Mateo Putra sampai segitunya!" kamar Amora malam ini sepertinya akan berisik karena hadirnya Seline Andisa Berliana –teman dekat Amora di kelas. Ia menginap karena orang tua Amora yang dinas keluar kota. 

"Bacot! Gue udah pernah bilang dari waktu itu!" 

"Heh! Gue kira lo bercanda! Ya, lagian.." Seline tak kuasa meneruskan ucapannya karena terlanjur tertawa dengan keras. Amora geram hingga ia dengan sengaja melemparkan bantal pada wajah Seline.

Bug! Tepat sasaran!

Seketika tawa Seline berhenti karena bantal yang menutupi wajahnya. "Bangsat! Amora!" Setelahnya Amora yang tertawa terbahak-bahak. 

Seline membaringkan tubuhnya di sebelah Amora, menatap langit-langit kamar yang dihiasi oleh bintang kecil diatasnya. "Kayaknya kita emang harus mulai berani mengungkapkan perasaan deh!" katanya tiba-tiba. Amora yang tengah membaca buku sempat berhenti dan mengalihkan perhatian pada Seline.

"Lo lagi naksir seseorang juga?" tanyanya

"...enggak, maksud gue tuh kayak.." Amora mengamati Seline yang gugup dalam menjawab pertanyaannya, ini membuat ia curiga. "Pokoknya gak ada!" lanjutnya, Seline menolak di beri pertanyaan.

Akhirnya mereka berdua melanjutkan sesi bercerita hingga larut malam dan tertidur saat matanya sudah tak sanggup untuk terbuka. 

✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷 <3✯

Amora kira kertas diary-nya hanya bocor satu lembar, tapi ternyata lembaran berikutnya ada dan mungkin satu persatu akan menyusul secara bergilir sesuai urutan halamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amora kira kertas diary-nya hanya bocor satu lembar, tapi ternyata lembaran berikutnya ada dan mungkin satu persatu akan menyusul secara bergilir sesuai urutan halamannya. Amora tak tahu harus bagaimana sekarang. Ia malu, lebih tepatnya teramat malu! 

Hari ini ia terpaksa pergi ke kantin karena tak membawa bekal dari rumah, sebenarnya bisa saja menitip pada Seline, tapi gadis itu sejak jam kedua pergi ke UKS karena perutnya terasa sakit. 

Amora menundukkan kepalanya sejak melangkah menuju kantin, tidak begitu banyak orang yang membicarakannya tapi beberapa masih saja memberikan tatapan merendahkan padanya. Apalagi saat sampai di kantin, ia disambut oleh sorakan teman-teman Reyen yang duduk di jejeran bangku pertama. Amora ingin mengabaikan hal itu, tapi rasanya sulit apalagi saat matanya tak sengaja bertemu dengan Reyen yang tengah menatapnya tajam. Tajam tapi entah mengapa terlihat begitu menggoda, astaga! Sadar Amora!

"Jadi ini cewek yang naksir Reyen sampai bikin quotes keren?" lelaki berambut ikal yang kerap disapa Theo mulai memancing suasana. Ketika Amora ingin beranjak, Theo lebih dulu menahannya dan merangkul pundaknya. "Tunggu dulu dong, gue kan belum selesai."

Reyen sedari tadi menatap Amora, Anjani juga ada di sana. Tapi dia tak menghiraukan apa yang dilakukan oleh Theo. Dan satu lagi teman mereka yaitu Gerry, kapten basket SMA Ganesha. Ia berdiri dan menarik lengan Theo yang sedari tadi bertengger di pundak Amora. 

"Jangan bikin anak orang trauma deh!" Gerry menyuruh Amora untuk cepat pergi, sementara Theo hanya bisa protes karena mangsanya dibiarkan kabur. 

"Tumben lo peduli sama orang yang bakalan gue cengcengin?" tanya Theo curiga. Ini memang bukan kali pertama dirinya mengusili murid Ganesha, sebelumnya juga ada tapi itu cuma untuk candaan belaka dan mereka juga tak tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Theo. Dan lagi teman-temannya sudah memaklumi kelakuan dirinya, tapi baru kali ini Gerry bangkit untuk membebaskan orang. Terlebih itu adalah orang yang tengah ramai diperbincangkan. Tentu saja Theo curiga. 

"Naksir lo sama dia?" tanya Anjani ikut curiga. 

"Dia temannya Seline, cewek yang pernah gue ceritain." jawab Gerry diakhiri senyuman yang begitu lebar. 

"Cielah, pantesan." Theo mengangguk mengerti 

"Jadi penasaran, siapa sih cewek yang udah bikin  Gerry jatuh cinta?" timpal Anjani. 

"Suka sama orang itu cuma buang-buang waktu Ger, mending lo fokus ke turnamen basket lo." celetuk Reyen. Ketiganya menatap Reyen dengan pandangan yang berbeda. 

"Gue sih fokus, tapi tetap memprioritaskan perasaan. Emangnya lo Rey!" 

Reyen menela air liurnya dengan susah payah, lalu pandangannya kembali pada Amora yang tengah membeli makanan sembari berusaha untuk menutuoi wajahnya dari murid-murid yang mengenalinya.

"...Amora"

Anjani menoleh pada Reyen, ia tak salah dengarkan? barusan Reyen menyebut nama Amora? meski hanya gumaman tapi Anjani yakin jika ia tak salah dengar.

✯𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...✯

LANJUT? vote..vote..vote!

KERTAS USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang