10ヾawal perjuangan.

10 4 0
                                    

✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷✯

Amora merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar berwarna biru yang dikelilingi oleh banyak stiker. "Alasan kak Reyen selalu menolak yang confes ke dia karena ngerasa hidupnya gak berarti, padahal dia gak tahu betapa berharganya dia buat gue.. hufh.." Amora bangkit dan duduk di atas kasur, memeluk kedua lututnya. "Kak, kak. Kenapa gue baru tahu kalau lo itu punya penyakit leukimia sih!"

Flashback on

Sabtu pagi ini Amora berencana untuk pergi berolahraga sendiri di taman kompleks tapi tiba-tiba ia mendapat panggilan dari ayahnya dan meminta dirinya mengantarkan berkas pasien yang tertinggal di ruang kerjanya. Ibu Amora tengah sibuk bergulat di dapur bersama bibi untuk membuat jamuan makan siang yang rencananya akan ada tamu. Jadi mau tak mau Amora sendiri yang mencari sekaligus mengantarkan berkas itu ke rumah sakit. 

"Map biru yang mana sih, ayah gak jelas deh ngasih infonya. Ini map biru gak cuma satu." Amora mengambil handphone untuk kembali menghubungi sang ayah. Saat tersambung Amora menaruh kedua map biru di meja. "Yah, ada dua map biru nih, yang biru muda atau biru tua?" tanya Amora

  "Aduh ayah lupa, coba kamu liat namanya. Pokoknya yang namanya Reyen." jawab Arion dari balik telepon

Amora menurut dan membuka map pertamanya. Bima Angga Pratama. Amora menyingkirkannya karena itu bukan pasien yang dimaksud sang ayah. Lalu Amora beralih pada map biru yang tersisa. Lengannya membuka map itu dan membaca nama yang tertera. "Reyen Mateo Putra.." 

"Iya! Yang itu dek, tolong antar ke rumah sakit ya. Tenang, nanti ayah belikan makanan kalau pulang kerja." ucap Arion. 

Namun kesadaran Amora seperti belum sepenuhnya terisi, matanya menatap kertas dalam map itu, membaca kembali nama yang baru saja ia ucapkan, ia bahkan mengejanya karena berpikir jika ia keliru dan salah membaca. Namun berulang kali Amora mencoba nama itu tetap tertera di sana, tidak ada kekeliruan dan memang nama Reyen Mateo Putra lah yang tertulis sebagai pasien dengan pengidap leukemia akut dan merupakan pasien dokter Arion, ayahnya. 

Seakan baru tersadar, Amora tak sengaja menjatuhkan handphone yang ia genggam dan mundur beberapa langkah. Apa yang baru saja ia lihat tadi benar-benar seseorang yang ia kenal? Tidak mungkin ini mustahil, pikir Amora menepis segala prasangka buruk itu. Di lihatnya kembali map itu dengan penuh kesadaran dan ketenangan agar ia bisa mencerna apa yang terjadi. 

"Reyen Mateo Putra.. 17 tahun, di diagnosa leukemia myeloid akut sejak usia 15 tahun." Amora menutup mulutnya sembari menggeleng keras seolah tak percaya. Apakah benar ini adalah Reyen yang Amora kenal? Reyen Mateo Putra kakak kelas yang selama ini Amora kagumi? Beribu-ribu pertanyaan muncul dalam benaknya, sesulit apapun usaha Amora untuk menyangkalnya namun tetap tak bisa. 

Cepat-cepat Amora mengambil handphone yang tadi sempat jatuh dan membawa map itu keluar dari ruangan kerja ayahnya. Ia harus menemui ayahnya untuk bisa meminta penjelasan. 

✯𝓓𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓶𝓸𝓻𝓪, 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓪𝓴 𝓡𝓮𝔂𝓮𝓷 <2✯

"Jadi.. kamu kenal pasien ayah yang bernama Reyen?" tanya dokter Arion ketika Amora sampai di ruangannya dan menceritakan sedikit tentang Reyen. 

"Iyalah!" jawab Amora. 

"Ayah kasihan sama dia, ibunya meninggal dan ayahnya berselingkuh. Kabarnya sekarang mereka sudah mempunyai anak dan tinggal bersama. Reyen memilih pergi dari rumah. Bahkan dia juga meninggalkan jadwal kemoterapi nya." tutur Arion. Raut sedih terlihat dari wajahnya. Amora juga merasakan hal itu, ini fakta yang benar-benar mengejutkan. Selama ini ia merasa menjadi orang yang paling tahu tentang Reyen, semua jadwalnya ia tahu, kapan Reyen latihan basket, kapan Reyen pergi ke sekolah, bahkan jadwal Reyen pergi ke kamar mandi saja Amora tahu. Tapi ternyata hal sebesar ini saja Amora tidak tahu. 

KERTAS USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang