✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷✯
Amora sengaja datang lebih awal ke sekolah, niatnya sekarang untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang yang menempelkan lembaran diary nya di Mading.
Derap langkah kaki seseorang membuat Amora waspada. Dilihatnya kanan-kiri depan-belakang.
"Hei!"
Amora terbelalak, berpaling ke belakang dan mendapati Anjani yang baru tiba. "Kak Anjani.."
Anjani terkekeh kecil, "Lo kenapa, ko kaget gitu?"
Amora menghela napas lega, "Eh iya kak. Kaget"
"Lo datang sepagi ini mau ngapain?" tanya Anjani lagi
"O–oh itu kak.." Amora menjawab dengan terbata-bata, karena ketika ingin berucap tak sengaja ia melihat seseorang yang pergi menuju Mading. "Eh kak, sorry gue kayaknya mesti pergi. Ada urusan." kata Amora lalu melangkah pergi.
Anjani hanya bisa melihat kepergian Amora dengan keheranan. Sementara Amora sudah menyusul seseorang itu ke dekat Mading.
Di sini, Mading SMA Ganesha. Amora berhenti tepat di belakang punggung laki-laki yang tengah memegang secarik kertas yang sudah tertempel di dinding Mading. Baru ingin menegurnya, laki-laki itu malah menarik dan merobek kertasnya. Amora terperanjat, dia bukan ingin menempel tapi mencopotnya.
Ketika laki-laki itu membalikkan tubuhnya mata Amora melotot kaget. "KAK REYEN?"
"Apa?" Reyen mengantongi robekan diary yang ia lakukan barusan ke dalam saku jaketnya.
Amora tidak bisa mengenali Reyen sebab ia menggunakan jaket hitam juga kupluk di kepalanya. Amora paham mengapa Reyen mencopot dan merobek kertasnya, pasti karena Reyen tak ingin menahan malu lagi. Mendadak hati Amora terenyuh, sudahlah Amora.. lupakan saja Reyen, dia tidak akan membalas cintamu. Jangankan membalas cintanya, menghargai perasaan Amora saja tidak. Reyen adalah laki-laki jahat, tidak memiliki sopan santun terhadap wanita dan kasar!
Amora membalikkan tubuhnya, berniat meninggalkan Reyen. Namun ucapan Reyen berhasil mengurungkan niatnya.
"Gue mau ngomong. Jangan ge'er tapi ini penting. Ikut gue!"
✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷 <2✯
"Dari mana lo tahu dokter Arion?" tanya Reyen saat tiba di ujung koridor yang sepi.
"Dokter Arion bokap gue."
Ia memejamkan matanya sembari menghembuskan napas saat mendengar pernyataan Amora. Mengapa dunia sesempit ini? kata Reyen dalam hati.
"Apa rencana lo sebenarnya?" tanya Reyen lagi
"Rencana? maksud kak Reyen?"
"Lo mau sebar berita ini kan?" tebak Reyen
Amora mengernyit, "Buat apa, emang gue dapat apa setelah sebar berita itu?" ucapnya
Reyen mengerjap menetralkan deru napasnya yang semakin kencang menahan amarah. "Terus, apa yang mau lo lakuin?"
Amora meneguk air liurnya menatap Reyen begitu dalam. "Gue mau lo balik kemoterapi. Penyakit itu diobati kak, bukan di biarin gitu aja!"
"Lo siapa, sok peduli sama gue!"
Rahang Amora mengeras, sudah berapa kali ia menelan air liurnya sendiri hari ini? Berbicara dengan Reyen sangat menguras tenaga.
"Gue emang bukan siapa-siapa, tapi asal lo tahu.. untuk sebagian orang... lo itu berarti." ucapan Amora sedikit tertahan dengan napasnya yang tersendat, tatapan dalam Amora yang ditunjukkan untuk Reyen mampu menghipnotis dan membuat Reyen hampir tenggelam. "Lo tahu kak, gue terpaksa pindah dan sekolah di tempat yang gak gue mau, gue putus asa saat itu tapi ketika gue ketemu sama lo entah kenapa hidup gue kembali berwarna, gue jadi semangat buat pergi ke sekolah dan gue seakan punya tujuan padahal gue tahu bisa miliki lo aja mustahil banget." Reyen memejamkan matanya, mendengar perkataan Amora yang semakin lama tak jelas karena tangisannya.
"..Gue gak bisa bayangin gimana nanti kalau di sekolah gue gak lihat lo. Dan gue yakin bukan cuma gue yang rasain ini, teman-teman lo, keluarga lo, dan dokter Arion yang udah anggap lo sebagai anak. Lo egois kalau milih untuk pergi!"
✯𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...✯
KAMU SEDANG MEMBACA
KERTAS USANG
Teen FictionAmora memiliki hobi yang unik dari kebanyakan wanita diluar sana, yaitu menulis kata demi kata untuk pujaan hatinya. Reyen Mateo Putra. Semua tulisan itu tercatat dengan baik di buku diary miliknya. Namun suatu hari ia melupakan buku itu di kantin s...