09ヾterluka.

20 4 3
                                    


✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷✯

Siang hari ini Seline tengah berjalan menuju persimpangan jalan karena jemputan-nya tak bisa datang. Di tengah perjalanannya, tiba-tiba sepeda motor melambatkan lajunya tepat di samping Seline. Seline mendongak dan melihat bahwa pengendara motor itu adalah Gerry.

"Butuh tumpangan, manis?" ucapnya dibalik helm hitam yang ia gunakan. 

Jantung Seline kembali berdebar, hanya mendengar sebutan manis saja ia tak bisa mengontrol diri. Tenang Seline ini bukan saatnya kamu melting

"Enggak kak, makasih." jawab Seline, pandangannya terfokus ke depan menatap jalanan padahal hatinya tengah berusaha membangun benteng yang kuat. 

"Hari ini panas banget loh." kata Gerry masih terus membujuk Seline untuk menerima tumpangannya. 

"Aku mau naik taksi." Seline tak ingin kalah. 

"Hari ini sopir taksi gak narik, mereka demo." ucapnya sembari terus melajukan motornya di samping Seline. 

Seline meneguk air liurnya, benar. Seline membaca berita pagi ini bahwa sopir taksi melakukan demo besar-besaran, mereka menuntut gaji mereka yang ditahan oleh perusahaan. Seline berdeham menetralkan dirinya, bagaimana caranya ia bisa menolak Gerry? 

Di tengah kegelisahannya tiba-tiba ia menangkap sosok yang ia kenal sedang berjalan tak jauh di depannya. Itu Erza! 

"Maaf kak di depan sana ada temanku aku mau bareng sama dia aja. Makasih untuk tumpangannya." cepat-cepat Seline pergi mendahului Gerry untuk menyamai langkahnya dengan Erza. 

Gerry menghentikan motornya, menatap kepergian Seline dengan kecewa. "Gagal lagi, gagal lagi! NT NT!" 

Sementara itu Seline berhasil menepuk pundak Erza. "Loh Seline?" 

"Kak, bareng ya. Mobil kakak dimana?" tanya Seline sembari berjalan beriringan. 

"Boleh, tapi mobil aku lagi di bengkel." kata Erza

"Loh terus pulang naik apa, atau ada yang jemput ya?" Seline masih menebak-nebak dengan berpikir positif. 

Erza menggeleng. "Bukan, tapi naik angkot." Tepat ketika ia berucap mereka sampai di persimpangan jalan raya. 

Seline mengerutkan keningnya, "Hah, naik angkot?" tanyanya memastikan.

"Iya kamu pasti belum pernah ngerasain ya?" tebak Erza, dan benar saja Seline mengangguk. "Yaudah ayo cobain, tuh angkotnya udah datang." Erza berjalan di depannya menuju angkot yang berhenti. Ada dua murid SMA Ganesha yang masuk ke dalam angkot itu. 

Seline meneguk air liurnya sembari menatap Erza juga angkot di hadapannya. Apakah Seline akan kembali merasakan kehidupan rakyat jelata..

Ia sempat melirik ke belakang dimana Gerry yang masih memandanginya dari atas motor. Dengan berat hati akhirnya Seline mengikuti Erza dan masuk ke dalam angkot.

Erza tersenyum senang saat mendapati Seline yang mengikutinya. 

"Ini aman gak sih kak?" tanya Seline khawatir.

 "Aman.. kan ada aku." Seline merotasikan bola matanya, dan kembali melihat angkot yang baru ia rasakan ini.

"Kamu.. dekat sama Gerry ya?" tanya Erza mengalihkan kesibukan Seline. 

"Enggaklah mana mungkin, lagian kak Gerry kan pacaran sama Viona." jawab Seline 

Dua murid SMA Ganesha yang ada di dalam angkot itu mendengarkan percakapan mereka dan salah satu dari mereka tiba-tiba menimpali. "Enggak ko, Viona cuma ngaku-ngaku pacarnya kak Gerry terus fans kak Gerry gak terima dan nyerang akun Viona sampe akunnya di hack." katanya 

Seline dan Gerry mendengarkan penuturan murid itu dan mengangguk paham. "Oh gitu ya.." ucap Seline diakhiri seulas senyuman. 

Entah kenapa mendadak hati Seline terasa begitu tenang, perasaannya lega seperti baru mendapatkan kabar baik. 

Di tengah perjalanan angkot yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti mendadak, ini membuat penumpang terkejut, dua murid di samping Seline terjungkal ke depan sementara itu Seline juga ikut terjungkal namun beruntunglah ia karena di bangku depannya ada Erza, dengan gerakan sigap Erza meraih tubuh Seline hingga Seline memeluk Erza dengan spontan. 

Jantung Seline berdebar kencang, perasaan terkejutnya menguasai diri hingga ia tak sadar bahwa kini tengah memeluk Erza. Erza menegur sopir angkot yang lalai dalam berkendara sembari mengelus punggung Seline untuk memberikan ketenangan.

Dua murid tadi menyumpah serapahi tindakan sopir angkot dan memilih turun saat itu juga.

 "Kak, takut.." gumam Seline masih dalam dekapan Erza.

"Maaf aku berbohong kalau ini aman.." ucapnya. Mereka masih berada di posisi yang sama, dan tanpa keduanya ketahui tepat di belakang angkot itu ada satu pengendara motor yang memperhatikan mereka. Dia, Gerry.. sejak tadi ia mengikutinya dari belakang karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Seline. Tapi tak disangka jika apa yang ia lihat sekarang benar-benar melukai hatinya.

✯𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...✯

KERTAS USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang